37. lost

612 94 18
                                    

Sinar matahari menerobos masuk melalui gorden jendela kamar milik Zee, mengusik tidur nyaman sang empu yang terlelap sebab lelah dari kegiatannya bersama Nunew tadi pagi. Alisnya tertaut tak nyaman karena sorot sinar matahari yang telah tinggi itu tepat mengenai kelopak mata. Zee bergerak enggan untuk meraih tubuh yang terbaring di sampingnya, namun mendapati kekosongan. Sisi itu telah dingin, pertanda seseorang yang sebelumnya menempati posisi itu sudah beranjak cukup lama.


"Nu?" Zee mendapati kesadaran penuh, tubuhnya dipaksa bangkit karena pikiran jelek yang tiba-tiba membuat jantungnya kembali berdetak kencang. Atensi Zee berkeliling mencari keberadaan pria yang sebelumnya bersamanya di atas tempat tidur. "Nunew kau dimana?"


Sekali lagi Zee memanggil namun hanya hening yang menjadi jawaban, tapi ketika Zee beranjak dari kasur, ia menemukan pakaian Nunew masih berserakan dan justru pakaian yang ia kenakan sebelumnya lah yang tak ada. Apa Nunew memakai pakaiannya? Benak Zee mencerna keadaan sebelum akhirnya terkekeh sendiri sebab pikiran jelek yang tadi di pikirkan.


Tidak, Nunew tidak pergi, pria itu memakai pakaian dengan asal itu berarti Nunew hanya bangun lebih dulu dan berkeliaran di dalam rumah Zee.


Dengan perasaan lega, Zee memunguti satu persatu pakaian Nunew untuk diletakan dalam keranjang cucian kotor lalu dirinya memakai pakaian lain. Tapi ketika menghadap pada cermin, Zee mendapati sesuatu yang janggal. Sebuah kalung tergantung pada lehernya sendiri. Dan saat diperhatikan lebih seksama ternyata itu adalah kalung sang nenek yang sempat ia berikan pada Nunew. Kenapa Zee memakainya? Kalung itu ada di leher Nunew sebelumnya. Saat mereka bercinta pun kalung itu masih dikenakan Nunew.



"N-Nunew??!"


Pikiran Zee kembali berpikir jelek, tidak tidak, Nunew tidak mungkin meninggalkannya. Dengan tergesa Zee menyusuri satu persatu ruang dalam rumahnya namun sama sekali tidak dapat menemukan Nunew. Dalam panik karena belum bisa melihat sosok yang dicari, pikiran Zee hanya memikirkan satu tempat terakhir, rumah mendiang nenek Nunew.



Sekuat tenaga Zee berlari ke arah rumah yang menjadi tujuannya, hati Zee benar-benar kacau. Rasa sesak dan khawatir bergelenyar tak nyaman bercampur dengan detak jantung yang kacau akibat berlari.



"Nu!! Nunew! Nunew apa kau didalam?" Zee berteriak menggedor pintu rumah yang tertutup rapat. Zee lupa tentang tata krama berkunjung ke rumah orang lain, jika pun Wasita yang keluar untuk menyapa, Zee pasti akan merasa sedikit lebih lega. Tapi hampir satu menit Zee menggedor pintu sambil berteriak memanggil nama Nunew, dirinya sama sekali tak mendapat jawaban.


"Sial! Nunew kau dimana??!" Geramnya sambil mengacak rambut, hingga akhirnya ekor mata Zee melihat selembar kertas tergeletak di bawah pintu. Kertas itu berisi tulisan tangan yang telah Zee kenali, itu tulisan tangan Nunew. Zee menyambar kertas itu dengan kasar untuk membaca dengan teliti isi yang tertulis di dalamnya.




'Jangan pernah cari aku lagi, atau aku akan pergi lebih jauh. Maaf karena aku benar-benar harus pergi, Zee. Aku mohon lanjutkan hidupmu seperti sebelum kau bertemu denganku. Kau boleh membenciku jika mau, aku hanya bisa meminta maaf. Tapi tolong jangan membenci ayahmu, aku yakin apa yang ayahmu lakukan bukanlah kesengajaan. Jangan jauhkan dirimu dari keluarga, aku akan sangat marah jika kau melakukannya.


Jaga dirimu baik-baik. Terima kasih untuk semua kenangan indah yang kau berikan. Aku mencintaimu.




Nunew'




Tangan Zee mengempal, airmata telah menggenang di pelupuk hingga akhirnya tumpah. Kakinya terasa lemah hanya untuk menopang tubuh dan akhirnya Zee terjatuh, duduk bersandar pada daun pintu sambil terisak.



"Kenapa kau lakukan ini semua padaku Nu?? Apa tidak ada cara lain?" Zee meremat kuat dada kirinya. Ini jauh lebih sakit daripada saat diabaikan oleh orangtuanya. Dunia baru yang sebelumnya Zee yakini akan membuat hidup dan masa depanya lebih menyenangkan, ternyata hanya angan semu. Kebahagiaannya lenyap tanpa satu bayangan pun tersisa.


"NUNEEEWWW!!!" Zee meraung sejadi-jadinya dalam kesendirian yang akan menjadi teman baru mulai saat ini.




***



Ruang musik tampak tegang pagi ini, Net sengaja berkata pada para siswa lain jika ruang musik sedang dalam renovasi, jadi tidak ada mahasiswa lain yang masuk terkecuali Net, Boss, Zee serta James yang menunggu kabar dari Noeul. Pria itu tengah menyambangi ruang kepala sekolah yang merupakan sang paman untuk bertanya tentang Nunew, karena jika kekhawatiran mereka benar, Nunew tidak hanya pergi dari mereka, namun juga mengundurkan diri dari kampus. Jika tidak, seharusnya mereka dapat menemukan Nunew serta sang ibu di Unit apartement, atau di tempat kerja Wasita. Tapi saat Net mencoba mengorek informasi, para karyawan bungkam, dan hanya berkata bahwa Wasita dipindah tugaskan.



Boss melirik pada Zee, pria itu benar-benar khawatir padanya. Bagaimana tidak, melihat dari penampilan Zee yang tak rapih ditambah lingkaran hitam di bawah mata sudah cukup menandakan seberapa hancur perasaannya. Genap dua hari mereka kehilangan Nunew dan Boss berani bertaruh, untuk menyuap nasi masuk ke dalam mulut saja pria besar itu tidak lakukan.


Suara pintu ruang musik berderit terbuka, keempat orang yang berada dalam ruangan itu bergegas menghampiri pintu karena tau Noeul lah yang datang. Benar saja, sosok Noeul muncul dengan menggenggam selembar kertas dan raut wajah buram.


"Bagaimana? Apa yang pamanmu katakan?" Net bersuara lebih dulu.


"Nunew.." satu-persatu wajah pria yang menunggu jawabannya ia tatap, dan sedikit lebih lama saat atensinya bertemu dengan manik sendu milik Zee. "Nunew mengundurkan diri dari kampus."


Mereka semua bereaksi hampir serupa, semuanya kecewa dan sedih secara bersamaan. Terutama Zee, lututnya lemas dan hampir jatuh terduduk jika saja James tidak dengan sigap menangkap lalu mendudukannya pada bangku terdekat. Harapan hidupnya lenyap, Nunew benar-benar pergi tanpa meninggalkan jejak sedikitpun untuk ia kejar.


"Tap kenapa Nunew melakukan ini? Apa benar hanya karena ucapan paman Arthit?" Boss menatap Noeul, mencoba mencari jawaban karena pria itu adalah sahabat terdekat Nunew sejak sekolah menengah.


"Aku tidak tau alasannya, aku sudah coba mencari informasi apapun tapi tidak ada hasil."


"Sial! Kenapa rasanya seperti dicampakan."  Net menghela nafas, dirinya mencoba menghilangkan pening serta sesak dalam dada yang begitu dominan. Net itu bukan tipe pria penyayang, tapi sejak saat mengenal Nunew, pria itu mengajarkan banyak perasaan padanya. Dan hal yang paling ia benci setelah Net mengenali perasaannya sendiri adalah rasa kehilangan.



Mereka sibuk dengan rasa kehilangan masing-masing sampai lupa, ada seseorang yang telah hancur sejak dua hari lalu tapi berusaha untuk tetap menaruh harapan. Dan hari ini harapannya hancur tak tersisa. Tidak ada lagi airmata yang keluar, bukan kering, tapi kenyataan pahit dan rasa campur aduk dalam dadanya membuat Zee bingung, yang mana yang harus ia ungkapkan, Zee mati rasa.



"Zee, aku yakin Nunew akan kembali suatu saat. Ia hanya butuh waktu." James meremas pundak pria yang hanya duduk termangu. Ini kali kedua James menyaksikan Zee hancur setelah kematian sang nenek. Rasanya James ingin mencari Nunew dan memukuli sampai mati pria itu karena membuat orang tersayangnya seperti ini. Tapi jika pun ia menemukan Nunew, alih-alih memukul, James mungkin malah akan berlutut agar pria itu mau kembali dan menata serpihan yang telah Nunew pecahkan berkeping-keping.


"James.."


"Iya? Aku disini."


"Kenapa aku tidak merasakan apapun?"


James bertukar pandang dengan yang lain yang juga membalas tatapan James sebelum tatapan mereka tertuju pada Zee. Pria itu duduk dengan tatapan kosong seolah jiwanya telah pergi. Sungguh mengenaskan.








-TBC-




Ttalgiga 2023

Friend With Benefit [END ✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang