Kedua belah bibir itu berpagut saling mencari kenikmatan, suara decakan nyaring terdengar dalam ruangan yang tidak begitu luas. Dengan kedua pasang mata terpejam, Nunew dan Milk saling beradu hasrat, Milk yang tengah berada di atas pangkuan Nunew terus bergerak memancing libido si pria dengan gerakan sensual.
Awalnya Nunew hanya mengantar Milk pulang ke apartement namun ketika sampai, gadis itu mengundangnya mampir untuk sekedar minum teh. Nunew setuju, mereka minum teh, mengobrol ringan sambil tertawa di sofa ruang tamu. Tawa itu perlahan berubah jadi diam, menatap satu sama lain dalam pikiran masing-masing sebelum akhirnya Milk berani mendekat lantas memagut bibir pemuda itu.
Dulu, mereka tidak berani saling menyentuh, namun perasaan ini bukan hal baru baginya karena sebelum ini Nunew sering berkencan dengan gadis lain.
Perlahan jemari lentik milik Milk melepas satu persatu kancing kemeja Nunew hingga dada pemuda itu jelas terpampang olehnya. Milk siap, Milk sangat siap untuk Nunew, ia merasa sudah dewasa dan ingin memiliki Nunew secara utuh.
"M-milk tunggu.."
Nunew memutus lebih dahulu pagutan bibir mereka, dengan nafas masih sama-sama tersengal wajah merona itu menatap gadis di atasnya, "kau yakin mau melakukan ini?"
"Kenapa tidak? Usia kita sudah legal bukan? Aku ingin merasakan kau berada dalam diriku Nunew," bicaranya pelan, ia mengelus rahang Nunew dengan gerakan sensual, masih berusaha memancing lelaki itu untuk melanjutkan kegiatan mereka.
Manik mata Nunew bergetar memutus tatapan dan itu cukup untuk membuat perasaan Milk kacau, ia merasa ditolak, padahal ia sudah menurunkan gengsi dan menyerahkan diri begitu saja. Untuk pertama kali Milk merasa kecewa pada Nunew, namun perasaan kecewa itu tidak sebanding dengan rasa penasarannya pada alasan dibalik penolakan yang ia terima.
"A-aku.."
"Aku mengerti.."
Nunew kembali menatap wajah Milk yang tersenyum, "kau belum siap? Tidak apa-apa." Milk beringsut turun dari atas pangkuan kekasihnya namun urung menjauh, tubuhnya ia bawa untuk memeluk Nunew dan bersandar pada dada lelaki itu.
Diam-diam memastikan apa yang sedang terjadi melalui ritme jantung milik Nunew, dan yang ia dapati justru perasaan yang semakin kacau. Dulu detak jantung itu tidak pernah setenang ini jika Milk menyentuhnya, tapi sekarang..Milk bahkan merasa tidak ada lagi namanya dalam setiap detak jantung milik Nunew.
***
Pukul tujuh malam ketika Nunew membuka gagang pintu unit apartementnya dan menemukan sang ibu yang telah duduk bersantai membaca sebuah majalah pada sofa panjang ruang tamu, mengetahui keberadaan sang anak, Wasita menoleh sambil tersenyum.
"Baru pulang nak? Mau ibu buatkan makan malam dulu?"
Namun bukan menjawab, Nunew yang terlihat lesu merebahkan diri dan menaruh kepalanya pada paha sang ibu sambil memeluk bantalan sofa dengan kedua mata terpejam, "Aku lelah ibu."
Wasita tersenyum, dalam hati mengetahui jika sang anak bukan hanya lelah secara fisik, ini adalah kebiasaan Nunew sejak kecil, ketika lelah dan banyak pikiran namun pemuda itu tidak bisa mengutarakannya, ia akan memilih tidur dalam pangkuan sang ibu. Lalu saat seperti itu, Wasita tidak akan bertanya apapun, hanya membelai dengan sayang kepala si anak, menunggu dengan sabar hingga Nunew siap bercerita.
Tapi kali ini tidak se-lama biasanya, Nunew segera membuka mata untuk menatap Wasita, "ibu, pernahkah ibu mencintai dua orang sekaligus dalam waktu yang sama?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Friend With Benefit [END ✓]
FanfictionNunew si anak kota yang ikut sang ibu berkunjung ke desa tempat neneknya tinggal untuk liburan semester, sama sekali tidak bisa ber-adaptasi dengan lingkungan. Dalam rundung ke jenuhan ia bertemu dengan seorang laki-laki dengan binar di matanya. "La...