Chapter 3 - The Beginning

31 7 0
                                    

-- Berpuluh-puluh tahun sebelumnya --

Gemuruh petir di langit sudah ramai terdengar sejak tadi malam. Rintik hujan belum juga turun meskipun sudah beranjak pagi. Suasana yang mendung membuat sebagian orang memilih untuk membawa payung atau jas hujan sebagai persiapan saat beranjak keluar rumah. 

"Aish. Aku terlambat" Ucap salah satu siswi yang turun dari bus umum bersama murid lainnya. 

Mereka berjalan santai menuju gedung sekolah, namun tidak dengan siswi tadi. Dia mulai berlari kecil sambil sibuk memperbaiki gendongan tas di pundaknya. 

"Oh? Park Chorong....." 

Sapaan temannya pun sampai di abaikan. Dia terburu-buru memasuki gedung dan segera menuju ke kelasnya. Dia sibuk mengatur nafas sebelum berjalan ke arah meja paling depan. 

"Syukurlah masih belum ada yang datang..."

Tas yang sejak tadi membebani punggungnya mulai di buka dan beberapa buku catatan dikeluarkan dari sana. Dia mengikat rambut panjangnya ke belakang dengan sebuah pensil lalu mulai membaca satu per satu buku di mejanya. 

"Park Chorong, kau datang lebih awal lagi?"

Siswi itu hanya membalas sapaan dengan mengangkat sebelah tangannya. 

"Jadi apa aku bisa mengandalkanmu untuk ujian hari ini?"

Pertanyaan itu membuat Chorong langsung menoleh ke arah teman tadi. 

"Apa kau tidak lihat kalau aku sedang berjuang untuk diriku sendiri sekarang? Apa gunanya otak yang selalu kau bawa kemana-mana itu? Apa isinya hanya berupa video game saja?"

"Tenanglah. Aku hanya bercanda. Kenapa kau justru menanggapi dengan kata-kata menyakitkan seperti itu? Kau membuatku terlihat bodoh sekarang"

Chorong kembali memperbaiki cara duduknya dan melanjutkan kegiatan membacanya. 

"Oi, Park Chorong. Apa aku bisa meminjam pensilmu ini?"

Teman-teman lainnya datang dan mulai melakukan candaan lagi padanya. Bahkan dia harus berdiri dari duduknya karena rambut panjangnya tergerai setelah salah satu teman menarik pensil tadi begitu saja. 

"Hei! Kembalikan pensilku!!"

Teriakannya kalah kencang dengan tawa geli beberapa temannya di sana. Mereka sibuk mengoper sebuah pensil sampai berhasil di dapatkan Chorong dengan kedua tangannya sendiri. 

"Kau tidak akan membawa pensil itu ke alam kuburmu, kan? Kenapa kau bisa memberikan tatapan tajam padaku hanya karena hal itu?"

Chorong kembali duduk dan mengikat rambutnya lagi. 

"Dasar perempuan aneh"

"Dia benar-benar ingin menjadi nomor satu di sini. Apa persaingannya sangat ketat sampai dia harus belajar sekeras itu?"

Chorong mengabaikan ucapan beberapa teman padanya. Sampai suara bel terdengar dan guru mulai masuk ke ruangan kelas. Namun ada yang berbeda dari kelas Chorong. Guru yang datang ke sana tidak sendiri melainkan bersama seorang siswa baru yang langsung menyita perhatian seisi kelas sana. 

"Mohon tenang....."

Sang guru wanita berkacamata berbicara di depan kelas. Dia sudah bisa mendengar banyak suara decak kagum saat dia masuk tadi. 

"Hari ini kalian akan mempunyai teman baru. Silahkan perkenalkan dirimu"

Siswa yang dimaksud mulai memperhatikan seisi ruangan. Dia membungkukkan badan dengan sopan. 

"Halo, namaku Suho. Mohon bantuannya selama aku bersekolah di sini"

"Wah dia tampan sekali..."

"Apa dia benar-benar nyata? Wajahnya terlihat seperti manekin hidup"

I Miss YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang