28. i love you and you'll know it

673 109 10
                                    






Angin pantai ketika langit mulai sore semakin terasa kencang, menerbangkan anak-anak rambut Nunew yang kian panjang karena sang empu belum sempat memotong rambut. Jejak-jejak langkahnya tertinggal disepanjang bibir pantai, di arah belakang, Zee mengikuti dalam diam tanpa berniat mengusik acara menyegarkan pikiran pemuda itu, membiarkan saja Nunew tenggelam dalam tenang dunianya. Meski banyak yang Zee ingin utarakan pada Nunew, tentang hati, status, dan kejelasan perasaannya. Zee merasa tidak bisa menunggu lebih dari satu hari lagi, ia bisa gila jika terus menahan, terlebih tak ada lagi penghalang antara mereka.

Bukan Zee beranggapan Milk adalah penghalang, tentu tidak, ia sangat menghargai perasaan gadis itu, ini lebih tentang sebuah tembok besar yang dulu Nunew bangun tinggi-tinggi dan kini pria itu sendiri yang membuat sebuah celah lantas mengulurkan tangan pada Zee agar ia meraih jemari itu dan merobohkan segala penghalang yang ada.

"Nunew.." pada akhirnya Zee bersuara, dengan perlahan meraih lengan yang lebih pendek untuk berbalik menghadapnya.

"Ya?"

Matahari di batas cakrawal semakin turun seiring waktu, cahaya senja itu seolah ingin menyorot langsung pada adegan drama yang akan mereka mainkan, membuat Zee terkesima karena sinar oranye itu langsung menyorot wajah sosok di hadapannya. Zee dapat melihat pupil mata coklat gelap Nunew nampak begitu jernih karena pantulan matahari sore, bibir yang terlihat penuh dan merah meski sang empu perokok aktif, dan jangan lupakan kulit putih bersih tanpa noda. Zee jadi teringat sebuah dongeng internasional berjudul snow white, apakah Nunew adalah perwujudan nyata dari snow white princess?

"Zee? Kenapa melamun, kau mau bicara apa?"

Zee kembali dari alam bawah sadarnya, mengerjap-ngerjapkan mata beberapa kali dengan senyum malu, "eum..ya maaf.." ia menghela nafas dan menyusun kembali semua kata yang tadi sempat berantakan, "Nu..aku pernah mengatakan ini dulu saat kita tersesat di hutan, kau ingat? Tapi dulu, aku hanya ingin memberitahu tanpa berharap kau membalas..dulu perasaan itu tidak memberi keberanian cukup besar padaku untuk melangkah maju, tapi sekarang, jika aku kembali mengatakan hal yang sama dan menginginkan jawaban, apa kau bisa menjawabku?"

Nunew terdiam, penuturan Zee benar-benar diluar dugaan. Ia tidak tau akan secepat ini Zee mempertanyakan secara jelas, "eee.." tiba-tiba otaknya kosong, Nunew sama sekali kehilangan semua kosa kata yang ia miliki, bagaimana sekarang ia akan menjawab? Terlebih rasanya jantung Nunew berdetak secara tidak normal hingga aliran darahnya berdesir tak karuan lantas membuat wajahnya memerah seperti tomat matang. Sial! Lidah Nunew benar-benar kelu sepeti orang bisu!

"..."

"A-aku.."

"Aku?"

Nunew menghela nafas sejenak lalu berdehem, perlahan meminimalisir perasaan gugup agar ia dapat berekspresi seperti biasa. "Katakan padaku, jawaban seperti apa yang kau inginkan?"

Lawan bicara Nunew tersenyum, tidak menutup-nutupi lagi tatapan memujanya pada sosok Nunew yang terlihat semakin cantik dan imut dimata Zee. "Katakan YA, aku juga menyukaimu, bahkan mencintaimu, sangat cinta sampai rasanya sesak saat melihatmu bersama orang lain. Hanya ada kau di hatiku, hanya ada kau dalam hidupku semenjak kita mengenal satu sama lain, dan hanya kau yang aku inginkan."

Zee benar-benar mengungkapkan apa yang ingin ia ungkapkan, Nunew tau itu. Itu bukanlah hal yang ingin Zee dengar dari mulut Nunew, tapi yang Zee rasakan selama ini. "Itu terlalu panjang, aku susah mengingatnya." Ujar Nunew dengan suara lembut, pertama kalinya ia menggunakan intonasi rendah seperti itu pada Zee dan meski suara riak ombak terdengar besar dan kuat, Nunew yakin, Zee dapat mendengarnya.
"Aku menyukaimu Zee Pruk."

Sudut bibir Zee berkedut sebelum membentuk lengkungan, akhirnya..akhirnya Nunew mau mengatakan kalimat itu, kalimat yang hampir mustahil Zee dengar dari mulut Nunew dulu, dan kini pria itu mengatakannya dengan sorot mata paling tulus dari yang pernah Zee lihat. Cantik, sangat cantik, pada akhirnya Zee buru-buru menubruk lengkungan bibir Nunew dengan miliknya, menyatukan kedua bibir dalam pagutan mesra nan manis tanpa adanya nafsu seperti biasanya.

"Aku juga mencintaimu Nunew, sangat mencintaimu," ucap Zee disela-sela ciuman manis mereka, membuat aliran darah dalam tubuh keduanya meningkat menimbulkan gelenyar hangat di perut, seolah ribuan kupu-kupu beterbangan ingin menerobos keluar untuk bebas terbang ke udara.




***




Zee membawa Nunew kembali seperti janjinya pada Nunew, padahal ia ingin sekali menginap satu malam di hotel, namun dengan galak Nunew mengancam akan pulang berjalan kaki jika Zee tidak mau membawanya kembali, mereka ada kelas penting besok, ingat? Itulah mengapa Nunew rewel.

Mobil porsche wayne berhenti tepat di lobby apartement dan si penumpang turun dengan segera, sudah jam sepuluh malam tentu saja Nunew tidak ingin berlama-lama lagi karena kebiasaan Wasita ibunya jika Nunew belum kembali tanpa kabar, wanita itu akan menunggu hingga anak laki-lakinya pulang dengan selamat, dan sialnya batre ponsel Nunew kehabisan daya jadi sejak siang belum sempat mengabari sang ibu.

"Nunew tunggu!"

Nunew berdecak kesal, langkah buru-burunya baru mencapai pintu bangunan tapj ternyata Zee kembali menyusul, "apa lagi? Kuharap ini hal penting karena kalau tidak aku tidak mau bertemu denganmu besok."

Yang diancam menggeleng sambil mengatur nafas yang sedikit sesak karena berlari, ia melupakan sesuatu untuk diberikan pada Nunew tadi. "Aku melupakan sesuatu," Zee merogoh saku celana dan mengeluarkan sebuah kalung berliontin persegi panjang, itu adalah kalung dari sang nenek yang dulu ingin sekali diberikan pada Nunew namun tak sempat.

"Kalung siapa itu?"

Pertanyaan Nunew belum dijawab saat Zee segera memakaikanya pada leher pemuda yang lebih pendek, "itu kalung pemberian nenek, sebelum meninggal nenek terus membawa kalung itu dan mengatakan ingin memberikannya padamu."

Nunew tertegun, ia sama sekali tidak tau soal itu. "B-benarkah?" Ucapnya dengan tangan terulur untuk menyentuh kalung perak pada lehernya sendiri. Hatinya terenyuh, benarkah yang dikatakn Zee? Neneknya mengingat Nunew padahal mereka hanya bertemu dua kali.

"Iya, kalung itulah yang membuatku datang padamu Nu, maaf baru memberikannya sekarang, waktunya selalu tidak tepat."

"Kenapa tidak menelponku saat kau tau nenek mau memberikan ini padaku? Aku bisa kesana untuk menemui nenek."

Nunew tidak menampik fakta bahwa ia juga merasa cukup kehilangan, karena setiap melihat neneknya Zee, Nunew selalu teringat pada neneknya sendiri dan itu membuat Nunew membagi rasa empati pada mereka. Dan sekarang Zee memberikan barang peninggalan wanita lanjut usia itu pada Nunew. Manik kembar Nunew mengembun tanpa ia sadari, namun tidak lama karena saat Nunew menyadarinya, kedua kelopaknya sengaja berkedip untuk menahan lelehan airmata.

"Maafkan aku..aku tidak ada disana."

Tubuh Nunew didekap erat, "tidak apa-apa, bukan salahmu, itu hanya kecelakaan." Zee mengendus rambut bau matahari itu, hatinya juga sakit mengingat kejadian lalu, Zee masih menyimpan duka sisa kehilangan sosok paling ia kasihi di dunia ini. "Nenek pasti bahagia, akhirnya benda yang ingin ia berikan, sampai pada orang yang di tuju."

Mereka saling menguatkan melalui pelukan, Nunew paham Zee juga masih terluka, dan Zee tau Nunew bersedih. Meski tidak ada kata penyemangat yang terucap, keduanya paham, dengan memeluk satu sama lain seperti ini mampu memperkuat dan menyembuhkan hati masing-masing.






-TBC-



(Sincerely ttalgiga 2023)

Friend With Benefit [END ✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang