Ketika fajar menyingsing mereka menemukan arah lantas kembali ke rumah masing-masing setelah malam yang panjang, Zee berniat mengantar namun seperti biasa, Nunew menolak dengan alasan tidak ingin diperlakukan seperti seorang wanita, Nunew bisa menjelaskan sendiri pada ibunya nanti. Meski begitu sebenarnya Nunew menaruh rasa khawatir pada lelaki besar itu, bibirnya pucat dan tubuhnya pun hangat, jika Zee harus mengantarnya kembali ke rumah itu artinya ia harus berjalan lebih jauh, amat tega kalau Nunew membiarkannya, lihat saja tubuh Zee saat ini sudah banjir keringat, setelah berdebat kecil akhirnya dengan sedikit ancaman Zee menurut, mereka berjalan berlawan arah untuk kembali ke rumah masing-masing.
Semilir angin fajar menemani langkah Nunew, terasa cukup dingin memang, karena pakaian yang di pakainya pun masih lembab. Namun Nunew menikmati langkah demi langkah, ini kali terakhir berada di desa, ia bingung kenapa ada sedikit rasa sedih saat melewati danau tempat ia biasa duduk sendiri dengan sebatang rokok. Apa Nunew mulai menyukai kesunyian? Tidak mungkin, Nunew tidak suka sendirian, hidupnya sejak kecil selalu sendiri dan Nunew sama sekali tidak menikmatinya.
"Sudahlah Nunew, tidak ada yang bagus di sini," Nunew menghela nafas lalu memantapkan langkah untuk kembali ke rumah sambil memikirkan alasan yang tepat sebab ia tidak pulang. Apa perlu ia berbohong menginap di rumah Zee? Ia rasa hanya itu alasan yang cocok, ibu dan neneknya itu sangat menyukai Zee, entah sebab apa tapi keduanya begitu akrab dan senang saat bertemu dengan si pria besar.
***
Nunew merasa tasnya bertambah banyak saat pulang, bukankah ketika datang ia hanya membawa satu tas miliknya dan koper sang ibu? Tapi sekarang ada dua tas tambahan yang ia angkat ke dalam bagasi mobil. "Ibu membawa pulang apa? Sayuran?" Gumam Nunew, menatap kedua tas mencurigakan di hadapannya.
"Nu, apa sudah semuanya?"
Nunew menoleh lantas mengangguk sebagai jawaban pada dua wanita yang berjalan beriringan sambil menggenggam satu sama lain. Sepertinya sang nenek masih enggan untuk di tinggal, tapi mau bagaimana lagi, liburannya selesai dua hari lagi dan besok Wasita sudah harus kembali bekerja karena masa cutinya selesai.
"Wa, jaga dirimu dengan baik ya, ibu akan mengunjungi kalian jika ada waktu," neneknya mengelus bergantian pipi Nunew dan Wasita lalu memeluk satu persatu dari mereka.
"Ibu juga jaga kesehatan ya"
"Nenek jangan memikirkan hal apapun yang membuat nenek stress, kami hidup dengan baik, lain kali jika nenek berkunjung, aku akan mengenalkan pacar ibu pada nenek"
Ucapan Nunew dihadiahi sebuah cubitan pada lengannya, membuat sang empu mengerang kesakitan. Tentu ia hanya bercanda, memang ada orang yang di maksud Nunew, seorang pria berusia empat puluh tahunan teman kerja sang ibu, pria itu nampak tertarik, tidak jarang ia mengantar ibunya pulang bahkan terkadang Nunew di beri uang jajan namun tentu ia menolak. Jelas-jelas pria itu ada maksud lain, jadi Nunew tidak ingin memberi sedikit pun celah. Bukan Nunew tidak suka, ia ingin Wasita bahagia, tapi ia menolak karena Wasita sendiri terlihat risih dengan perlakuan berlebih lelaki itu.
"Nunew"
Ketiganya menoleh ke arah suara, itu Zee, ia datang tepat ketika mereka telah selesai berpamitan.
"Baiklah kalau begitu, jaga diri ibu ya, ibu masuk saja," ucap Wasita memberi kode pada sang ibu yang di jawab dengan anggukan.
"Nu, ibu tunggu di dalam mobil," Wasita menyentuh lengan Nunew sebelum lebih dulu masuk ke dalam mobil, menyisakan Nunew sendiri, menunggu Zee menghampirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Friend With Benefit [END ✓]
FanfictionNunew si anak kota yang ikut sang ibu berkunjung ke desa tempat neneknya tinggal untuk liburan semester, sama sekali tidak bisa ber-adaptasi dengan lingkungan. Dalam rundung ke jenuhan ia bertemu dengan seorang laki-laki dengan binar di matanya. "La...