Chapter 4

23 7 0
                                    

-- Pagi hari --

Rintik hujan mulai membasahi jalanan di sekitar kota. Matahari sama sekali tidak menunjukkan sinarnya karena sudah tertutup oleh awan gelap di langit. Sebagian aktivitas warga tampak ditemani payung yang melindungi mereka dari hujan. Air dari langit itu perlahan bertambah banyak dan membuat orang-orang berteduh di beberapa tempat. Gemuruh petir juga terdengar saling bersahutan jadi para pejalan kaki pasti tidak akan mengambil resiko untuk melanjutkan perjalanan dengan cuaca seperti ini. 

"Hujan benar-benar turun dengan lebat. Kurasa ini merupakan yang pertama turun di pagi hari selama seminggu terakhir. Tapi setidaknya suhu udara bisa menurun dengan adanya hujan sekarang. Musim panas tahun ini sempat membuat kita tersiksa"

"Benar. Banyak berita yang menayangkan keluhan masyarakat di beberapa tempat. Namun hujan kali ini bisa membawa manfaat untuk kita sekarang"

Chorong hanya terdiam saat kedua orangtuanya berbicara. 

"Aku tidak bisa menjemputmu nanti. Jadi pastikan kalau kau langsung pulang setelah menyelesaikan kegiatan les mu"

Chorong mulai melihat ke arah kaca spion depan. Ayahnya sedang berbicara ke arahnya. 
"Baiklah"

"Jangan sampai nilaimu turun lagi, Chorong. Kau akan kehilangan kesempatan untuk masuk fakultas kedokteran setelah lulus nanti"

"Iya, Ibu.."

"Wali kelasmu tahun lalu sudah memberikan peringatan itu di saat ajaran baru di mulai. Jadi ikuti kegiatan les dengan baik dan tetaplah belajar dengan rajin di sekolah"

"Iya...."

Tidak lama kemudian mobil memasuki kawasan sekolah dan berhenti tepat di depan gedungnya. Chorong segera turun setelah berpamitan singkat ke arah kedua orangtuanya. Dia berjalan santai menuju kelasnya yang terdapat di lantai dua. 

"Sepertinya belum ada yang datang satu pun"

Setiap kelas yang dilewatinya tampak masih sepi. Penerangan juga sebagian sudah dimatikan namun masih ada beberapa lampu yang menyala seperti lorong yang ditelusurinya sekarang. 

"Kenapa hujan turun sangat lebat sekali?" Sesekali pandangannya mengarah ke luar jendela. 

Beberapa langkah kemudian, dia pun tiba di kelas dan benar saja Chorong menjadi murid pertama yang hadir hari ini. 

Tiba-tiba saja petir menyambar sampai mengejutkannya di sana. Secara otomatis dia menutup kedua mata serta telinganya dengan tangan. Chorong membiarkan buku-buku di tangannya jatuh ke lantai karena cahaya terang dan suara kencang tadi. 

Saat dia membuka kedua matanya kembali, hal mengejutkan kembali muncul sekarang. Dia melihat sosok siswa baru yang berambut blonde sudah berdiri di dekat jendela dalam kelas sambil menatap ke arah hujan. 

"Ka-kapan dia datang? Aku tidak melihatnya tadi..."

Walaupun Chorong berbicara pada dirinya sendiri, Suho bisa mendengarnya dengan baik sampai bisa menoleh ke sana sekarang. Siswi itu merasa canggung dengan tatapan langsung itu dan segera mengambil buku-bukunya. 

"Kau ketua kelas di sini?" Suho sudah berada di depannya. 

Chorong berdiri tegak kembali. 
"Iya..."

Siswa itu hanya menatapnya dalam diam lalu segera berjalan keluar kelas tanpa berbicara lagi. 

"Apa-apaan dia? Hanya bertanya singkat tanpa alasan yang jelas?" Ucap Chorong sambil menatap kepergiannya. 

Beberapa menit kemudian, satu per satu murid mulai mendatangi sekolah. Hujan sedikit mereda namun masih turun secara bersamaan dari langit. Sebagian dari mereka mengeluhkan cuaca pagi ini. Tidak sedikit yang mengeluh juga mengenai seragamnya yang basah ataupun terkena cipratan dari kendaraan roda empat saat perjalanan menuju ke sekolah tadi. 

I Miss YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang