104. Fell Hard

251 27 10
                                    

Meskipun wajah rupawan Javier banyak diwariskan oleh ibunya, dia sebenarnya memiliki pembawaan ayahnya yang mengintimidasi serta berbakat seperti ketika ayahnya masih muda. Ditambah dengan postur atletis yang terlatih oleh kerasnya Underworld, dia sebenarnya seperti sexy badboy yang sulit ditolak. Hanya saja, dia selalu berbaik hati pada orang yang dia sukai sehingga selalu memperhatikan perasaan mereka dibanding kemauannya.

Sayangnya malam ini sikap gentlemannya itu tidak tersisa karena yang berada di hadapannya adalah orang yang berlawanan dengan semua laki-laki yang pernah dikejarnya dulu. Setelah berhasil mengacaukan pikiran Silas dan berciuman dengan gairah membara hingga mereka tidak sanggup untuk berhenti, keduanya berakhir di sebuah ruangan spesial untuk pasangan. Dia mendorong Silas ke kasur dan melanjutkan ciuman mereka dengan antusiasme yang lebih besar.

Meskipun masih mengenakan pakaian, organ intim mereka yang bergesekan secara tidak langsung, memberikan sensasi yang membuat keduanya ingin melanjutkan lebih jauh, lebih dalam, dan lebih tidak bermoral.

Javier sendiri sudah membayangkan banyak hal dan ingin melihat Silas takluk di hadapannya. Bagaimanapun dia sudah menerima banyak luka dan sikap dingin sehingga khayalannya tentang pasangannya ini menjadi bergelora. Dia melepaskan pakaian dan membuat Silas melihat torso sempurna dengan otot perut sixpack. Di tubuh Javier ada beberapa bekas luka yang malah membuat laki-laki berkulit sawo matang itu terlihat makin seksi. Setelah tidak mengenakan apapun, Javier menatap orang di hadapannya dengan mata cokelat terang yang mengintimidasi sehingga dia terlihat liar dan siap menyerang.

Melihat pemandangan itu, pikiran Silas kosong dan untuk beberapa lama dia malah terpesona. Penilaian yang terlintas di kepalanya terasa menakutkan sehingga dia berusaha memalingkan wajah. Sayangnya Javier memegang kedua pipinya dan memaksanya memperhatikan baik-baik wajah tampan dari laki-laki yang sudah menyelamatkan nyawanya empat kali.

"Gimana kalau mengijinkanku melakukannya padamu malam ini? Setelah itu kita lihat apakah kamu menyukainya atau tidak." Tanya Javier pada Silas yang hasratnya sudah minta dipenuhi. Mata cokelat terangnya seperti menghipnotis dan membuat mata biru tua Silas bergetar.

"Kalau aku tidak menyukainya, aku akan langsung menghentikannya." Jawab Silas. Tanpa sadar dia sudah menjerumuskan dirinya. Gabungan dari ciuman yang menggairahkan, tubuh yang begitu sexy, dan wajah tampan dengan mata berani yang hanya dimiliki oleh orang menaklukkan kematian berkali-kali, membawa Silas menyambut pengalaman baru yang mungkin menjadi tak terlupakan.

Dia akhirnya membiarkan tubuhnya dikendalikan oleh orang yang sempat dia benci.

Ketika mereka berdua sama-sama tidak tertutup sehelai benangpun, Javier memulai dengan melonggarkan rongga tubuh pasangannya agar bisa menerimanya. Jari-jari Javier memberi Silas sensasi licin, agak perih, namun menggelitik. Bibir mereka menggoda satu sama lain dengan gigitan-gigitan kecil serta lidah yang saling mengejar. Tangan Silas menyentuh perut dan dada Javier yang terasa kokoh sementara tangan Javier yang tidak sibuk, mencubit dan memelintir titik-titik sensitif tubuh pasangannya.

Nafsu Silas makin tak terkendali ketika dia sudah terbiasa dengan jari-jari Javier di dalam tubuhnya. Semakin lama Javier semakin sering menjangkau titik yang membuat darah Silas berdesir dan mulutnya mengerang. Melihat pasangannya menikmati apa yang mereka lakukan, Javier tidak lagi ragu mengarahkan senjata rahasianya ke jalan menuju keintiman mereka.

Merasakan kalau sebentar lagi dia akan berganti peran, Silas tiba-tiba cemas dan menekuk kakinya untuk mundur. Namun Javier tidak membiarkan itu terjadi. Dia menarik Silas mendekat dan menginvasi tubuh pasangannya perlahan-lahan.

Silas mengerang lebih keras namun itu tidak menghentikan Javier yang merasa berada di atas awan. Setelah organ intim pasangannya memasuki tubuhnya seluruhnya, barulah Silas paham akan level baru kenikmatan yang bisa dirasakan setelah permainan jemari tadi. Dia tidak lagi melawan dan membiarkan Javier mengirimkan sensasi intim yang mendalam ke tubuhnya. Setelah Javier bergerak keluar masuk tubuhnya beberapa kali, dia mulai menyukai sikap liar itu dan mengagumi kekuatan pasangannya. Tanpa dia sadari, kepuasan terlihat jelas di wajahnya yang merona dan desahan yang dia keluarkan.

Wajah puas itu memberikan energi tambahan pada Javier. Dia membalik Silas untuk mengubah posisi mereka. Sambil mencium punggung pasangannya, dia melanjutkan gerakan pinggangnya. Pada posisi ini, entah kenapa Silas merasa Javier menyentuhnya lebih dalam. Dia mencengkeram sprei dengan kedua tangannya karena tak kuasa menahan sensasi yang dirasakan itu. Rintihannya terdengar menggoda dan Javier membalas dengan hentakan yang lebih kuat.

Mereka bertahan seperti itu lama dan Javier meninggalkan beberapa bekas kemerahan sambil mengecap tubuh pasangannya. Seiring berjalannya waktu, keintiman yang mereka rasakan semakin mengacaukan namun semakin membuat ketagihan. Jantung mereka berdetak kencang dan keringat sudah membasahi keduanya.

"Dang! It's too good." keluh Javier dan terdengar oleh Silas. Setelah itu Silas merasakan tangan Javier menyentuh organ paling sensitifnya dengan lembut.

Gabungan antara kerasnya pergumulan dan lembutnya sentuhan tangan itu membuat Silas tidak kuat lagi. Ditambah dengan tangan Javier satunya yang memegang pinggangnya, dia terbawa sangat tinggi. Ketika senjata Javier menghantam tempat terdalamnya dan berdenyut, Silas mencapai klimaks seketika. Saat itu dia menenggelamkan wajah di bantal untuk meredam teriakannya.

Tak lama setelah itu, Javier menggigit tengkuk pasangannya dan mengirim hentakan terakhir sekaligus mengeluarkan semua cairan cinta di dalam tubuh Silas. Dia berdenyut begitu kuat sehingga Silas yang sudah kelelahan, mengerang lagi.

Keduanya baru tenang dua-tiga menit kemudian namun nafas mereka masih berat. Javier menyisir rambut halus Silas yang selalu jatuh teratur ketika dia dalam misi sekalipun kemudian mencium kepala itu.

"Gimana? Tertarik untuk melanjutkan?" bisik Javier di telinga Silas yang terlihat memerah. Silas tidak menjawabnya.

Tidak peduli atas sikap diam itu, Javier tersenyum dan mencium leher pasangannya. Dia memeluk erat dengan gembira karena tahu kalau sikap diam itu artinya iya. Bagaimanapun reaksi Silas terlihat jelas. Jika dia tidak bisa melihat itu, dia pasti buta.

"Ini tidak berarti aku menyukaimu." kata Silas dingin, berlawanan dengan betapa panasnya dia tadi.

"Ngga apa-apa. Aku sudah cukup puas melihat kamu menyukai malam ini."

***

Silas baru pulang ke hotelnya setelah jam makan siang berlalu. Begitu melihat Alfi, saudaranya itu langsung bertanya kemana dia pergi setelah misi kemarin malam.

"Jangan tanya. Aku tidak mau membahasnya." sahutnya sambil melangkah gontai ke sofa. Setelah itu dia duduk sambil menatap langit-langit kamar. Dia mulai bertanya-tanya pada dirinya jika dia sudah melakukan kesalahan. Akan tetapi semuanya sudah terjadi sehingga tidak ada gunanya untuk disesali.

"Kenapa cara jalanmu beda? Apa yang kamu lakukan dengan Javier tadi?" tanya Alfi langsung ke sasaran karena pertanyaan halusnya tidak mendapat jawaban.

"Bisa ngga kamu jangan tanya itu?" kata Silas jengkel.

***

Burung Dalam Sangkar (BxB) [End-Lengkap]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang