52. Pelarian 3

288 34 2
                                    

Johan dan Theo merasa malam itu adalah malam paling sibuk seumur hidup mereka. Sekarang karena Dika menghilang dan kakak kedua mereka murka, mereka perlu mengerahkan banyak orang untuk mencari keberadaan Dika, Javier, dan semua mafia anak buah orang itu. Sambil menunggu informasi dari orang-orang mereka, keduanya memeriksa jalur transportasi ke luar negeri termasuk memeriksa data semua kapal pribadi yang merapat di dermaga untuk menemukan jika ada kapal yang berafiliasi dengan Rosette.

Di antara semuanya, cara tercepat adalah menggunakan pesawat dengan identitas palsu. Namun, cara ini juga yang paling cepat ditemukan. Bagaimanapun data penumpang pesawat masih mudah diretas dan semuanya begitu jelas dan rapi. Jalur lain yang lebih lama adalah menggunakan kapal yang nantinya menuju Singapore atau Malaysia dan kemudian naik pesawat menuju Spanyol dari situ. Ini akan lebih sulit dilacak karena mudah menyembunyikan manusia di tengah tumpukan barang. Terakhir adalah menggunakan jet pribadi. Tapi ini yang paling beresiko karena tidak bisa dirahasiakan sama sekali.

Apa Javier cukup gila menggunakan cara ketiga? Ataukah dia akan bermain aman dengan cara ke dua? Apapun itu, Johan dan Theo perlu melacak semuanya kemudian menyerahkan laporan itu pada Hans. Biar kakak mereka itu yang menebak mana yang perlu diawasi. Tugas mereka hanya memberikan informasi.

***

Efisiensi Johan dan Theo selalu luar biasa. Otak mereka bernilai lebih tinggi dibandingkan seratus investigator. Andai saja mereka tidak terobsesi menjadi kriminal dan menjunjung kebebasan terlalu tinggi, hidup mereka akan jauh lebih baik dibandingkan orang lain. Prestasi yang mereka torehkan pasti bertumpuk. Sayangnya sekolah formal tidak pernah bisa mengekang dua jenius itu. Hanya dunia ini yang mampu menjadi sekolah mereka.

Itulah kenapa Hans hanya bisa menarik nafas kagum ketika laporan sudah sampai di tangannya. Dari tumpukan begitu banyak data, dia sudah menerima tiga jalur utama yang bisa digunakan Javier untuk membawa Dika pergi ke Spanyol. Satu Cruise terselubung milik Rosette, satu jet pribadi yang take off jam 5 pagi menuju Madrid, dan beberapa penerbangan yang berisikan penumpang dengan identitas palsu. Di samping itu, dia juga sudah dikabari lokasi Javier dan semua anak buahnya. Dia juga sudah bisa melihat semua rekaman CCTV yang menunjukkan kegiatan semua orang itu. Johan dan Theo bahkan sudah memperoleh lokasi hotel dimana Javier menyembunyikan Dika. Untuk melihat semua rekaman CCTV penting itu, Hans perlu datang ke markas adik kembarnya. Dia sampai di sana pukul 2 pagi.

"Apa mereka sudah bergerak?" tanya Hans.

"Sejak Dika masuk ke hotel itu, udah ada banyak orang yang keluar. Semuanya dilacak dan diikuti. Lu bisa lihat tracknya di layar." kata Johan sambil menunjuk layar paling lebar di tempat itu. Mereka menggunakan anak buah yang membawa pelacak untuk mengikuti semua orang yang dicurigai.

Javier memilih sebuah hotel yang tergabung dengan tempat hiburan malam sehingga jumlah orang yang keluar masuk adalah ratusan. Dia menguasai tempat itu dengan cepat sebelum Si Kembar menyadari ada yang tidak beres. Karena ini mereka perlu memilah mana yang perlu diikuti dan mana yang tidak di tengah keramaian itu.

"Gue udah cek identitas semua yang keluar dan memperkirakan mereka mau kemana. Ada rombongan yang balik ke Beijing, tiga orang mau ke Korea, enam orang ke Australia dan lima ke Abu Dhabi. Sisanya orang Indonesia yang ngga ke bandara. Yang terbang cuma itu aja." jelas Theo menambahkan informasi terbaru.

"Awasi yang Abu Dhabi. Gimanapun gampang ke Spanyol dari situ. Kalau gelagat orang itu mencurigakan, bisa kita tangkap." kata Hans.

"Lu udah kayak kriminal sekarang." komentar Theo begitu mendengar kakaknya menyuruh menangkap seseorang tanpa ragu.

"Jangan cerewet. Kalau orang itu ngga bersalah, tiketnya bisa kita ganti. Yang penting jangan sampai ada yang lolos."

"Apa lu mau nangkepin semua yang keluar dari tempat itu?" Tanya Johan. Ini akan menjadi kerja keras di pihaknya sehingga dia perlu bertanya. Jumlah orang itu ratusan dan masih akan bertambah hingga dini hari. Mungkin ada harapan untuk tidak melakukan semuanya. Dia tidak mau jadi penculik massal.

"Ngga semua. Pake prioritas. Yang udah jelas ngga ada urusan dengan Spanyol bisa kita kesampingkan. Selain itu, kalau orang itu pergi ke lokasi yang sama dengan anak buahnya Javier, langsung tangkap aja." Jawab Hans.

"Kalau segitu masih oke. Tapi apa lu ngga pengen lebih spesifik lagi? Kita bisa cek Dika aja" kata Theo yang tidak mau bekerja keras.

"Ngga bisa." jawab Hans. "Dika mungkin nyamar. Lu sendiri yang bilang kalau itu skill dasar. Jadi kita harus cek semua orang yang keluar dari hotel itu." lanjut Hans menjelaskan.

"Tapi yang ngga ada urusan dengan Spanyol atau Javier bisa diabaikan dulu kan? Gue ngga bisa nyulik orang sebanyak itu." tanya Johan mulai khawatir.

"Iya. Kita juga bisa fokus ke orang-orang yang tingginya 175cm ke atas." kata Hans setuju.

Johan akhirnya menghela nafas lega. Diapun sibuk mengetik untuk memberi perintah ke bawahannya.

***

Di hotel yang diawasi Si Kembar, Javier masih duduk santai sambil minum Americano. Di dekatnya, Rio sibuk memberi arahan pada beberapa orang yang menyamar menjadi Dika. Dika sendiri sudah keluar hotel duluan.

Javier sebenarnya masih khawatir pada pacarnya yang seharusnya masih pasien itu. Akan tetapi Dika benar, kalau ini ditunda, mereka akan gagal. Mereka tidak bisa menunggu Hans mengepung mereka. Sekarang saja sudah mulai sesak karena Johan dan Theo sepertinya sudah menggerakkan anak buah mereka. Dua orang itu menganalisis informasi terlalu cepat. Bahkan di tengah kekacauan Jakarta, mereka sudah bisa mengirim orang-orangnya untuk mengawasi semua lokasi vital. Ini membuat Javier ingat pada kata-kata Dika.

"Adik kembar Hans sangat kompeten. Kita ngga akan lolos dengan cara biasa."

Sekarang Javier bisa merasakan seberapa kompeten dua orang itu. Pantas saja semua mata-mata Rosette tertangkap dengan cepat. Inilah alasan kenapa Alvaro mengirimnya untuk bernegosiasi dan menggerus kekuatan Atmajati. Sekali lagi ayahnya mengirimnya untuk menantang maut. Setelah ini dia harus minta banyak kompensasi.

"Jav, semuanya sudah siap." kaya Rio melapor.

Javier menarik nafas dalam. Setelah anak buahnya diberi perintah, mereka harus menghadapi kematian sekali lagi. Adalah tabu mengganggu penduduk sipil sehingga dua saudara kembar itu hanya bisa menculik orang-orang biasa yang terseret drama ini tanpa melukai. Sayangnya anak buahnya tidak akan menikmati keistimewaan itu. Begitu mereka terlihat membawa Dika, Johan dan Theo mungkin tidak ragu untuk membunuh. Meskipun mereka semua menggunakan jubah anti peluru, tetap saja Javier perlu menguatkan mental sebelum memulai.

"Oke kita jalan." kata Javier tenang. Mata cokelat terangnya melenyapkan semua kehangatan. Hanya tersisa kilat dingin di situ.

***

Di rumah sederhananya, Renata menatap langit dalam diam. Karena tumben istrinya seperti itu, Widhi akhirnya bertanya. "Ada apa? Kamu banyak pikiran sepertinya."

"Iya, aku lagi banyak pikiran. Setelah malam ini, salah satu orang terdekatku mungkin sakit hati. Kalau ngga, mungkin dua-duanya sakit hati." jawab Renata.

"Kenapa gitu?" tanya Widhi.

"Mereka mungkin beneran putus."

"Oh. Mereka perlu melewati itu. Jangan khawatir. Hari yang berat bisa membuat seseorang tambah dewasa. Doain aja mereka melewatinya dengan baik."

***

Burung Dalam Sangkar (BxB) [End-Lengkap]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang