58. Kosong

264 37 4
                                    

Setelah selesai menyerahkan tangkapan mereka, Eve dan Elia pergi dari gudang dan menuju ruang monitor untuk menemui orang yang mereka bantu agar mendapat bayaran. Sayangnya begitu sampai di sana, pintu ruang monitor dikunci dan passwordnya sudah bukan password yang mereka tahu. Karenanya mereka perlu menelepon William sebelum berhasil mendapat password dan bisa masuk.

Begitu berhasil membuka pintu, di dalamnya terlihat Theo yang tertidur di kursi putar dan Johan yang tidur di sofa. Karena sangat hafal dengan kebiasaan tidur dua orang itu yang seringkali seperti beruang hibernasi yang tidak akan bangun meskipun ada gempa, Eve langsung mengeluarkan dua spidol dan memberikan satu pada Elia. Keduanya kemudian sibuk mencorat-coret wajah Johan dan Theo. Setelah selesai dengan mahakarya mereka, mereka mengambil beberapa foto sebelum pergi dari situ. Mereka tidak lupa menuliskan apa yang diminta sebagai bayaran pada dua kertas yang diplester di kening Si Kembar. Eve juga meletakkan novel bxb terbarunya di atas meja. Foto Johan dan Theo di cover buku itu terlihat mencolok.

Puas dengan semua kejahilan itu, mereka berdua keluar ruang monitor dan berkendara menuju rumah pengasuhan tempat mereka dibesarkan. Meskipun sudah punya uang, mereka tidak berniat membeli rumah maupun apartemen karena tidak mau meninggalkan kamar yang mereka miliki di rumah itu. Makanya setiap berlabuh, mereka hanya akan tinggal di sana. Banyak kenangan indah yang mereka miliki di tempat itu meskipun Si Kembar sempat mengganggu ketenangan yang ada. Itu terjadi ketika Si Kembar berusaha melengserkan Lukas namun kalah sehingga berakhir dididik bersama mereka.

***

Kekalahan yang terjadi membuat Hans tidak bisa berpikir lagi. Dia kehilangan dirinya setelah berbicara dengan Javier. Nafasnya langsung tercekat namun kepalanya masih menolak kekalahannya. Masih ada yang bisa dilakukan. Pasti ada yang bisa dilakukan untuk membawa Dika kembali. Dia yang masih tidak percaya Dika bisa lari darinya akhirnya berbalik untuk kembali ke markas adiknya untuk mencari informasi tambahan. Tanpa peduli pada Javier, dia melangkah cepat untuk mencari setitik harapan.

Namun pikiran logis dan harapan itu tidak bertahan lama. Di tengah perjalanan, tiba-tiba banyak tekanan menyerangnya. Kenyataannya, dia memang tidak lagi bisa melihat celah. Di antara ratusan manusia, jejak Dika sudah menghilang tanpa bisa dia telusuri. Karena sudah penat, dia tidak tahu darimana memulai investigasi. Setelah semua kelelahan menguasainya dan dia ingat pada tiga kuas yang dipatahkan Dika, mentalnya tidak bisa bertahan dan dia minta pada supirnya untuk mengantarkan ke rumah kekasihnya.

Sesampainya di sana, dia hanya bisa duduk merenung di tempat tidur dimana mereka sering menghabiskan waktu bersama. Darah yang menempel di lantai sudah dibersihkan sehingga kamar kembali beraroma lavender. Aroma itu menunjukkan kalau kamar sudah dikondisikan kembali seperti biasa. Sayangnya penghuninya sudah tidak ada lagi. Ketidakhadiran itu entah kenapa sangat terasa. Entah kenapa intuisinya mengatakan kalau kali ini Dika memang tidak akan pernah kembali lagi.

Banyak hal berputar-putar di kepala Hans tanpa mendapat kesimpulan apapun. Matahari sudah mengintip di timur dan membawa warna jingga yang indah. Sayangnya cahaya matahari pagi yang harusnya hangat dan menenangkan terasa menusuk ketika kedua mata obsidian Hans menangkap cahaya itu. Dia tidak bisa melihat awal hari seperti ini. Biasanya ketika matahari itu muncul, Dika masih ada di tangannya dan tertidur lelap. Sekarang tanpa kehadiran kekasihnya, matahari sekalipun terlihat dipenuhi kegelapan.

"Apa aku sudah kehilangan segalanya?" gumam Hans pada dirinya sendiri. Dia semakin tidak bisa berpikir. Pikiran yang biasanya penuh solusi itu kini kosong. Bukan hanya itu, dadanya pun terasa kosong. Kekosongan itu bahkan membuatnya tidak bisa mengeluhkan apapun. Emosi apa yang sedang dirasakannya? Apa yang sebenarnya yang dia inginkan? Apa yang terjadi tadi?

Pukulan yang dia terima karena Dika akhirnya pergi darinya merusaknya begitu brutal. Kehidupannya terlihat seperti kabut yang dihembuskan angin dan seluruh tubuhnya langsung mendingin. Dia tenggelam dalam keputusasaan dan terhisap ke dalam kehampaan.

Burung Dalam Sangkar (BxB) [End-Lengkap]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang