07. I promise myself

853 104 10
                                    








Nunew kembali bergelung dalam selimut, area belakangnya terasa begitu nyeri dan berdenyut setelah aktifitasnya bersama Zee beberapa puluh menit yang lalu. Ia tidak menyangka melakukan sex dengan Zee akan semelelahkan ini, pada awalnya memang pria itu hanya diam menikmati permainan Nunew, namun ketika kali kedua, Zee terlihat seperti akan memakannya hidup-hidup, Nunew sama sekali tidak ia biarkan bernafas dengan benar barang sebentar. Mencium, melumat, menggigit, semua ia lakukan sampai-sampai tubuh hingga paha Nunew penuh lebam akibat gigitan pria itu.

Tidak bisa di pungkiri, Zee mampu memuaskan birahinya tadi, ia merasa sangat puas, bahkan sepertinya Nunew belum pernah merasa teramat puas dengan sex seseorang. Atau mungkin karena Nunew belum pernah melakukan sex sesama jenis, makanya ini seperti hal baru yang belum pernah ia rasakan.

Entahlah ia tidak mau repot-repot memikirkannya, tapi, hey kemana Zee? Ia baru sadar berbaring hanya sendiri di tempat tidur masih dalam keadaan setengah telanjang.

"Apa aku ditinggal?" Gumamnya, ia tidak percaya dirinya di tinggalkan setelah sex pertama mereka. "Dasar brengsek."

"Siapa yang brengsek?"

Nunew menoleh ke asal suara, Zee tengah berdiri di ambang pintu dengan satu nampan berisi mangkuk makanan dan air dalam gelas.

Atensi mereka terjalin dalam satu garis lurus, Nunew dapat melihat gurat lelah di wajah Zee, namun sekali lagi, sorot mata itu terlihat begitu jernih seolah menatap Nunew dengan penuh rasa kagum. Tapi apa yang harus Zee kagumi darinya? Aneh.

"Kau yang brengsek," ucap Nunew, sengaja memalingkan wajah ke sembarang arah. Karena satu hal ia tak suka menatap mata itu terlalu lama.

"Kenapa mengataiku?" Zee duduk tepat di hadapan Nunew yang duduk bersandar pada ujung kasur, menaruh nampan berisi semangkuk bubur itu di atas nakas.

"Ku kira tadinya kau pergi"

"Nunew, bagaimana kau bisa berfikir begitu, mana mungkin aku meninggalkanmu setelah.." Zee menggantung kalimatnya, ia merasa malu juga harus mengatakan hal itu secara gamblang. "Eum, apa sangat sakit?"

Nunew merotasi kedua matanya sebelum kembali menatap Zee, "bisa kau bertanya begitu setelah aku menyuruhmu berhenti tapi kau terus menusuk semakin dalam? Aku merasa seperti di perkosa"

Benar, Zee terlalu bersemangat hingga tidak mau berhenti ketika Nunew mencakar punggungnya dan setengah berteriak meminta Zee berhenti. Yah mau bagaimana lagi, ia merasa tanggung jika mereka stop begitu saja. "Maaf ya", ucap Zee dengan suara lirih, ia menyesal, tapi tidak juga, entahlah. "Apa yang kau rasakan sekarang? Mau ku obati?"

"Kau pernah ambeyen?"

Zee mengangguk, ia pernah mengalami ambeyen ketika usianya delapan belas tahun, semenjak kejadian itu Zee semakin rajin makan sayur.

"Rasanya seperti itu kalau kau mau tau, jadi bagaimana caramu mau mengobatiku? Mengelus analku? Atau mau menjilatnya sekalian?"

Ck! Kenapa juga Nunew harus menjelaskan secara rinci, lihatlah wajah melongo pria berkumis itu, tampak bodoh dan..

Menggemaskan, sial!




***




Festival panen adalah sesuatu yang baru Nunew ketahui, nampak hampir sama seperti bazar sekolah saat Nunew duduk di sekolah menengah atas. Ada stand jajanan yang menurut Nunew sungguh tidak jauh berbeda, yang membuat berbeda mungkin karena di sini di adakan wahana anak ala kadarnya dan sebuah panggung entah ada acara apa. Nunew hanya dapat mendengar suara menyanyi lagu-lagu daerah serta sorak sorai penonton.


Friend With Benefit [END ✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang