Alunan melody senar gitar mengalun lembut menyapa rungu dua orang yang terduduk santai di bangku rooftop, jemari lentik milik Nunew menari lincah di atas senar gitar yang telah selesai disetel guna menemukan suara jernih paling indah.
Sudut bibir itu tertarik membentuk senyum, puas akan melody yang dihasilkan gitar dalam pangkuannya.
Seketika Nunew melupakan tentang penat dunia karena begitu menikmati permainan gitarnya dengan mata terpejam, ia memilih lagu i think i love you milik penyanyi korea bernama Byul.
Nunew bernyanyi mengikuti lantunan melody dengan bahasa korea yang fasih, mencocokan tiap bait dan not agar selaras oleh suara petikan gitar.
Ia memang tidak sedang jatuh cinta, namun Nunew selalu mampu menaruh perasaannya pada setiap lagu yang ia nyanyikan. Maniknya sesekali ia alihkan pada Zee yang sama sekali tidak memudarkan senyum sejak Nunew memulai, menatap pria itu seolah ialah objek dari tiap bait lirik dalam lagu.
Zee sebenarnya tidak mengerti bahasa korea, tapi ia tau itu adalah lagu termanis yang pernah ia dengar dari orang termanis di dunia. Lihat betapa indah pemandangan yang disuguhkan pencipta, Nunew, gitar, dan suara semerdu kicauan burung parkit di pagi hari setelah malam dengan badai.
Desiran hangat nan nyaman dalam hatinya bergejolak tanpa tau malu, entah seperti apa rupanya sekarang, mungkin serupa orang bodoh yang menatap pujangga dengan penuh kasih. Peduli apa? Ia bahkan tidak bisa hanya sekedar berkedip karena enggan melewatkan seperseken detik pun menatap pria yang tanpa ia sadari menjadi semestanya.
"Zee?"
Panggilan ketiga ketika akhirnya Zee berkedip menatap Nunew yang telah berhenti bernyanyi. "Ya?" Ia seperti orang gila yang kembali pada kewarasan.
"Kau melamun? Memintaku bernyanyi tapi tidak mendengarkan."
Nunew berdecak kesal sambil memasukan gitar ke dalam tas dengan begitu hati-hati, itu adalah benda termahal yang pernah ia punya sekarang.
"Kata siapa aku tidak mendengarkan? Apa kau pernah melihat seseorang terkena hipnotis?"
"Belum, aku mana tau"
"Sekarang kau tau."
Nunew menoleh pada Zee yang telah lebih dulu menatapnya dengan senyum bodoh, jadi maksudnya pria itu terhipnotis karena menyaksikannya bernyanyi? Pembual. "Aku anggap itu pujian, terima kasih."
"Boleh aku tanya? Sejak kapan kau suka bernyanyi dan memainkan gitar?"
"Aku kesepian, ibu selalu pergi bekerja sejak aku kecil. Meski aku memiliki banyak teman, aku masih merasa sendiri. Suatu hari aku membolos dan bersembunyi di ruang musik, aku mendengar seseorang bermain piano dengan indah."
"Jadi sejak itu kau menyukai musik?"
Dahi Nunew mengernyit, kenapa juga ia bercerita masa lalu dengan Zee? Ia jadi teringat kembali masa di mana ia mulai menyukai semua tentang musik dan membuatnya teringat akan senyum yang telah lama ia rindukan. "Tidak, aku menyukai gadis yang memainkan pianonya," Nunew tersenyum kecil mengingat saat-saat ia begitu terpesona oleh gadis itu dulu.
Berbeda dengan Zee, tiba-tiba saja desiran hangat menjadi denyutan ngilu dalam rongga dadanya. "Benarkah? Kau pasti sangat menyukainya," ia berusaha tetap tenang meski hatinya teriris.
"Ya, sangat suka, dia cinta pertamaku."
Belum selesai denyutan tidak nyaman dalam hati Zee, Nunew bangkit dari duduknya, menjinjing tas berisi gitar pemberian Zee, "sudah sore, aku pulang dulu, kurasa sebentar lagi akan hujan."
KAMU SEDANG MEMBACA
Friend With Benefit [END ✓]
FanfictionNunew si anak kota yang ikut sang ibu berkunjung ke desa tempat neneknya tinggal untuk liburan semester, sama sekali tidak bisa ber-adaptasi dengan lingkungan. Dalam rundung ke jenuhan ia bertemu dengan seorang laki-laki dengan binar di matanya. "La...