Chapter 6

27 5 2
                                    

-- Beberapa hari kemudian --

Ketukan pintu yang terjadi beberapa kali belum juga membangunkan Chorong dari tidurnya. Dia selalu mengunci pintu dari dalam saat akan beristirahat di sana. Pagi ini sang Ibu masih berusaha untuk membangunkannya karena hampir melewati sarapan pagi bersama. 

"Chorong! Bangunlah, Park Chorong!"

Perempuan itu akhirnya terbangun setelah salah satu buku terjatuh mengenai kakinya sendiri. Dia tertidur di meja belajar dan sudah beberapa hari ini tubuhnya terasa pegal dengan selalu beristirahat dalam posisi seperti itu. Tempat tidurnya masih rapih tidak digunakannya sama sekali. 

"Chorong!"

"Iya... Iya..." Dengan malas, Chorong beranjak ke arah pintu. 
"Aku sudah bangun, Ibu"

"Cepatlah makan sarapanmu"

"Kemana Ibu akan pergi? Kenapa berpakaian rapih seperti ini?"

"Apa kau lupa? Ini hari pernikahan Pamanmu, adik dari Ayahmu. Cepatlah bersiap-siap"

"Baiklah..." Chorong menutup pintu kamar dan kembali ke kursinya. Dia duduk sambil berusaha mengumpulkan kesadarannya. 

Meja belajar di tatapnya sebentar dan membuatnya malas untuk merapihkan buku-buku yang ada di sana. Setelah itu, dia pun beranjak mandi supaya bisa menyegarkan tubuhnya sebentar. 

"Kenapa kau tidak pernah merapihkan kamarmu?" Sang Ibu masuk bertepatan dengan dirinya keluar dari kamar mandi. 

"Biarkan saja, Ibu. Aku akan membacanya lagi nanti sepulang dari sana"

"Baiklah. Kenakan pakaian ini. Pamanmu sengaja membelikannya untukmu"

Chorong menatap gaun putih selutut yang sudah menggantung di depan lemari pakaiannya. Dia pun harus meminta Ibunya keluar sampai dirinya selesai berpenampilan rapih. 

"Wah, cantik sekali..." Pujian datang dari Ayahnya saat Chorong beranjak dari kamar. 

Perempuan itu bisa menata rambutnya sendiri dengan rapih meskipun hanya dikepang sedikit dan mengenakan aksesoris bunga di kepalanya. 

"Biar ku rapihkan lagi" Ibunya mendekat dan menyisir rambut panjangnya kembali. 

Persiapan mereka sudah selesai. Mobil di luar rumah pun melaju ke tempat tujuan mereka hari ini. 

"Calon istri dari Pamanmu merupakan seorang spesialis dokter kandungan dan sudah membuka beberapa klinik di kota. Kau bisa bertanya banyak hal padanya nanti"

Tujuan utama kedua orangtuanya rupanya bukan hanya menghadiri pernikahan kerabat mereka, melainkan untuk memperkenalkan sang anak dengan profesi dokter dari dekat. 

"Aku belum tahu spesifikasi apa yang harus ku ambil nanti, Ayah" Jawab Chorong dari kursi belakang. 

"Karena hal itu lah Ayah akan memberikan kesempatan padamu untuk menjalin interaksi dengannya. Kau akan menemukan banyak hal yang menarik mengenai dunia kedokteran. Setelah itu kau bisa memilih sendiri akan menjadi dokter spesialis apa nanti"

"Benar. Kesempatan ini sangat langka, Chorong. Beruntung sekali Pamanmu mendapat calon istri seperti itu. Mungkin wanita itu akan membawa keberuntungan juga kepada keluarga kita ini"

Chorong tidak ingin menanggapi apapun karena dia tidak berpikir kalau niatan Ayah dan Ibunya akan sampai sejauh ini. Padahal dia bisa saja menghadiri pernikahan itu hanya untuk menyegarkan pikiran sejenak dari banyaknya buku pelajaran yang menumpuk di mejanya tadi. Tapi sepertinya dia tidak akan terlepas dari hal itu dan harus menuruti kedua orangtuanya lagi. 

I Miss YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang