Chapter 44

14 4 0
                                    

-- Beberapa jam kemudian --

Suasana di dalam sebuah rumah sakit tampak ramai. Berita mengenai kematian Chorong sudah tersebar luas dalam waktu singkat. Salah satu vampir bahkan sudah mendatangkan kedua orang tua mendiang namun harus menghadapi tingkah keras kepala dari Suho yang sudah mengunci diri di sebuah ruang rawat bersama jasad istrinya di sana. 

"Pergilah! Tidak ada yang boleh melihatnya lebih dekat!!"

Hanya itu ucapan Suho setiap mendengar ada yang meminta izin untuk masuk ke dalam sana. 

"Maaf, tuan. Sepertinya dia masih membutuhkan waktu untuk menenangkan diri" Changsub berbicara ke arah Ayah Chorong. 

"Bisakah aku berbicara dengannya dari depan pintu?"

"Silahkan..."

Pria paruh baya itu mendekat dan mengetuk pintu beberapa kali. 

"Suho, ini aku.... Ayah Chorong... Bisakah kau membuka pintu ini untukku?"

"Pergilah!!"

"Suho, ku mohon... Aku ingin melihat anakku untuk yang terakhir kali. Apa kau tidak bisa memberi izin?" Bahkan Ibu Chorong ikut berbicara dengan suara yang gemetar. 

"Tidak! Karena kalian yang terlalu baik hati menyediakan makanan untukku tadi, jadi membuatku harus kehilangan waktu bersama istriku sendiri!"

Kedua orangtua Chorong hanya bisa saling menatap lalu menghela nafas pelan secara bergantian. 

"Suho, kami tidak akan marah padamu. Itu bukan kesalahanmu. Dan bukan kesalahan dokter juga. Chorong sudah memprediksi kematiannya sendiri dan dia mengakui hal itu kepadaku tadi" Ucap Ayah Chorong lagi. 

"Apa?"

"Bisakah....kau mengizinkanku untuk masuk supaya kita berdua bisa berbicara lebih jelas?"

Suho tampak ragu. Dia seperti menggeser benda berat di sana sampai pintu bisa terbuka dengan sendirinya. Ayah Chorong masuk sendiri tanpa ditemani siapapun. Dia juga melarang istrinya tadi untuk ikut karena hanya akan membuat Suho bertambah marah nanti. 

Pintu langsung tertutup rapat kembali sampai pria paruh baya itu bisa melihat betapa berantakannya ruangan yang dia masuki ini. Pandangannya beralih ke arah Suho yang sudah terduduk di lantai sambil memeluk tubuh Chorong yang jelas sekali sudah tidak bernyawa itu. Dia tentu merasa sangat sedih dan terpukul dengan kabar buruk mengenai anaknya. Namun dia harus menguatkan dirinya sendiri karena adanya Suho yang lebih terlihat sangat berduka di sana.

"Saat kami berdua datang tadi, Chorong menceritakan tentang mimpinya padaku....." Ayah Chorong memulai pembicaraan. 

"Dia melihat kematiannya sendiri dan banyak meminta maaf kepada kami berdua. Hal itu bahkan pernah di ungkapkannya sebelum dia melahirkan Jeno. Sepertinya dia sudah terlalu sering memikirkan hal itu sendirian sampai tidak ragu lagi untuk mengatakannya tadi" Ucapnya lagi. 

"Apa kau sedang membuat cerita sendiri?"

"Tidak, itu benar, Suho. Dan Chorong sempat memberikan pesan kepada kami berdua untuk tidak membencimu sama sekali"

"Apa?"

"Kematian seorang anak pasti sangat sulit kami hadapi apalagi terjadi secara mendadak seperti ini. Kami pun terkejut dan tidak ingin datang melihat langsung tadi. Tapi mengingat bagaimana Chorong dengan berani berpesan kepada kami mengenai hal itu tadi membuat keputusan berubah. Aku akhirnya bisa muncul di hadapanmu seperti ini. Dan juga.......bisa melihat Chorong lagi padahal baru bertemu tadi siang" Suara pria paruh baya ini gemetar untuk menahan air matanya sendiri. 

I Miss YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang