32. worried

535 106 26
                                    



Bunyi kecupan terdengar begitu nyaring saat Nunew lebih dulu mendorong dada sang dominan agar melepas tautan bibir mereka. Lima menit lalu, Nunew baru saja masuk ke dalam mobil ketika Zee menjemputnya untuk pergi berkencan, tapi pria itu segera menyambar bibir Nunew tanpa aba-aba. Mencium dan menyesap dengan semangat seolah belum melakukan itu dalam waktu yang lama.

"Cukup Zee, kau ini kenapa sih?" Ucap Nunew sambil menyeka bibirnya sendiri, maniknya menatap Zee dengan sebal. Yah, ia sempat terbuai, siapa juga yang tidak akan terbuai jika lawanmu adalah seorang good kisser. Tapi berciuman hingga lima menit itu membuat bibir terasa mati rasa. Lihat saja bibirnya saat ini, memerah dan bengkak.

"Mencium kekasihku tentu saja." Ia terkekeh, tangannya terulur untuk sedikit merapihkan rambut belakang Nunew yang mencuat karena sempat Zee remas.

"Setidaknya tau tempat, kau mau mengajakku berkencan atau meniduriku sebenarnya?"

Zee hanya menanggapi dengan seulas senyum karena fokusnya mulai teralih pada jalanan di depan mereka. Mobil perlahan mulai berjalan meninggalkan halte bus untuk berangkat ke tempat tujuan mereka. "Sebelum berkencan, kita mampir ke rumahku dulu ya?"

"Hah?? K-kemana??"

Manik kembar Nunew terbelalak, tubuhnya berubah posisi menghadap pada Zee yang menanggapi dengan santai keterkejutan Nunew, seolah tau reaksi apa yang akan pria itu berikan. "Ke rumahku Nu, tadi ibu menelpon menyuruhku untuk pulang, tapi aku berkata aku ada janji dan ibu meminta untuk mampir sebentar, tidak apa-apa kan?"

Tubuh Nunew seketika panas dingin, benaknya mencari cara agar dapat menolak ajakan Zee. Oh ayolah mereka baru saja pacaran! Ini seperti berkunjung pada calon mertua. Tidak tidak! Itu terlalu jauh, Zee hanya mengajaknya mampir sebentar. Masalahnya, hubungan mereka berdua adalah sepasang kekasih. Berbeda jika Zee mengajak Nunew mampir ke rumahnya dengan status sebagai teman.

"T-tapi.." atensi Nunew beralih pada pakaian yang ia kenakan, ia hanya memakai kaos putih dengan outer kemeja flanel biru, "setidaknya jangan ajak aku ke rumahmu dengan penampilanku seadanya seperti ini."

Mendengar intonasi suara Nunew yang mengecil, Zee segera menyalakan lampu sent untuk menepikan mobil. Setelah dirasa keadaan mobil yang mereka tumpangi berada di jalur aman, ia sedikit mengubah posisi menghadap pria kecil di sampingnya. "Memang kenapa dengan penampilanmu? Kau terlihat manis seperti biasanya." Ucap Zee, pria itu dapat melihat jika kekasihnya sedang dalam mode tidak percaya diri.

"Hanya di matamu, kau itu buta."

"Hahaha baiklah, kalau begitu bagaimana jika kita mampir untuk membeli pakaian? Bagaimana dengan baju pasangan? Kau mau?"

"Zee Pruk kau benar-benar norak! Aku tidak mau!"

Zee menatap tepat pada kedua mata Nunew dengan tatapan teduh dan bibir menyunggingkan senyum kecil, "baiklah, kita beli sesuai dengan seleramu. Aku akan menurut saja pada yang mulia."

Nunew tidak lantas membalas ucapan Zee, malah diam sambil menimbang untuk menyampaikan sesuatu yang masih mengganjal pada benaknya saat mengucapkan nama pria itu. Bukan lagi tentang penampilan ataupun rasa gugup.

"Zee.."

"Hmm?"

"Zee Pruk"

"Ada apa Nu?"

"Zee Pruk…Panich?"

Dahi orang yang dipanggil oleh Nunew tertaut, bingung tentang apa yang sedang ingin Nunew sampaikan. "..."

Friend With Benefit [END ✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang