Semenjak perbincangan mereka di perpustakaan beberapa hari lalu, Zee belum lagi ada kesempatan berbicara dengan Nunew. Pemuda itu tampak menghindar darinya terlebih ketika bersama teman-temannya, terkadang mereka bertemu tatap tapi hanya sebentar karena Nunew langsung memutus tatapan lebih dulu. Zee tidak masalah, ia mengerti mungkin Nunew malu mengaku mengenal atau bahkan dekat dengan Zee, atau malah hanya Zee yang menyangka mereka telah dekat? Sama sekali tidak ada masalah karena sejak awal Zee datang, ia hanya ingin melihat Nunew, menjadi dekat atau tidak bukan sebuah masalah.
Memandang Nunew dengan senyum kecil atau sesekali tetawa, seolah ada benang tak kasat mata yang menarik kedua sudut bibirnya agar ikut melengkungkan senyum. Cantik, hanya itu yang mampu mendefinisikan tiap sudut diri Nunew di mata Zee.
Cafetaria kampus siang ini cukup padat, tapi karena Zee hanya sendiri, tidak sulit untuknya mendapat tempat duduk. Ia bukan tipe penyendiri, hanya belum mendapat teman baru, bahkan di kamar asramanya saja ia tempati seorang diri karena belum ada yang menempati kamar itu setelah di tinggal oleh senior yang telah lulus sebelumnya.
"Sial, kenapa ramai sekali hari ini"
Baru Zee akan menyuap satu sendok penuh nasi di tangannya, ia urung ketika mendapati Nunew yang tiba-tiba duduk tepat di meja depannya. Nunew tidak kebagian tempat duduk rupanya. "Mungkin karena cuaca, makanya mereka malas berjalan lebih jauh," Zee menimpali dengan sebuah senyum di bibir, sebuah kebetulan yang nyata, baru ia memikirkan pemuda itu dalam benaknya, Tuhan mempertemukan mereka kemudian.
"Tau begitu aku yang akan pergi ke cafe," Nunew menyuap satu suapan penuh hingga pipinya menggembung berisi makanan, tidak berniat bertemu tatap dengan pria di hadapannya.
Melihat Nunew lahap seperti itu membuat perut Zee kenyang seketika. Sup dalam mangkuknya pun hanya ia aduk-aduk dengan pelan, kesempatan yang belum tentu di dapatkan setelah ini, jadi daripada menyentuh makanan, Zee memilih menikmati objek pandangnya meski harus dengan mencuri-curi.
"Ibuku selalu bilang untuk menghargai makanan, lagi pula makanan di sini enak, kenapa hanya kau aduk begitu?" Nunew melirik pada mangkuk milik Zee, ternyata Nunew menyadari. Ya tentu akan menyadari, siapa juga yang tidak akan menyadari ketika seseorang memperhatikanmu dalam jarak kurang dari satu meter dan berada dalam satu meja makan yang sama.
"Kau mau?"
"Tidak, terima kasih, ini saja cukup."
Zee mengangguk lantas mulai menyuap apa yang tersaji di hadapannya dengan niat yang kecil, namun benar kata Nunew, makanannya cukup enak, tapi jelas masih kalah nikmat dengan memandangi laki-laki cantik di hadapannya atau mungkin makanan itu terasa enak karena Zee makan sambil menatap Nunew.
"Hey, kau di sini juga Nunew,"
Kedua orang lain yang Zee tau adalah teman Nunew bergabung, mengambil tempat duduk di sisi kanan dan kirinya sambil membawa nampan berisi makanan masing-masing. Menyadari keberadaan Zee salah satunya tersenyum sambil menyapa, "kau anak baru yang kemarin itu kan? Perkenalkan namaku Boss Chaikamon, kau bisa memanggilku Boss."
"Namaku Zee Pruk" Zee melirik ke arah pemuda yang nampak tidak tertarik dengan percakapan antara Boss dan Zee.
"Oh, dan ini Net," sambung Boss ketika mengetahui kemana arah pandang Zee.
"Sepertinya kurang satu, bukankah teman Nunew ada tiga?"
Pertanyaan Zee menarik atensi Net yang tadi fokus pada makanan, alisnya terangkat sebelah, "kau berkata seperti itu seolah kau mengenal Nunew,"
![](https://img.wattpad.com/cover/331385584-288-k536969.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Friend With Benefit [END ✓]
FanfictionNunew si anak kota yang ikut sang ibu berkunjung ke desa tempat neneknya tinggal untuk liburan semester, sama sekali tidak bisa ber-adaptasi dengan lingkungan. Dalam rundung ke jenuhan ia bertemu dengan seorang laki-laki dengan binar di matanya. "La...