42. Abort

7.8K 276 8
                                    

Ethan masih setia menemani Valerie hingga menjelang pagi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ethan masih setia menemani Valerie hingga menjelang pagi. Kedua orang tua Valerie pun sudah menyuruhnya untuk makan dan pulang tetapi ia enggan.

"Saat Valerie sudah siuman, kami pasti menghubungimu. Jadi sekarang kau bisa makan dan istirahat, Ethan. Kau tidak mau saat Valerie siuman, malah kau yang sakit dan tidak bisa menjaganya, 'kan?" bujuk Ibu Valerie.

Ethan masih terdiam tanpa mengalihkan perhatiannya dari Valerie sambil menggenggam dan mengusap tangan perempuan itu.

Ia mengusap air matanya yang tiba-tiba keluar karena teringat Valerie yang bersimbah darah. Kepanikannya saat itu semakin menjadi ketika pihak rumah sakit kehabisan stok darah dan membutuhkan pendonor untuk Valerie.

Parahnya lagi ia tidak bisa mendonor karena golongan darah yang berbeda. Untuk pertama kalinya ia berdoa kepada Tuhan agar ada seorang pendonor yang bisa menyumbangkan sebagian darahnya untuk Valerie.

"Baiklah, aku akan pulang."

Ayah sambung Valerie tersenyum sambil menepuk bahu Ethan.

"Hati-hati di jalan, Ethan, dan jaga kesehatanmu."

***

Sesampainya di apartemen, Ethan bukannya makan dan mandi. Ia malah langsung merebahkan diri karena semalam hanya tidur selama dua jam.

Ethan terlelap dan terbangun ketika hari sudah hampir sore. Setelah itu ia mandi lalu makan seadanya saja dari hasil memasak sendiri.

"Olivia..." gumamnya setelah menyelesaikan makan dan mencuci piring.

Ia langsung kembali ke kamar untuk mengecek ponselnya tapi ternyata mati karena kehabisan daya. Sebaiknya ia langsung berkunjung ke kediaman perempuan itu saja.

***

Beberapa kali Ethan menekan bel dan mengetuk pintu kediaman Loris, tidak ada satu pun yang membukanya. Rumah itu sangat sepi dan sunyi seperti tidak berpenghuni. Ke mana mereka?

Ia tidak bisa menghubungi Olivia karena ponselnya sedang diisi daya di apartemen. Ethan mengacak rambutnya frustrasi karena terlalu merindukan Olivia.

Tidak tahu saja jika ada yang mengamatinya dari jendela kamar lantai dua. Siapa lagi jika bukan Olivia. Kebetulan kedua orang tuanya tidak ada, jadi perempuan itu tinggal berdua bersama seorang asisten.

Dan sebelumnya Olivia sudah berpesan kepada asistennya untuk tidak menerima tamu dari seorang lelaki kecuali keluarganya.

Setelah Ethan pergi, barulah Olivia bisa menangis sebebasnya tanpa takut ada yang mendengar. Memang benar cinta dan benci itu beda tipis. Buktinya saat ini ia sedang merasakannya.

Semenjak ia mendapati kabar bahwa video asusilanya tersebar, Olivia tidak makan dan tidak keluar kamar lagi kecuali ketika kedua orang tuanya berpamitan untuk kunjungan acara ke kota Roma sekalian mengunjungi sang adik kembarannya.

ScandalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang