42. first snow

556 73 19
                                    

***




Jika ada hal yang membuat Nunew takut sekarang, itu adalah setiap prediksi tentang setiap pertanyaan yang akan Zee ajukan padanya. Karena mungkin saja Zee ingin terus membicarakan tentang masa lalu. Meski begitu, sejauh ini rasa takut Nunew belum menjadi nyata. Atau belum? Tapi jika boleh jujur setiap topik obrolan yang keluar dan itu bukan tentang hubungan mereka, perasaan tidak nyaman Nunew karena rasa takut perlahan menghilang, terganti oleh rasa santai dan nyaman. Yang Nunew semakin sadari adalah Zee yang sekarang tampak jauh lebih dewasa secara pemikiran, ditambah penampilannya saat ini. Nunew sempat heran ketika Zee berkata masih dalam kesendirian sejak mereka berpisah.


Mereka telah berpindah tempat, udara semakin dingin, jika Zee dan Nunew tetap mengobrol di tempat, Zee khawatir mereka akan membeku. Jadi keduanya memutuskan mengobrol sambil berjalan santai, Nunew juga harus kembali ke hotel sebab besok masih ada pertemuan penting.


"Itu berarti July sekarang bersama bibi Wa?" Zee menyamakan langkah untuk tetap jalan bersisian dengan Nunew.

"Hu'um, dan dia masih tidak acuh padaku. Hah…tapi entah kenapa aku jadi merindukannya."


Keduanya terkekeh, teringat seperti apa tingkah polah makhluk berbulu itu pada Nunew padahal sejak dulu ia bergantung hidup padanya.

"Lalu bagaimana denganku?"

Nunew menoleh, ia agak kurang memperhatikan ucapan Zee karena tadi sekilas memikirkan July yang tengah bergelung dalam selimut di kamarnya. "Apa?"

"Bagaimana denganku? Apa kau juga merindukanku?"

Langkah mereka sontak berhenti bersamaan, atensi mereka kembali bertemu, namun kini lebih dalam dari sebelumnya.


"..."

"Aku merindukanmu, Nunew. Bagaimana denganmu? Apa kau juga merasakan hal yang sama?"


Tubuh Nunew kembali bergetar, tidak, Nunew tidak ingin mengatakan ya, karena Nunew masih takut.


"Ah Zee, kita sudah sampai di depan hotel." Ucap Nunew mengalihkan pembicaraan, matanya kembali menghindar seperti saat awal mereka bertemu. "Terima kasih sudah mengantarku, selamat malam Zee."

Dengan itu, Nunew pergi, tanpa menunggu balasan lagi. Jika sudah seperti ini, Nunew tidak ingin berada didekat Zee, tidak mau pendiriannya goyah. Meski hatinya serasa ingin menangis, tapi itu semua lebih baik tanpa harus memberi harapan pada sesuatu yang belum tentu bisa Nunew penuhi. Nunew takut Zee kembali berharap pada mereka.


Sesuatu yang hilang diantara mereka, tidak akan pernah kembali.


Tubuh Nunew merosot sesaat setelah berada dalam kamar hotel, sengaja membiarkan dirinya jatuh bersandar pada kasur. Sepanjang perjalanan menuju kamar, hati dan logikanya terus berperang hingga tubuhnya terasa begitu lelah. Hatinya ingin berbalik dan mengejar Zee, namun logikanya bertentangan.


"Nunew, kau menyedihkan." Ia berucap pada udara hampa dengan atensi yang kosong menatap langit malam di luar jendela balkon. Mengejek diri sendiri yang begitu pengecut. Nunew mengalami trust issue begitu besar tentang hubungan, begitu banyak rasa takut. "Ibu, aku harus apa?"


"Menurutmu harus apa? Tentu saja pergi dan kejar Zee. Apa kau mau kehilangannya lagi?"


Nunew tersadar dari lamunan dan menyadari keberadaan Noeul di ambang pintu kamar mandi. Pria itu bersilang tangan sambil bersandar pada pintu. Sepertinya Noeul baru saja mandi, Nunew lupa mereka satu kamar.

Friend With Benefit [END ✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang