50. Pelarian 1

295 32 3
                                    

Laporan terakhir yang Hans terima membuatnya sedikit lebih tenang. Anak buahnya mengatakan kalau kondisi Dika tidak berbahaya dan kekasihnya akan cepat pulih sejauh diberi istirahat. Aris juga mencetuskan hal yang sama ketika mengirim pesan.

Oleh karenanya, Hans bisa berkendara dengan tenang menuju rumah sakit yang diinformasikan. Setelah sampai di rumah sakit tersebut, Hans segera menghubungi anak buahnya yang menemani Dika. Dia perlu tahu di ruangan mana Dika dirawat. Anehnya, dia menunggu cukup lama namun tidak satupun dari mereka yang mengangkat telefon. Diapun menghubungi dokter yang menangani namun tidak diangkat juga. Firasat buruk langsung memenuhinya. Pada akhirnya dia menghubungi Aris lagi.

"Dimana kalian?" tanya Hans begitu telefonnya diangkat. Aris tidak menjawab dalam waktu yang lama.

"Hallo." Karena tidak ditanggapi, Hans mencoba menarik perhatian.

"Hans." Kata Aris akhirnya. "Dika dibawa ke J Hospital, ngga ke rumah sakit yang gue bilang tadi."

Ini aneh. Untuk apa tiba-tiba mengganti rumah sakit? Meskipun tidak terlihat bermasalah, tidak biasanya dokter pribadinya membawa pasiennya ke rumah sakit lain tanpa pemberitahuan.

"Jadi Dika gimana sekarang?" tanya Hans

"Dia lagi dirawat dan udah di kamarnya sekarang. Gue ngga boleh masuk. Cuma dokter sama perawat aja yang boleh."

"Oh, oke. Gue ke situ sekarang." Tutup Hans yang kemudian menurunkan ponselnya. Firasat buruk yang memenuhinya belum lenyap. Meskipun begitu, dia tidak punya hal lain yang bisa dilakukan selain mendatangi rumah sakit yang merawat Dika.

***

Di ruangan pasien tempat Dika dirawat, Andres sedang mengacungkan pistol ke kepala dokter keluarga Atmajati. Sang dokter hanya bisa diam tanpa perlawanan. Di lantai, beberapa bodyguard sudah jatuh dan tidak sadarkan diri. Di depan mereka berdua, ada tiga wanita berpakaian perawat yang sedang menyiapkan pemindahan Dika. Mereka mendudukkan Dika yang masih menjalani transfusi darah di atas kursi roda, memakaikannya wig dan masker.

Setelah selesai, empat orang berpakaian petugas dan seorang pasien keluar ruangan kemudian masuk ke lift khusus staff. Setelah turun gedung menggunakan lift, mereka sampai di pintu belakang rumah sakit. Jalur evakuasi ini memungkinkan mereka membawa pergi Dika tanpa perlu melalui jalan panjang. Mereka bahkan tidak perlu bertemu dengan Aris yang harus menunggu di luar area kamar pasien.

Keempat orang itu harus mengendap-endap namun juga harus terlihat tenang tanpa gangguan. Mereka berjalan ke tempat parkir dan mencuri salah satu ambulans di sana. Setelah berhasil mengambil salah satu ambulans dan membawa Dika pergi dari rumah sakit itu, barulah Andres menghela nafas lega.

"Fiuh. Akhirnya selesai." Desahnya. Tiga wanita yang ada di situ juga menghela nafas lega.

Siang tadi Andres dikagetkan Javier yang tiba-tiba menyuruhnya mencegat siapapun yang berkendara menuju rumah Dika. Dikiranya bossnya itu sudah gila. Namun, sebuah ambulans memang berkendara ke sana dan akhirnya Andres harus membajak ambulan itu dengan beberapa anak buahnya. Setelah menyelesaikan semuanya, Andres baru tahu kalau ternyata Javier memang mendapat pesan dari Dika untuk menjemput. Sayangnya Javier yang tidak terbiasa berkomunikasi dengan benar, hanya memberi perintah singkat. Untung saja Andres sudah terbiasa dengan ini.

Sebagai orang yang selalu menghadapi kejutan Javier dan masih hidup hingga sekarang, Andres bisa memutar otak dengan cepat dan mengarahkan dokter agar mendatangi rumah sakit yang berafiliasi dengan mereka. Kalau tidak, mereka tidak akan bisa melarikan diri dari semua pengawasan yang dilakukan. Keberhasilan ini membuat Andres kembali membanggakan otaknya yang seringkali membantu. Bukan hanya cepat mencari kalimat untuk menjilat bossnya ketika marah, otaknya juga cepat mencari jalan keluar ketika keadaan mendesak.

***

Setelah Hans mendapati kalau dia kecolongan, dia tidak bisa menahan murka di dadanya. Aris yang tidak bersalah harus melihat Hans yang dipenuhi kegelapan. Pelukis lugu yang tidak tahu kejamnya dunia itu, melihat berbagai kebrutalan di mata obsidian Hans. Karenanya dia menunduk dan mundur agar tidak melihat ekspresi Hans yang terlihat ingin membantai manusia.

Meskipun kemarahannya membara begitu kuat, Hans mendinginkan kepalanya untuk berpikir. Dia langsung menghubungi Si Kembar untuk melacak lokasi Javier dan mafia lain yang menjadi anak buahnya. Setelah selesai dengan itu, dia memberi perintah pada komandan pasukannya untuk mengikuti arahan Si Kembar jika lokasi sudah ditemukan. Karena semua yang bisa dilakukan sudah dilakukan, dia melangkah pergi dari rumah sakit dalam diam.

Tempat pertama yang dia kunjungi adalah rumah Dika. Kekasihnya itu mungkin meninggalkan sesuatu. Meskipun Javier sulit dilacak, Hans mungkin bisa mendapatkan petunjuk dari perilaku kekasihnya.

***

Di sebuah rumah sederhana yang dikelilingi perkebunan, Farrel dan Lukas sibuk membantai satu sama lain dengan rayuan yang semakin tidak masuk akal.

"Sayang, seumur hidup aku tidak pernah melihat orang yang bisa melakukan apapun dan tetap setampan dirimu. Aku bahkan tidak perlu mengerjakan apapun dan hanya menikmati wajah suamiku yang semakin hari semakin menghanyutkan." kata Farrel sambil duduk santai dan menatap Lukas dengan penuh kekaguman. Hanya cara pandang itu saja, hati seseorang akan mendapat diabetes jika melihatnya.

Rayuan tanpa henti yang Lukas terima sejak bertemu suaminya ini membuatnya belajar untuk bertahan dari diabetes hati dan menguatkan diri untuk membalas. "Honey, aku jadi seperti ini karena selalu bahagia bersamamu. Suamiku selalu membuat hidupku semakin cerah dan indah. Kalau begitu, kamu cuma perlu berterima kasih pada dirimu yang selalu menyayangiku."

"Tentu saja aku akan selalu menyayangimu. Gimana caranya ngga sayang kalau kamu selalu begini memperhatikanku. Bahkan dalam mimpi pun kamu masih tetap menawan dan menggoda. Aku tidak tahu lagi apa yang harus aku lakukan. Ketika tidur dan terjaga cuma ada kamu. Aku tidak akan bisa hidup tanpamu." balas Farrel lagi. Kali ini dia melengkungkan senyum yang membuat begitu banyak orang tergila-gila padanya. Itu adalah senyum yang diwariskan pada Hans.

"Aku juga tidak akan hidup kalau kamu tidak di sisiku." jawab Lukas. Dia kemudian mendekati suaminya yang tidak pernah masuk akal itu dan menyentuhkan bibir mereka untuk ciuman romantis.

Setelah ciuman itu selesai, Lukas baru menyadari kalau cahaya kehidupan di wajah Farrel mendadak berkurang drastis. Suasana yang tadinya romantis kini berubah menjadi kesuraman untuk Lukas. Sejak lama dia memahami kalau Farrel banyak digerus permasalahan dan menjungkirbalikkan takdir sehingga sebagai gantinya dia harus membayar dengan kekuatannya. Akan tetapi, melihat cahaya kehidupan yang semakin melemah itu, mau tak mau Lukas tetap bersedih.

"Jangan khawatir, kehidupan seperti apapun yang aku jalani, aku akan selalu jatuh cinta padamu. Kita akan selalu bersama dan tidak akan ada yang menghalangi. Jadi, berikan aku senyuman." kata Farrel sambil menyentuh wajah suaminya yang tenggelam dalam kesedihan.

Setelah ditenangkan, Lukas akhirnya melengkungkan senyum terbaiknya. Senyum itu seperti kehangatan di akhir musim dingin. Senyum itu juga yang membuat Farrel jatuh cinta untuk pertama kali.

***

Burung Dalam Sangkar (BxB) [End-Lengkap]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang