Chapter 40

20 3 0
                                    

-- Sebuah rumah --

Perut yang semakin membesar cukup menyulitkan Chorong untuk melakukan aktivitas di rumahnya sendiri. Dia lebih banyak duduk atau berbaring di tempat tidur supaya tidak terlalu cepat lelah karena beban di perutnya itu. Ini sudah memasuki usia kandungannya yang ke 32 minggu dan berarti sudah 8 bulan Chorong mengandung bayi lelaki yang akan diberi nama Jeno itu. Beruntung sang suami juga selalu siaga berada di rumah dan sudah jarang keluar kecuali hanya untuk keperluan yang sangat penting saja. 

"Aku akan keluar sebentar untuk memeriksa keadaan sekitar. Mereka selalu mengeluh adanya tindakan pencurian pada perkebunan di arah dekat laut" Ucap Suho sambil mengenakan kemejanya. 

"Baiklah"

"Segera panggil namaku kalau kau membutuhkan bantuan"

"Iya"

"Kalau begitu, aku pergi sekarang" Suho tidak lupa untuk mengecup singkat kening sang istri sebelum meninggalkannya di dalam kamar. 

Chorong masih duduk bersandar dengan tumpuan bantal di punggungnya. Dia mengelus pelan perut besarnya yang tertutupi oleh pakaiannya sendiri. Nafasnya kadang terasa sesak seperti tertekan sesuatu yang sangat berat. 

"Aku harap kau bisa keluar dengan selamat, Jeno" Ucapnya pelan. 

Chorong teringat sesuatu. Dia meraih laci meja di sampingnya dengan susah payah dan mengeluarkan sebuah kamera model terbaru tahun ini yang dihadiahkan kedua Kakaknya padanya. 

"Bagaimana caranya menggunakan ini?"

Dia tampak mengutak-atik benda itu sampai berhasil mengambil gambar maupun video. 

"Wah, ternyata bisa dibuat seperti ini juga..." Chorong masih sibuk di sana sampai mulai membuat rencana untuk sang suami. 

"Apa aku harus membuat video sekarang?" Dengan semangat, dia mulai mengatur tempat dan pencahayaan supaya hasilnya bagus untuk di tonton. 

Chorong mulai duduk menghadap jendela dan menaruh kamera itu di dekat tembok. Dia sudah menekan tanda rekam dan membuatnya canggung untuk berbicara di sana. 

"Suho..... Ini sangat aneh.. Biar ku lakukan lagi" Perempuan itu merasa malu untuk berbicara sendiri. 

Dia pun berusaha untuk menenangkan dirinya dan mengatur ulang kamera itu. Bahkan juga mempersiapkan kalimat apa saja yang di utarakan dalam bentuk tulisan. 

"Baiklah, mungkin ini tidak akan terdengar canggung lagi"

Chorong duduk kembali di tempatnya tadi setelah menekan tanda rekam pada kamera. Dia tersenyum kecil terlebih dulu sebelum mulai berbicara di sana. 

"Suho, aku tahu kalau kau akan menangis saat melihat ini tapi kau pasti sudah menjaga Jeno dengan baik sampai sekarang. Untuk seterusnya, aku ingin kau tetap seperti itu dan tidak meninggalkan Jeno sampai kapanpun. Tapi mungkin kau harus melakukannya saat dia menemukan wanita yang dicintainya nanti. Kau tidak bisa terus mengikutinya kemana dia pergi berkencan atau dia akan merasa terganggu oleh mu. Biarkan Jeno menentukan masa depannya sendiri sama sepertimu. Jangan menyesali apapun, Suho. Aku harap kau tetap seperti ini setelah kepergianku nanti....."

Suara Chorong memelan. Dia mulai merasa sedih dengan kalimatnya sendiri. Entah karena apa tapi dia hanya ingin membuat sebuah video ini khusus untuk suami tercintanya. Dia merasa waktu kematiannya semakin dekat seiring kehamilannya itu yang sudah semakin membesar. Rasa takut dan cemas sudah terlalu sering hinggap di pikirannya sampai dia tidak ingin berlarut lama dalam kesedihannya lagi. 

Perempuan itu pun mengakhiri videonya setelah beberapa menit berlalu. Dia mencoba untuk menonton ulang namun niatannya terhenti begitu saja di pertengahan video. Dalam diam, dia mulai memikirkan hal lain yang sepertinya juga harus disiapkannya untuk anaknya nanti. 

I Miss YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang