39. Despair 1

266 33 0
                                    

Meskipun Dika merasa Hans tidak akan menang lagi kali ini, kenyataan berkata lain. Kekasihnya yang tahu betul isi hatinya, memanfaatkan isi hati itu untuk mencapai tujuannya lagi. Karena itu, Dika semakin terjerumus ke dalam kegelapan. Dia membenci cinta yang ada di hatinya yang terus-menerus menyebabkannya mudah untuk dimanipulasi.

Selama perjalanan menuju rumah Dika, Hans terlihat setenang biasa tanpa banyak kata sementara Dika sudah seperti orang yang tidak lagi bernyawa. Sepasang mata hazelnya kosong tanpa ada cahaya sama sekali dan hanya memandang ke depan meskipun tidak memperhatikan apapun. Dadanya terasa berat tapi juga kosong. Kondisi mentalnya berada di ambang kehancuran.

Di tengah kesunyian yang terjadi, sebuah pesan masuk ke ponsel Hans. Karena masih mengemudi, dia tidak menjawab pesan itu hingga akhirnya berhenti di lampu merah.

"Kak, apa lu masih hidup?" tanya Johan.

Hans segera membalas karena tidak mau adiknya menyerbu markas Javier dan membuat perkara. "Gue aman. Sekarang lagi perjalanan pulang."

Selesai membalas pesan itu, sebuah tawa lirih terdengar. Dika tidak bisa bertahan lagi dan menyerahkan diri pada kegelapan yang membayanginya. Stressnya sudah tidak mampu dia tanggulangi sehingga dia tertawa untuk melepaskan semua logika yang tersisa. Mulai detik ini dia tidak akan berpikir lagi. Dia akan melepaskan semua ketakutan dan emosinya dan melangkah kemanapun kakinya membawa. Kestabilan pikirannya sudah hancur tanpa bisa kembali ke kondisi semula.

Di saat yang bersamaan, semua memori menyakitkan tumpah begitu saja dan berputar seperti potongan-potongan film di kepala Dika.

***

Enam tahun yang lalu

Seseorang tidak boleh meremehkan insting para perempuan sama sekali.

Selama dua tahun terakhir, entah apa yang dipikirkan Hans, setiap kali berkencan dengan perempuan baru, dia selalu membicarakan Dika. Gara-gara itulah akhirnya semua perempuan itu curiga dan meyakini kalau hubungan keduanya istimewa. Neraka Dika pun dimulai ketika semua perempuan itu menterornya dengan berbagai pesan-pesan kejam. Tidak jarang sebutan homo, jalang, gigolo, dan kata-kata sejenis muncul di pesan yang masuk ke ponselnya.

Kejadian itu berlangsung parah pada awalnya dan memaksa Dika memblokir semua nomor yang kurang ajar. Sayangnya mereka tidak berhenti juga. Semua perempuan terobsesi itu tahu saja caranya memperoleh kontak Dika kemudian membabi buta. Diapun membenci Hans gara-gara ini.

Pada saat yang sama, Dika yang sudah jengah, akhirnya belajar menjadi dingin pada Hans yang selama dua tahun terakhir membuatnya terus sakit hati. Barisan perempuan yang muncul seperti semut di musim hujan. Mereka datang entah darimana, tiba-tiba berkumpul, kemudian menggigit.

"Ka, kenapa lu berubah? Sebelumnya lu ngga kayak gini." keluh Hans beberapa kali.

Keluhan itu selalu berhasil membuat Dika menarik kerah baju orang yang tidak jelas masih pacarnya atau tidak itu, kemudian memaki. "Menurut lu? Setelah semua hal bangsat yang lu lakuin, gimana caranya gue masih sama kayak sebelumnya?" katanya jengkel. Untung dia masih sabar dan tidak memukul wajah Hans.

"Tapi lu tahu gue orangnya gimana dan bilang mau nerima semua itu."

Kata-kata Hans itu membuat Dika terpana. Bagaimana caranya janji yang begitu tulus dan putus asa itu kini dijadikan tuntutan? Apa makhluk tidak tahu malu ini serius berpikir kalau dirinyalah korban di sini? Hal luar biasa ini membuat Dika makin murka.

"Lu bikin aja keluarga normal yang lu mau itu, kita putus aja. Biarin gue hidup tenang dan cari cowok lain." tukas Dika penuh amarah.

"Lu janji ngga bakal ninggalin gue kalau masih sayang. Gue masih sayang sama lu." kata Hans seperti seorang kekasih yang memang tulus mencintai pasangannya. Dia bahkan melingkarkan tangannya di pinggang Dika dan membawa kekasihnya lebih dekat.

Burung Dalam Sangkar (BxB) [End-Lengkap]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang