Hangat sinar matahari pagi menyerobot masuk melalui kaca cendela, memantulkan cahaya tepat ke punggung telanjang pemuda yang masih enggan membuka mata, sebenarnya pemuda itu sudah bangun sejak sepuluh menit lalu namun kelopak mata kembarnya urung membuka sebab sadar ada aroma dan hangat tubuh orang lain selain dirinya, ditambah lengan kekar yang dapat Nunew rasakan berada tepat di perpotongan leher.
Hembus nafas hangat pun menerpa anak rambut Nunew hingga ia dapat menebak posisi lelaki yang semalam membawanya pada kenikmatan dunia, entah sudah terbangun juga atau belum Nunew tidak berani membuka sedikitpun matanya.
Ini adalah kali pertama mereka tidur di satu tempat tidur sejak mereka melakukan sex, ada rasa hangat yang menjalar dari hatinya hingga kedua pipi. Nunew tersipu dalam diam sampai sebuah suara berat khas orang yang baru saja bangun tidur menyapa rungu, "selamat pagi, Nu."
Nunew tidak bisa tidak terjingkat karena suara tiba-tiba itu, dengan rasa malu akhirnya ia membuka mata perlahan, tapi rasanya keputusan itu adalah kesalahan besar. Jantungnya terasa berhenti ketika menyadari betapa dekat jarak wajah mereka, bukan hanya itu saja, Nunew heran, kenapa Zee tampak begitu sempurna bahkan ketika bangun tidur.
Binar mata jernih, rambut sedikit berantakan dan bibir yang masih bengkak justru menambah pesona sosok lelaki yang tersenyum memandangi dirinya.
"Kenapa wajahmu memerah? Kau demam?"
Zee membawa telapak tangannya menyentuh kening Nunew yang masih terdiam memandanginya, lalu telapak tangan itu berpindah ke leher dan lengan. "Astaga benar kau demam, tunggu disini, aku akan buatkan sarapan, kau punya obat demam?"
"Tidak perlu."
Nunew menahan sebelah lengan Zee ketika akan bangkit, "a-aku tidak apa-apa..aku hanya..."
Celaka! Bagaimana Nunew harus menjelaskan? Apa ia harus berkata jika dirinya hanya tersipu? Tidak mungkin! Lagipula kenapa juga ia tersipu, ini pasti hanya perasaan hangat yang timbul ketika akhirnya dirimu tidak lagi kesepian saat tidur.
"Hanya?"
"Eum..terkena matahari, kau tidak lihat punggungku terkena matahari sejak tadi?" Nunew berbalik memunggungi Zee, ia merasa alasannya terlalu klise dan jadi merasa malu sendiri.
Hening sejenak, Nunew tidak tau apa yang Zee lakukan karena sama sekali tidak merasakan pergerakan lelaki itu sampai telapak tangan hangat milik Zee merambat pada sisi pinggangnya yang tanpa sadar terekspose akibat selimut yang merosot.
"Zee apa yang kau lakukan"
"Tatto di pinggangmu, sangat cantik Nu."
Nunew meremat bantal yang ia gunakan, menikmati usapan telapak tangan hangat Zee pada permukaan kulit pinggangnya.
"Zee.."
"Humm?"
"Aku lapar, bisa buatkan aku sarapan?"
Telapak tangan besar itu berhenti diiringi kekehan ringan sang empu, "tentu, kau mau sarapan apa, yang mulia?"
"Meskipun kau membuatkan aku telur dadar gosong pun aku akan langsung memakannya."
"Benarkah? Biar kutebak, sedalam apa rasa cintamu padaku"
Nunew bereaksi pada kalimat terakhir Zee dengan melemparkan bantal yang ia gunakan hingga mengenai wajah Zee, "dalam mimpimu!"
***
Setelah beberapa perdebatan kecil karena Zee benar-benar hampir memberinya sarapan telur dadar gosong, akhirnya Zee dan Nunew berangkat bersama, Zee meminjam kemeja putih dan celana hitam milik Nunew yang beruntungnya memiliki ukuran yang pas karena Nunew selalu membeli pakaian dengan size lebih besar dari ukuran tubuhnya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Friend With Benefit [END ✓]
FanficNunew si anak kota yang ikut sang ibu berkunjung ke desa tempat neneknya tinggal untuk liburan semester, sama sekali tidak bisa ber-adaptasi dengan lingkungan. Dalam rundung ke jenuhan ia bertemu dengan seorang laki-laki dengan binar di matanya. "La...