72. Kartu Ucapan

262 32 20
                                    

Setahun yang lalu, sebelum Dika mencoba bunuh diri

Foto pohon tiga generasi di Alishan membawa emosi yang mengoyak hati Dika dengan brutal. Saat mengunjungi Taiwan dengan kekasihnya itu, dia mengira kalau dia dan Hans tidak akan terpisahkan oleh apapun lagi. Satu-satunya kekurangan Hans sudah lenyap dan dia tidak lagi khawatir pada masa depan hubungan mereka. Dia tidak pernah sebahagia itu.

Sayangnya semuanya berbalik tiba-tiba dan hatinya langsung hancur. Kebahagiaan yang terlalu besar akan membawa penderitaan yang besar juga setelahnya. Hans memasukkan banyak wanita ke hidup mereka, menikah, punya anak, menjadikannya simpanan, dan mengontrol hampir segala hal. Belum selesai satu sakit hati, Hans malah menambahkan sakit hati lainnya.

Yang paling menyakitkan adalah kenyataan kalau dia tahu kenapa Hans berani melakukan itu. Semua itu karena Hans percaya kalau Dika akan pengertian. Makhluk brengsek itu juga percaya kalau kekasihnya tidak pernah bisa berhenti mencintainya. Sayangnya dia salah perhitungan. Tidak bisa berhenti mencintai bukan berarti orang yang sama tidak bisa membenci. Meskipun Dika memang tidak bisa berhenti mencintai, tetap saja hatinya berubah gelap setelah semua pengkhianatan yang dialami.

Karena itu Dika mematahkan tiga kuas berharga yang selalu ia jaga baik. Bunga mawar yang selalu menemaninya juga dia cabik-cabik karena kegelapan hatinya tidak bisa dia hentikan. Namun ketika akan merobek kartu ucapan yang Hans tulis, tangannya langsung gemetar.

Hatinya terlanjur percaya pada kata 'selamanya'. Harapan itu menjadi tumpuan perasaannya. Karena itulah hati miliknya tidak pernah bisa terbuka untuk orang lain lagi. Dia terlanjur menutup semua jalan dan menyerahkan seluruh hatinya untuk kekasihnya yang ternyata tidak pernah berpikir untuk menikahinya.

Dengan berat, dia memasukkan kartu itu ke saku celana. Kalau dia tidak diselamatkan, dia ingin mati ditemani oleh kartu itu. Meskipun definisi kalimat di dalam kartu itu sudah disimpangkan oleh Hans, tetap saja ucapan yang tertulis di kartu itu menyentuh kedalaman hatinya.

***

Setelah berhasil melarikan diri, kartu itu masih menemaninya di Korea. Saat itu hatinya sudah terlalu hancur untuk menghadapi sakit hati tambahan yang mungkin dibuat Hans di masa depan. Dia juga tidak berniat untuk kembali lagi. Namun, sesekali dia tergoda untuk mengenang semua kebahagiaan yang pernah dia rasakan. Sesekali dia akan merindukan masa-masa itu kemudian berakhir menjadi sedih. Matanya akan menerawang jauh karena kembali ke masa lalu.

Sayangnya sesuatu yang sudah berlalu tidak akan kembali lagi. Meskipun Hans berusaha mengembalikan semuanya, yang sudah patah tidak akan pernah sama seperti sebelumnya. Karenanya permohonan Hans tidak berguna. Dua bulan, satu tahun, maupun sepuluh tahun, Dika yang sudah patah tidak akan menjadi Dika yang dia ingat lagi.

"Gue ngga bisa jawab sekarang. Ini perlu gue omongin dengan Javier. Lu bisa datang lagi besok." Jawab Dika atas permintaan Hans yang ingin diberikan satu kesempatan terakhir. Setelah selesai dengan jawabannya, Dika berdiri dan mengajak Javier pergi. Hans masih berlutut di lantai namun tidak lagi menghalangi.

Jarak di antara mereka kini begitu lebar sehingga kepercayaan Dika sudah terlalu terluka untuk memberi pengertian. Hanspun bisa merasakan itu namun dia terlalu keras kepala untuk bisa berhenti berharap. Hanya harapan itu yang membuatnya bisa bertahan hingga saat ini.

***

Kelamnya malam menggantikan panasnya siang. Meskipun begitu, Dika masih tidak menyentuh makan malam dan hanya duduk di dekat jendela untuk memandang jauh. Tangannya memainkan kartu yang sudah menemaninya begitu lama. Sudah dua jam dia tidak berbicara sehingga Javier mulai khawatir.

Javier bangkit dan meninggalkan keramaian yang terdiri dari bawahan terdekatnya dan berjalan ke arah Dika. Dia menyentuh pundak Dika untuk membawa pacarnya ini kembali ke kenyataan.

Burung Dalam Sangkar (BxB) [End-Lengkap]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang