15. the different

736 106 8
                                    






Mereka saling memagut memadu hasrat, tidak ada yang mau mengalah untuk lebih mendominasi. Bahkan kain pada kedua tubuh itu telah tanggal, jatuh di sembarang tempat, namun keduanya masih sibuk beradu mulut, menghisap, menjilat, hingga menggigit. Deru nafas dan decakan kotor yang timbul karena hisapan bibir Zee dan Nunew terdengar nyaring dalam ruang tertutup seperti kamar mandi, menggema sebagai latar belakang kegiatan keduanya yang semakin bertambah panas. Sesekali cumbuan itu turun ke leher, lalu bahu dan tulang selangka milik Nunew, kulit bersih itu mulai kotor akibat bercak keunguan yang sengaja Zee tinggalkan.

Nunew sendiri tak ingin kalah, ia sengaja mendorong tubuh Zee hingga membentur pintu kamar mandi cukup keras lalu ia sendiri melompat turun dari washtafle untuk menerjang tubuh yang lebih besar. Memagut kasar bibir yang telah sama bengkak seperti miliknya, tangannya ia gunakan untuk membuka kancing celana bahan hitam yang Zee kenakan dan dengan bantuan sang empu, celana itu merosot beserta celana dalam sampai kebawah. Setelah puas dengan bibir Zee, Nunew mulai mengecup secara acak tubuh pemuda itu, cuping telinga, leher, dada, dan terus turun ke bawah hingga mencapai apa yang ia tuju.

"Sshh aahhh" desahan pertama lolos dari belah bibir Zee ketika Nunew berjongkok untuk mengerjai miliknya. Dengan lihai memberi pijatan dan mengulum benda yang sudah mengeras sempurna itu. Zee dibuat melayang, lututnya lemas dan tubuhnya menegang, ia bingung bagaimana ia harus menyalurkan rasa nikmat yang Nunew berikan padanya. Terkesan kasar, terburu-buru, tapi rasa yang timbul benar-benar menyenangkan. "Nunew sshhh," Zee tanpa sadar meremas rambut Nunew lantas menggerakan pinggulnya, memberi kode agar Nunew melakukannya lebih cepat. Putihnya hampir sampai, benda itu berkedut semakin sering dan akhirnya di hentakan ketiga mulut Nunew di penuhi oleh cairan kepuasan milik Zee. Pemuda itu sempat terkejut karena alih-alih membuangnya, Nunew justru meneguk hingga mulutnya kembali bersih ketika berdiri.

Zee tidak bisa tidak terangsang dengan sosok Nunew yang menatapnya dengan manik sayu, begitu menggoda dan sexy padahal lelaki itu hanya diam, tidak bergerak apalagi menyentuh. Dengan tergesa Zee mengangkat tubuh Nunew, membawanya ke atas tempat tidur, menindihnya hingga Nunew tidak memiliki celah sedikit pun untuk kabur. "Kau tau Nu? Bahkan hanya dengan tatapanmu, kau bisa membuatku bertekuk lutut." Ucap Zee dengan nafas terengah, tubuhnya bangkit untuk membuka seluruh kain yang menempel pada tubuh Nunew lantas mengecupi tiap inci betis dan paha lelaki itu. "Kenapa bisa ada orang seindahmu Nu?" Lagi, pujian itu mengalir dengan nada rendah dan parau.

"Aku bahkan tidak melakukan apapun," Nunew mengusap rahang Zee dengan gerakan menggoda ketika lelaki itu kembali menghimpit tubuh Nunew. Ia coba mendorong tubuh di atasnya agar membalik posisi, namun kali ini gagal, Zee tak bergeming dari tempatnya dan justru menyematkan jemarinya pada jemari Nunew lalu menahannya di atas. Nunew menatap Zee bingung, "apa yang kau lakukan?"

"Kali ini, kali ini saja, biarkan aku yang mengontrol permainan," Zee sengaja mendekatkan wajah tepat di hadapan wajah Nunew, menggeram rendah ketika kedua benda tumpul itu tak sengaja bergesekan. "Nikmati setiap sentuhanku, rasakan seberapa besar aku memujamu."

Nunew tidak suka didominasi ingat? Ia selalu ingin jadi yang mengontrol permainan seperti sex pertama mereka. Namun tidak kali ini, Zee bertekad mengalahkan dominasi Nunew, ia ingin Nunew merasakan seberapa besar rasa kagumnya pada Nunew, pada kesexyan tubuh ramping yang ada di bawah kendalinya saat ini.

Nunew terdiam, balas menatap binar mata yang selama ini selalu mampu memenjarakannya. Seperti terhipnotis, Nunew mengangguk setuju, meski ia tidak suka dikontrol, tapi ia juga penasaran seperti apa Zee saat mengendalikannya. "Cobalah, lakukan apa yang kau inginkan. Buat aku menginginkannya lagi jika kau bisa."

Zee tersenyum simpul, "bukan hanya menginginkan, aku juga akan membuatmu kecanduan sentuhanku" bibirnya kembali menyerang, saling mencari kepuasan hasrat dan nafsu yang sudah di ubun-ubun. Decakan antara kedua bibir berbunyi semakin nyaring diselingi oleh deru nafas yang memburu karena nafsu, perlahan Zee turun mengecup setiap inchi tubuh telanjang Nunew, mulai dari tulang selangka lalu turun ke puting pemuda itu, menghisap seperti bayi yang menyusu pada ibunya.

Friend With Benefit [END ✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang