Terik matahari siang itu begitu menyengat kulit, namun sama sekali tidak berpengaruh pada Nunew yang melangkah ringan menuju gedung asrama kampus, satu tangannya meninjing kantung berisi kari kuning, itu adalah makanan kesukaan Zee.
Benar, Zee bermaksud menemui Zee di kamar asrama lelaki itu dan mengajaknya makan siang bersama. Hubungan mereka membaik setelah berbicara kemarin, mereka berteman kembali tanpa masalah apapun.
"Selamat siang paman." Sapa Nunew pada penjaga keamanan yang bertugas di pintu asrama, Nunew sudah sering bolak balik jadi ia mendapat akses untuk masuk tanpa harus membawa orang yang bersangkutan.
"Selamat siang Nunew, mau bertemu Zee?"
Nunew mengangguk, sejenak menghentikan langkah untuk menjawab sapaan pria paruh baya itu. "Ya, boleh kan aku masuk?"
Setelah dipersilahkan, Nunew kembali berjalan sambil bersenandung lirih. Satu persatu anak tangga ia tapaki tanpa beban, suasana hatinya benar-benar bagus hari ini, biasanya ia akan mengeluh saat Zee mengajaknya mampir karena jumlah anak tangga yang benar-benar banyak membuat kaki Nunew terasa pegal.
"Zee aku membawa makanan.."
Tubuh Nunew mematung saat tiba di depan pintu kamar asrama Zee lantas membuka kenop pintu yang tidak terkunci, atensi Nunew terpaku pada sosok Zee yang tengah bertelanjang dada di atas ranjang namun ia tidak sendiri, ada James yang dengan kondisi sama, memeluk tubuh lelaki yang lebih besar. Zee menoleh santai lalu tersenyum pada Nunew seolah tidak ada yang salah dengan semua itu.
"Hai Nunew, kau sudah datang." Zee bangkit untuk bersandar diikuti oleh James yang menatapnya dengan tatapan mengejek.
"Apa-apaan kalian," lutut Nunew kelu namun dirinya memaksa untuk mendekat ke arah mereka. "Apa yang kalian lakukan."
"Apa? Memang kami melakukan kesalahan? Kenapa kau seperti seseorang yang mendapati kekasihnya selingkuh? Kau dan Zee hanya teman kan?"
Demi alam semesta tempatnya berpijak saat ini, Nunew hancur, dadanya terasa remuk ketika James berkata seperti itu dan Zee hanya terkekeh dengan tangan yang ia bawa mengusak sayang rambutnya.
"Iya, kami hanya teman."
Benar, tidak ada kesalahan dalam kalimat Zee, mereka memang hanya teman, memang apa lagi yang Nunew harapkan? Tapi rasa sakit itu nyata, berdenyut nyeri hingga tanpa sadar Nunew melangkah mundur. Pikirannya tidak lagi di tempat, ia ingin segera menghilang dari jarak pandang mereka yang justru asik bertukar tawa sambil melirik pada Nunew seolah menertawakan rasa sakitnya.
"Tidak Zee, jangan tertawa, jangan lakukan ini.." tubuh Nunew banjir keringat, ia tidak ingin Zee menatapnya dengan tatapan mengejek seperti itu.
"Tidak kumohon hentikan, jangan tertawa."
"Nunew?"
"Tidak, aku mohon berhenti.."
"Nunew?!"
Tubuh Nunew tersentak keras dengan kedua manik terbuka lebar, dalam sekejap pandangan matanya berubah menjadi atap kamar apartement Milk. Mimpi! Ya! Nunew hanya mimpi rupanya, ia ingat tadi mampir ke apartement Milk untuk mengerjakan tugas karena letaknya tidak jauh dari kampus lalu sepertinya Nunew tertidur karena lelah.
"Kau mimpi apa Nunew?" Milk menyeka kening Nunew yang banjir keringat padahal ac di kamar bersuhu 20°.
"Aku mimpi buruk, tidak apa-apa." Nunew menjawab sebelum mengambil gelas berisi air mineral yang disodorkan oleh Milk dan meneguknya dengan rakus, ada rasa lega karena semua itu hanya mimpi, tapi juga rasa takut mimpi itu akan menjadi sebuah kenyataan. Mimpi yang mengerikan, jika saja semua itu terjadi ia tidak tau apa yang harus ia lakukan secara nyata.
KAMU SEDANG MEMBACA
Friend With Benefit [END ✓]
FanfikceNunew si anak kota yang ikut sang ibu berkunjung ke desa tempat neneknya tinggal untuk liburan semester, sama sekali tidak bisa ber-adaptasi dengan lingkungan. Dalam rundung ke jenuhan ia bertemu dengan seorang laki-laki dengan binar di matanya. "La...