107. Melampaui Ruang dan Waktu 1

236 28 11
                                    

"Menikah itu mengungkapkan perasaan terdalam pada orang yang begitu kita cintai sampai-sampai kita tidak bisa hidup lagi tanpa kehadiran orang itu." Kata Lukas bertahun-tahun yang lalu.

Ketika Hans masih kecil, kalimat itu terdengar indah. Setelah remaja dan dewasa, dia tidak lagi menaruh makna untuk ucapan itu. Logika mengambil alih perasaannya sehingga dia merasa pernikahan adalah sarana untuk mendapatkan status resmi untuk anak-anaknya. Tidak ada yang istimewa di situ dan Lukas mungkin hanya terbawa perasaan karena terlalu mencintai Farrel. Namun semua itu berubah ketika dia akan menikah dengan Dika.

Karena suatu hal, dia merasakan kumpulan semua perasaan sejak mereka bertemu hingga pada titik yang sekarang. Perasaan yang dulu dia abaikan, merebak bersamaan ketika melihat Dika mengenakan setelan pernikahan. Semua ekspresi kekasihnya seperti bermunculan sekaligus di kepala Hans dan membawakannya gelombang emosi yang kuat.

"Kenapa lu mandangin gue gitu? Ada yang salah?" Tanya Dika yang tidak pernah melihat ekspresi itu muncul di wajah kekasihnya.

Hans menggeleng. "Ngga ada yang salah. Entah kenapa gue jadi terharu." Jawab Hans. Perjalanan panjang mereka penuh kebahagiaan sekaligus kesedihan. Dia banyak melakukan sesuatu yang menyakiti kekasihnya namun Dika juga mengatakan kalau masa-masa paling bahagianya adalah ketika mereka bersama. Naik turun kehidupan mereka itu membuat Hans bertanya-tanya.

"Ka, gue banyak salah, apa bener lu mau maafin gue?"

Sejak menerima cincin pernikahan dari Lukas tiga bulan lalu, Dika melepaskan semua kepedihannya dan banyak tersenyum. Berbeda dengan ketika kuliah, kebahagiaan Dika yang sekarang dibarengi dengan banyak permintaan. Dia tidak ragu untuk meminta sesuatu, tidak seperti ketika beberapa tahun yang lalu. Dia bahkan tidak ragu meminta Hans untuk jangan pernah menghubungi semua perempuan yang pernah berhubungan dengannya. Hans yang mengira Dika tidak punya rasa cemburu sempat dikejutkan oleh sisi posesif itu.

"Hans, berhenti ngomongin masa lalu yang udah ngga penting lagi. Kalau lu serius merasa bersalah, lupakan semua itu biar kita berdua bisa memulai hidup baru dengan nyaman. Bikin gue seneng. Gue sayang sama lu dan banyak hal yang pengen gue lakuin berdua. Jangan bikin hari-hari gue jadi buruk gara-gara lu ngga bisa maafin diri lu sendiri." jawab Dika yang kemudian mendekat. "Terlebih lagi, hari ini hari bahagia gue. Gue ngga pernah sebahagia ini. Jadi, jangan mengungkit yang ngga-ngga." lanjut Dika dengan binar senyuman yang tidak pernah Hans lihat.

Hans juga merasakan kegembiraan itu. Sejak kemarin dia merasa seluruh dirinya seperti menjadi ringan dan lega. Seperti orang yang terkurung begitu lama kemudian terbebaskan, segalanya terasa lebih luas dengan keindahan yang terpancar dari apapun yang dia lihat. Dia tidak pernah merasa lebih hidup daripada ini. Perasaan baru yang melampaui intensitas kebahagiaan yang pernah dia alami, membuatnya paham kenapa Dika sangat menginginkan pernikahan ini dan kenapa ayahnya melakukan apapun untuk menikahi orang yang dia cintai.

Sayangnya pemahaman itu juga memberikan penyesalan yang sama besar. Karena begitu terlambat, Farrel dan Lukas tidak bisa menyaksikan mereka. Menyadari itu, dia tiba-tiba sangat merindukan kehadiran keduanya sekaligus merasa tidak layak untuk meminta itu. Mungkin karena dia tidak layak lagi makanya mereka pergi begitu cepat. Jika sudah berpikir seperti itu, hati Hans akan mencelos dan dia tenggelam dalam rasa putus asa yang tidak terobati.

"Ka, gue kangen sama ayah dan Lukas." Kata Hans dengan mata berkaca-kaca.

Jika Hans tidak mengatakannya sekalipun, Dika tetap tahu itu. Sejak tiga bulan lalu Hans selalu merindukan dua orang dekatnya yang sudah pergi selamanya. Beberapa kali dia akan memandangi cincin yang ditinggalkan untuk mereka. Kekasihnya ini juga membaca surat dari Farrel beberapa kali meskipun sudah hafal isinya. Selain itu, Hans menjadi kreatif dan membuat versi digital surat itu agar bisa dia akses kapanpun.

Setelah mengetahui kalau Si Kembar bisa membuat kue muffin kesukaannya dengan rasa yang sangat mendekati apa yang dibuat Lukas, Hans banyak mengganggu adik kembarnya itu. Gara-gara itu, Johan dan Theo menyesal sudah membawakan muffin itu dan memberi tahu apa yang bisa mereka lakukan. Keinginan mereka untuk menghibur kakaknya malah menjadi bumerang sehingga setelah itu mereka berusaha menolak. Sayangnya, wajah memelas Hans yang levelnya sudah tidak bisa ditolak siapapun akan mengalahkan Si Kembar juga. Mereka akhirnya menyerah.

"Mereka hadir dengan cara yang ngga kita pahami. Jadi jangan sedih gitu." Kata Dika seraya memeluk kekasihnya. Jawaban itu adalah jawaban yang paling tepat. Jika dia mengatakan pendapat lain, Hans mungkin menambahkan kalimat yang lebih menyedihkan.

"Gara-gara kebodohan gue, lu ngga bisa merasakan kehadiran mereka di penikahan kita." Itulah salah satu contoh kalimat yang mungkin muncul. Dika tidak mau mendengar itu.

Merasakan kehangatan kekasihnya, Hans akhirnya mengangguk. "Iya, mereka hadir meskipun kita ngga bisa memahami gimana caranya." Katanya dengan suara rendah.

Dika sebenarnya sudah kehabisan akal untuk menghibur Hans yang kian hari kian terikat pada kenangannya dengan Farrel maupun Lukas. Dia akan mengeluh sesekali dan mengatakan kalau cuma dia yang tidak sempat meminta banyak hal dan Renata yang paling serakah. Menurutnya Renata bisa begitu tenang karena mendapatkan hampir segalanya dari mereka. Johan dan Theo juga ternyata mewarisi hampir semua hal yang bisa Lukas lakukan sampai hal-hal tidak penting sekalipun. Mereka bahkan bisa meniru tulisan tangan Lukas dan menipu Hans dengan itu.

Hans juga tahu kalau perilakunya ini menyedihkan. Namun dia tidak bisa menghentikan dirinya. Sisi kekanak-kanakannya bahkan membuatnya kembali bermain dengan semua mainan yang Farrel berikan padanya. Seringkali dia dan Bian sibuk menyusun semua mainan binatang itu dan bermain bersama. Bian bahkan sudah berani menyalahkannya dalam permainan itu dan memberikan nasehat-nasehat aneh agar ayahnya tidak ketinggalan jaman. Di tengah semua itu, Riana akan sibuk menanyai Dika baju macam apa yang cocok dipakai oleh boneka-bonekanya sambil menemani mereka.

Kerinduannya makin menjadi karena pernikahan yang sebentar lagi akan dia jalani. Dia yang akhirnya paham seberapa berartinya ikatan ini untuk dua orang yang saling mencintai, bisa membayangkan bagaimana perasaan Farrel sebelumnya. Ayahnya yang akhirnya berhasil menggandeng tangan Lukas ke hadapan altar setelah banyak kesulitan, pastilah saat itu sangat bahagia dan terharu. Hadiah itu tidak bisa digantikan apapun. Hal-hal material tidak mungkin menggantikan keindahan cinta kasih yang berhasil dibuktikan.

"Meskipun kamu kesal karena pernikahan kami, ayah tetap tidak menyesali ini. Hanya dengan ini ayah tetap bisa hidup." Pesan Farrel itu kini dipahami lebih mendalam oleh Hans.

Merasakan kehidupan baru yang menyambutnya menjelang pernikahannya, diapun merasa hanya dengan mengikatkan dirinya pada Dika, dia akan tetap bisa hidup.

***

Catatan:

Akhirnya author bisa keluar dari pertapaan 😁. Inspirasi itu akhirnya muncul.

Burung Dalam Sangkar (BxB) [End-Lengkap]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang