Chapter 32

7 4 0
                                    

-- Sebuah rumah --

Setelah menjalani banyak perawatan di rumah sakit, akhirnya Chorong bisa kembali ke rumahnya dengan selamat. Dia masih bernafas dengan normal namun harus selalu mengalami mual setiap pagi datang. Mungkin karena gejala awal dari kehamilannya jadi membuatnya harus selalu terbangun karena rasa mual itu. 

"Aish....perutku....." Dia mengeluh pelan sebelum menelan beberapa butir obat tanpa minum sedikitpun. 

Kondisinya masih lemas sampai harus izin tidak sekolah selama hampir satu minggu ini. Dia bahkan tidak ingin beranjak kemanapun supaya orang lain tidak tahu kondisinya yang sebenarnya sekarang. Perutnya belum membesar namun kulitnya terasa lebih kencang dari biasanya dan membuat Chorong semakin ragu untuk membuka rahasia itu kepada kedua orang tuanya sendiri. 

Getar ponsel terdengar selagi perempuan itu duduk di pinggir tempat tidurnya. Sebuah pesan masuk dan berasal dari orang yang dikenalnya. 

Lee Changsub :

'Jangan terlalu banyak mengkonsumsi obat-obatan. Meskipun itu sudah diresepkan untukmu, tapi jangan berlebihan untuk memakannya. Kalau perutmu masih sakit, jangan memaksakan diri untuk mengkonsumsi obat apapun selama satu hari penuh'

Chorong hanya membaca tanpa berniat untuk memberikan balasan. Sudah dua hari sejak kepulangannya ke rumah, dokter itu secara rutin mengecek kondisinya dari pesan seperti itu. 

"Aish. Kenapa dia baru memberitahuku sekarang?" Dia sudah terlanjur memakan obatnya tadi. 

Chorong memutuskan untuk beranjak keluar kamar dan mengisi perutnya dengan sesuatu yang bisa di makan. Namun dia langsung bisa menghirup aroma yang sangat menyengat dari area dapur. Dia bahkan harus berjalan ke sana sambil menutup indera penciumannya dengan salah satu tangan. 

"Aku membuatkan bubur untukmu. Tunggulah sebentar lagi" Ucap sang Ibu yang sibuk mengaduk sesuatu. 

Rasa mual Chorong kembali datang. Dia terburu-buru ke kamar mandi terdekat untuk mengeluarkan sisa isi perutnya di sana. Suara muntahnya terdengar sangat sering sampai membuat khawatir kedua orang tuanya. 

"Apa kau baik-baik saja?" Ibunya sudah berada di depan pintu kamar mandi saat Chorong baru saja keluar. 

"I-iya....."

"Minumlah ini sedikit. Aku sempat membuat minuman herbal juga untukmu"

Chorong sontak menutup area mulutnya dengan kedua tangan setelah disodorkan secangkir minuman hangat oleh sang Ibu. Dia kembali masuk ke kamar mandi dan mengulangi kegiatannya tadi. Dia tidak akan bisa memakan apapun karena semua yang dibuat oleh Ibunya selalu membuatnya mual. 

"Cobalah ini..." Ayahnya justru memberikannya daging yang sudah di masak matang meskipun istrinya sudah beberapa kali melarangnya. 

Tanpa diduga, Chorong bisa makan dengan lahap tanpa menyisakan satu pun di piring. Bahkan kedua orang tuanya harus merasa lega sejenak dengan melihat nafsu makannya kembali datang seperti ini meskipun bukan hal yang biasa untuk memakan daging dalam jumlah banyak di pagi hari. 

"Apa ada lagi, Ibu?"

Wanita paruh baya itu saling melihat ke arah suaminya terlebih dulu saat Chorong bertanya dengan mulut penuhnya. 

"Itu daging terakhir yang ku punya di lemari pendingin. Apa perutmu baik-baik saja dengan memakan ini?"

"Iya.. Rasanya sangat lezat" Chorong tersenyum sebentar sebelum fokus menghabiskan piring ke sekian di meja sana. 

Kedua orang tuanya hanya bisa menatap dalam diam. 

"Sejak kapan salah satu gigi taringmu tumbuh lebih panjang?" Tanya sang Ayah yang langsung membuat anaknya itu menutup mulutnya dengan rapat. 

I Miss YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang