***
Kepulan asap dari rokok yang dihisap Nunew mengepul dan hilang di udara malam kota Berlin. Udara malam yang mulai dingin sama sekali tak ia hiraukan, kamar yang ditempati adalah vip dan berada di lantai paling atas gedung hotel. Tapi karena ruangan ber AC, Nunew tetap harus setidaknya membuka jendela dan pergi ke balkon untuk merokok sambil mendinginkan isi kepala yang mendidih. Hatinya masih bergetar dan terasa tak nyaman sejak pertemuannya dengan Zee tadi. Bukan hanya itu, kenyataan bahwa Nunew memiliki keyakinan ini semua bukan kebetulan, melainkan permainan ketiga temannya. Nunew marah, ia memang ingin bertemu dengan Zee tapi tidak secara langsung seperti sekarang. Semua penuh penyiksaan dan kecanggungan, sialan! Lalu kemana mereka sekarang?
Setelah meninggalkan Nunew sendiri di toko buah, mereka masih belum terlihat kembali. Untung saja Nunew reservasi menggunakan namanya, jadi ia yang bisa meminta akses masuk.
Puntung rokok ketiga telah habis ketika akhirnya ada pergerakan dari pintu kamar, momen yang begitu Nunew nanti sejak tadi. Pria bersurai biru masuk dengan langkah ragu saat atensinya bertemu dengan tatapan tajam Nunew. Noeul tidak sendiri, Net dan James ikut masuk bersama lantas tanpa sepatah kata pun mereka mengambil posisi santai pada sofa panjang.
"Sudah bermain-mainnya?"
"N-Nunew, aku bisa jelaskan…" Noeul tau, Nunew pasti marah, dan sasaran utama kemarahannya adalah dirinya sendiri.
"Kalau begitu jelaskan, aku bukan tipe orang yang tidak mendengarkan alasan dari sebuah tindakan."
Hening, Net dan James saling melempar tatap, sedangkan Noeul menunduk seolah mencari kata yang tepat untuk menjelaskan situasi.
"..."
"Lihat? Kalian tidak bisa menjelaskan, ini semua rencana kalian kan? Apa kalian puas melihatku seperti orang bodoh? Apa menurut kalian ini lucu?"
"Ya ini lucu." Net bangkit, berdiri dengan kedua tangan masuk kedalam saku celana dan mata yang balas tatapan tajam Nunew tanpa rasa takut. "Ini sangat lucu, melihatmu menderita sendirian." Lanjutnya sambil berjalan lambat, hingga mencapai keberadaan Nunew berdiri. "Menahan rasa sakit hingga harus melakukan perawatan. Padahal kau memiliki pilihan, temukan orang itu dan perbaiki semuanya."
"Itu bukan urusanmu."
"YA! kau benar Chawarin, ini bukan urusanku. Sejak dulu memang bukan urusanku, karena aku rasa kau bahkan tidak menganggapku penting. Itu sebabnya aku selalu tidak tau apapun, selalu Noeul, hanya Noeul yang tau." Net memberi tekanan pada kalimat terakhir dengan intonasi rendah. Ada rasa nyeri dalam hatinya, karena selama ini Net selalu merasa ialah satu-satunya yang tak mengerti situasi. Dan baru sejak ada James di sisinya, James selalu menjelaskan apa yang tidak ia tau tentang hidup temannya.
Terluka, itulah kata yang mendeskripsikan tatapan Net saat ini hingga Nunew tak mampu lagi untuk berkata apapun.
"Aku…"
"Nunew, kami hanya ingin melihatmu bahagia. Dan jika itu Zee, lalu kau tidak tau harus memulai darimana, kami bisa melakukannya untukmu." Pihak lain yang sejak tadi hanya diam ikut berdiri, James berjalan mendekat diikuti Noeul. "Zee masih menunggumu."
Nunew benar-benar kehilangan kata-kata. Di sisi lain, hatinya merasa hangat karena selama ini mereka se-peduli itu padanya. Tapi di sisi satunya, ia tidak tau harus melakukan apa. Tidak semudah itu memperbaiki sesuatu yang telah pecah. "Kalian tidak mengerti, semua sudah berakhir, apa yang harus aku perbaiki?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Friend With Benefit [END ✓]
Hayran KurguNunew si anak kota yang ikut sang ibu berkunjung ke desa tempat neneknya tinggal untuk liburan semester, sama sekali tidak bisa ber-adaptasi dengan lingkungan. Dalam rundung ke jenuhan ia bertemu dengan seorang laki-laki dengan binar di matanya. "La...