Kehidupan selalu mengajarkan arti tentang takdir seseorang tak terkecuali dengan Nunew, kini ia paham, mengapa selama ini dirinya selalu dihantui oleh masa lalu. Nunew hanya belum berdamai dengan diri sendiri, dan keputusan Nunew dulu adalah akar dari semua kegelisahan yang terus menghantui hingga menjadi sesuatu lebih rumit untuk dirinya sendiri. Alih-alih menghadapi, Nunew justru pergi untuk menghindar. Lantas di masa kini Nunew baru sadar, seperti apapun keterpurukan, menghadapi adalah jalan terbaik. Nyatanya sekarang setelah menerima kenyataan tentang masa kecil, ayah, dan masa-masa kelam yang pernah terjadi, Nunew merasa lebih hidup. Dokter bahkan mengatakan kondisinya banyak membaik, ia juga sudah tidak sering insomnia dan mengalami mimpi yang sama secara berulang.
Tidak semua, belum, tentu saja, masih ada rasa sakit yang Nunew tahan. Tapi ketika menatap sebuah kartu undangan pernikahan berwarna putih yang sempat tersimpan sejak satu minggu lalu dalam laci meja kerjanya, Nunew sudah mantap dengan sebuah keputusan. Ia akan hadir, melepas semua ikatan tanpa ada rasa penyesalan setelahnya.
Sakit? Tentu saja, siapa yang tidak sakit melihat ukiran nama seseorang yang diukir dengan tinta emas dan nama orang itu adalah nama orang yang selama ini selalu tersemat dalam asa. Namun tak ada lagi bimbang atau dilema, Nunew pastikan ia hadir karena itu adalah harapan si pengirim undangan kan?
"Nu, kau tidak harus melakukan ini."
Nunew menoleh dengan senyum kecil, "kita sudah sampai di parkiran dan kau baru mengatakan padaku, Noeul?"
Noeul tidak bisa untuk tidak cemas, ia juga enggan pergi hingga tiba-tiba Nunew berkata akan datang kemarin. Ini akan jadi hari patah hati terbesar Nunew, mana mungkin Noeul mampu membiarkan sahabat kecilnya itu pergi sendiri. Pada akhirnya bukan hanya Noeul, Boss dan Net yang semula tidak berpikir akan hadir pun ikut, dalam hal ini hanya James yang mau tak mau tetap hadir sebab keluarganya dan keluarga Panich memiliki hubungan baik.
"Tapi kau masih memiliki pilihan untuk pergi." Ucap Net dari balik kemudi, sedangkan Boss hanya diam sambil menatap Nunew melalui kaca spion mobil.
Nunew tersenyum kembali, menatap satu persatu ketiga temannya. "Jika aku katakan aku baik-baik saja, aku bohong, lihat, tanganku gemetar." Ia terkekeh ketika memperlihatkan telapak tangannya yang gemetar karena perasaan gugup. "Tapi kami bertemu dengan baik, apa menurut kalian pantas untuk berpisah dengan tidak baik? Jangan terlalu khawatir, aku akan meminta bantuan kalian jika sudah tidak kuat, bagaimana?"
Mereka saling bertukar pandang sebelum mengangguk menyetujui apa yang Nunew janjikan.
"Ingat baik-baik, jika Zee melakukan sesuatu yang buruk padamu hari ini. Maka aku akan memastikan pernikahan ini hancur berantakan."
Nunew kembali terkekeh, Net memang selalu kasar tapi dibalik sikapnya yang seperti itu Nunew tau pria itu sangat khawatir padanya.
***
Tema pernikahan Zee dan Plan sangat indah, bernuansa putih dan emas dengan tema outdoor di sebuah pelataran hotel berbintang. Sangat-sangat mencirikan pesta dari kalangan atas, Nunew tidak menyangka bahwa pria yang dulu ia lihat seperti tarzan memiliki latar belakang keluarga yang sangat baik.
Angin sepoi berhembus ringan, membuat efek gemerisik dari dedaunan pohon besar serta bunga-bunga dekorasi yang terpasang dengan indah. Nunew sedikit menikmati ini, tapi ia berdiri agak menjauh dari keramaian sambil menunggu acara utama dimulai. Nunew lebih memilih menikmati satu gelas wine, menyesapnya perlahan untuk mengingat baik-baik rasa dari minuman itu. Ada rasa getir bercampur manis, sangat cocok menggambarkan suasana hati Nunew sekarang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Friend With Benefit [END ✓]
FanfictionNunew si anak kota yang ikut sang ibu berkunjung ke desa tempat neneknya tinggal untuk liburan semester, sama sekali tidak bisa ber-adaptasi dengan lingkungan. Dalam rundung ke jenuhan ia bertemu dengan seorang laki-laki dengan binar di matanya. "La...