14. what do you think about me?

696 97 18
                                    









Lelah langkahnya ia istirahatkan pada sebuah bangku taman dekat halaman kampus, ia berkeliling untuk mencari Zee namun tidak menemukannya sama sekali. Beberapa kali berdecak kesal karena hasil pencariannya nihil, tubuhnya pun telah berkeringat begitu banyak. Kalau di pikir lagi, untuk apa repot mencari? Apa tujuannya? Menjelaskan? Meminta maaf atas nama Net? Itu bisa ia lakukan ketika bertemu nanti. Namun lagi-lagi Nunew hanya mengikuti kata hatinya, terlalu banyak 'kenapa' jika ia banyak berpikir.



Nunew menghembuskan nafas lelah setelah mengacak rambutnya sedikit frustasi karena pencariannya yang nihil. Menengadahkan kepala menatap rindangnya pepohonan yang menaungi dari sengatan terik matahari. Asrama universitas terlihat menjulang tinggi di hadapan Nunew, ia tidak menyangka akan berjalan sejauh ini.



"Asrama universitas," gumamnya, mengamati bangunan sepuluh lantai itu. Apakah Zee pernah berkata ia masuk asrama? Sepertinya tidak, tapi Nunew merasa ia ingin coba mencari ke sana. Mungkin ini yang terakhir, jika pun tidak ada Nunew akan kembali ke gedung universitas karena kelasnya akan segera dimulai.


Ia tau tidak akan bisa sembarangan masuk, pasti ada penjaga atau petugas keamanan, jadi ia menunggu mahasiswa yang memang tinggal di sana untuk memberi akses masuk. "Permisi," Nunew menghampiri salah seorang pria yang hendak berjalan memasuki gedung. "Apa kau tinggal di asrama?" Ia bertanya dengan sopan, pria itu tampak bingung, tapi mengangguk sebagai jawaban. "Bagus, eum aku mau bertanya apa ada anak baru yang masuk beberapa hari lalu? Namanya Zee."



"Zee? Maksudmu Zee Pruk?"


"Ya benar! Kau mengenalnya?"


"Tentu, kamarnya ada di sebelah kamarku," pria itu menatap Nunew, tentu ia mengenal Nunew, siapa yang tidak kenal leader band kampus bernama pentagon.


"Ah boleh aku meminta bantuanmu? Aku ada urusan dengannya, kau cukup membawaku masuk, bisa?"


"Tentu bisa, ayo."

Nunew berterima kasih sebelum mereka melangkah bersamaan ke dalam area gedung asrama. Tuhan mempermudahnya, mungkin karena niatnya baik.


Cukup melelahkan karena ternyata kamar Zee berada di lantai lima, tidak ada fasilitas lift di sana, dengan kata lain semua yang tinggal di asrama harus naik turun tangga jika ingin keluar. Benar-benar melelahkan, Nunew tidak bisa membayangkan jika mendapat kamar di lantai sepuluh. Apalagi jika kelaparan, orang-orang akan turun dengan rasa lapar lantas kembali dengan rasa lapar karena makanan yang mereka makan telah ter-olah secara langsung.


"Ini kamarnya" mereka sampai di kamar yang Nunew tuju, setelah berterima kasih dan pria itu masuk ke dalam kamarnya, Nunew masih mematung di tempat. Menimbang-nimbang apa yang harus ia katakan saat bertemu dengan Zee. Lima menit ia hanya diam, lantas memantapkan diri untuk mengetuk pintu berwarna coklat di hadapannya. Satu kali, dua kali, bahkan tiga kali ketukan sama sekali tidak ada jawaban. Hampir saja Nunew mengira Zee tidak ada kamarnya, namun ketika sekali lagi ia mengetuk, pintu terbuka.


"Nunew" Zee sedikit terkejut menemukan Nunew berdiri di depan kamar miliknya. Apa ia sedang bermimpi? Tapi sepertinya tidak, karena Zee tadi sedang melamun. Atau halusinasi??


"Ya, ini aku, eum..apa kau baik-baik saja?" Ucap Nunew, matanya coba menatap wajah yang terlihat agak kusut.


Yang ditanya memasang tampang bingung, belum menyadari kemana arah pembicaraan Nunew, "A-aku?" Zee menunjuk dirinya sendiri. Bukannya menyadari arah pembicaraan, ia justru memilih minggir dari tengah pintu, memberi gestur menyuruh Nunew masuk. "Masuklah dulu, Nunew."


Friend With Benefit [END ✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang