Masih terlalu awal untuk mengumpat, namun ruam kemerahan serta rasa gatal pada tubuh Nunew membuatnya kesal hingga ke ubun-ubun.
Belum genap satu hari ia berada di rumah sang nenek, rasanya Nunew ingin kabur kembali ke apartement tempat tinggalnya di kota.
Harusnya Nunew menghabiskan liburan semester bersama teman-teman sekolahnya, namun ia justru terjebak di desa terpencil seperti ini bersama sang ibu. Menempuh perjalanan jauh menggunakan mobil untuk sampai kemari, dan ketika sampai waktu menunjukkan pukul sebelas malam, niat awal Nunew ingin segera merebahkan diri di kamar dan terlelap karena lelah justru di serang oleh sekumpulan nyamuk.
"Sialan! Ada apa dengan nyamuk-nyamuk ini, darahku tidak enak!"
Nunew mengumpat kesal, berusaha menggaruk area lengan yang terasa gatal. "Aku benci tempat ini."
"Ini rumah nenekmu, apa kau tidak rindu padanya, Nu?" Suara dari arah pintu mengalihkan atensi Nunew sesaat, itu ibunya, membawakan satu botol lotion anti nyamuk yang segera ia berikan pada Nunew.
"Aku rindu, tapi kenapa harus kita yang kesini padahal selama ini nenek selalu berkunjung ke rumah kita"
"Nenekmu sudah tidak muda lagi nak, menempuh perjalanan sejauh itu akan membuat staminanya terkuras habis kan? Kau saja bisa kelelahan karena perjalanan kesini"
Nunew terdiam ketika tangan sang ibu membelai rambutnya dengan penuh kasih seolah ingin meminta maklum dari remaja tanggung di sebelahnya. Ibunya berkata benar, meski ia tidak menyukai daerah pelosok seperti di sini, ini tetap kampung halamannya. Dulu saat berusia lima tahun mereka pernah tinggal bersama sang nenek selama satu tahun, namun itu sudah enam belas tahun berlalu, bahkan ingatan Nunew tentang tempat ini, bagaimana ia beradaptasi selama satu tahun sudah samar dalam ingatannya. Nunew sudah terbiasa dengan kehidupan kota besar yang serba instan, terlebih lagi ia dan sang ibu tinggal di sebuah apartemen, Nunew lupa rasanya hidup di rumah biasa seperti rumah sang nenek, dan jangan lupakan serangga juga nyamuk yang terus saja Nunew lihat sejak datang tadi.
"Berapa lama kita akan di sini bu?"
"Um, sekitar satu minggu"
"Hah??!!"
***
Untuk kesekian kali Nunew menghela nafas, baru saja ia mengecek akun media sosial miliknya dan melihat postingan teman-temannya yang tengah asik berlibur ke berbagai tempat, ada yang ke pantai, stay cation di tempat menarik, ada pula yang melakukan pesta barbeque. Sedangkan ia terjebak dengan rasa bosan, duduk di bangku menghadap langsung keluar jendela yang kacanya sengaja ia buka. Hujan cukup deras di luar, Nunew akui tubuhnya terasa lebih segar karena cuaca dan udara sejuk siang hari di pedesaan masih sangat asri. Halaman rumah sang nenek pun di penuhi pepohonan buah dan kebun bunga, harusnya semua itu tampak indah, tapi sayangnya tidak untuk Nunew, ia bukan penyuka keheningan macam ini. Nunew lebih suka hingar bingar kota dan musik mekekakan telinga.
"Aku benar-benar bosan" gumamnya, menatap seekor belalang yang hinggap di dedaunan tidak jauh dari jendela kamar.
Terdiam beberapa saat akhirnya Nunew memutuskan keluar dari kamar, entah apa yang harus ia lakukan, mungkin nanti Nunew akan memiliki ide untuk melakukan sesuatu.
Ketika keluar kamar, ia mendengar suara sang nenek tertawa dan berbicara entah dengan siapa, karena Nunew melihat ibunya tengah berkutat di dapur. Meski hanya sekedar ingin tau, Nunew tetap melangkah ke sumber suara, dan atensinya segera bertabrakan dengan tatapan seseorang yang menatapnya balik ketika eksistensi Nunew terperangkap dalam netranya.
"Ah benar juga, Nunew sedang berlibur, kalian masih saling mengenal kan?" Ucap sang nenek.
Lelaki itu tersenyum sebelum menyapa, "Hai Nu, lama tidak bertemu"
Nunew tidak bergeming, layaknya mesin scan, sepasang mata itu menelusuri sosok pria dengan tubuh tegap yang memakai kaos tanpa lengan dan tubuh serta rambut basah akibat guyuran hujan. Jangan lupakan alis tegas dan kumis tipis membuat sosok pria itu semakin terlihat jantan.
"Nu?" Panggilnya lagi, kali ini sukses membuyarkan lamunan Nunew.
"Ah, ya, maaf kau siapa?"
Sang nenek terkekeh, menepuk sayang lengan sang cucu yang masih kebingungan, "Nu lupa dengannya? Ini Zee, dulu kalian pernah bermain bersama saat kecil."
Nunew berusaha mengingat wajah di hadapannya namun lagi, semua kenangan masa kecilnya terlalu samar.
"Maaf, aku lupa"
"Tidak apa-apa, wajar kalau lupa, dulu kita masih sama-sama kecil"
Mengangguk asal sebagai jawaban, Nunew tidak ingin terlalu lama memikirkan sesuatu yang tidak penting.
"Oh ya, Zee basah kuyup hanya untuk mengantarkan stroberi pesanan nenek, Nu, nenek menyimpan handuk di lemari kamarmu, bisa bantu ambilkan handuknya untuk Zee? Nanti Zee bisa masuk angin."
Zee kembali menatap Nunew, menunggu jawaban lelaki itu, setelah mengangguk sekali ia berjalan duluan menuju kamar lantas di ikuti oleh Zee.
***
Mereka duduk bersebelahan di sisi kasur Nunew, ia melirik pada sosok lelaki yang memakai kaos miliknya. Ternyata Zee bukan hanya butuh handuk tapi juga baju dan celana karena saat lelaki itu hendak pulang, ibu Nunew menahannya untuk makan siang bersama.
"Bagaimana kabarmu, Nu?"
Zee memulai pembicaraan, ia merasa agak canggung karena tatapan Nunew yang sulit ia artikan. Ia merasa di telanjangi lewat tatapan anak kota di sebelahnya.
"Kabarku baik, apa benar kita pernah saling kenal? Aku sulit sekali mengenalimu"
"Kita pernah berteman saat kecil, bahkan kita sering mandi bersama."
-TBC-
Hai, aku kembali, untuk work sebelumnya aku stop ya, aku mulai cerita baru disini semoga kalian suka ☺️
KAMU SEDANG MEMBACA
Friend With Benefit [END ✓]
FanfictionNunew si anak kota yang ikut sang ibu berkunjung ke desa tempat neneknya tinggal untuk liburan semester, sama sekali tidak bisa ber-adaptasi dengan lingkungan. Dalam rundung ke jenuhan ia bertemu dengan seorang laki-laki dengan binar di matanya. "La...