Chapter 27

12 6 0
                                    

-- Pagi hari --

Chorong bangun lebih awal karena merasa sakit yang sangat parah di perutnya. Beruntung dia memiliki kamar mandi sendiri di ruangan tidurnya, jadi tidak membutuhkan waktu lama untuk menuju ke sana. 

"Aish... Ada apa dengan perutku?"

Rasa mual serta ada sesuatu yang menekan perutnya selalu membuatnya membungkuk. Dia pun membuang semua makan malamnya dari mulut dan mengosongkan perutnya lagi sekarang. 

"Aish..... Perutku...." Dia mengeluh lagi saat kembali ke tempat tidurnya. 

Sebuah botol kecil minuman herbal di bawahnya di ambilnya dan segera meminumnya sampai habis. Dia sempat membelinya beberapa kemarin untuk mengantisipasi hal seperti ini di pagi hari. Sudah beberapa kali terjadi dan belum juga membaik sampai sekarang. 

"Apa aku harus makan sesuatu lagi?"

Mulutnya terasa pahit dan membuatnya beranjak keluar kamar. Suasana masih sepi karena rupanya jam masih menunjukkan pagi buta. Tidak banyak yang sudah terbangun saat langit belum beranjak cerah di luar sana. 

Chorong segera ke arah dapur dan mencari sesuatu di lemari pendingin. Dia membuka setiap kotak penyimpanan untuk menemukan makanan yang menggugah seleranya. Dia pun mengambil beberapa potong ayam yang masih mentah lalu mulai melahapnya begitu saja. Suara kunyahan tulang serta cara makannya yang asal, membuat berisik area sekitar dapur. 

Tiba-tiba lampu menyala dengan terang dan mengejutkannya. 

"Chorong?" Ibunya juga terkejut saat mengetahui asal dari suara yang membangunkannya itu. 
"Apa yang kau lakukan?"

Sang anak dengan panik langsung menyembunyikan bungkusan plastik di belakang tubuhnya. Mulutnya juga mengunci rapat meskipun terlihat penuh karena masih terdapat makanan di dalamnya. 

"Kau memakan sesuatu? Apa yang ada di mulutmu itu?" Ibunya mendekat. 

Chorong dengan cepat mengunyah lagi meskipun suara gigitan tulang terdengar cukup mengganggu sang Ibu. Dia berhasil menelan habis sebelum bisa berhadapan dengan wanita yang melahirkannya itu. 

"Kenapa berantakan sekali di sini?" Sang Ibu melihat beberapa barang keluar dari pintu lemari pendingin yang tidak tertutup rapat. 

"Bi-biar aku saja, Ibu..."

"Oh? Kau mengambil bungkusan ayam yang baru ku beli kemarin?"

Chorong secara tidak sengaja menunjukkan bungkusan di tangannya. Dia pun mulai kehabisan kata-kata untuk memberikan penjelasan dan membiarkan Ibunya mengambil bungkusan tadi. 

"Kenapa ayamnya berkurang?"

"I-ibu....aku......"

"Apa aku menjatuhkannya kemarin?" Ibunya sibuk memperhatikan sekitar lantai. 

"I-ibu...."

"Kau tidak mungkin memakannya, kan?"

"Apa? Ti-tidak.... Te-tentu saja tidak....." Chorong mengelap mulutnya sebentar karena gugup dengan pertanyaan Ibunya itu. 

"Kembalilah ke kamar. Kalau kau lapar, biar ku buatkan sesuatu sekarang"

"Ti-tidak perlu, Ibu... Aku bisa......"

"Beristirahat lah lagi"

"Ba-baiklah...." Chorong dengan terpaksa harus menuruti ucapan Ibunya itu. 

Dia langsung berbaring di tempat tidur dengan kondisi perutnya yang masih lapar. Sampai akhirnya dia tertidur lagi karena harus menunggu Ibunya memasak untuk sarapan. Lalu dua jam kemudian, dia terbangun dengan melihat cahaya matahari masuk ke sela jendelanya. 

I Miss YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang