31. Zee Pruk Panich

707 102 10
                                    






Hening dalam ruang berbentuk persegi yang di isi dua tempat tidur ukuran single, hanya ada satu terisi sedangkan satunya masih tertata rapih tanpa sang empu. Matahari oranye telah menandakan waktu berganti, namun dua orang yang mengisi salah satu tempat tidur asrama itu masih enggan beranjak akibat lelah setelah melanjutkan kegiatan panas mereka. Yang lebih kecil berbaring telungkup, menutup mata namun tidak tertidur. Lebih tepatnya menikmati belaian lembut sang dominan dari balik tubuhnya.

Zee pun sama lelahnya seperti Nunew, namun setelah menuntaskan kegiatan mereka yang sempat berpindah tempat agar lebih leluasa, Zee membiarkan Nunew istirahat dan dirinya terus melekatkan atensi pada tubuh pemuda itu. Menatap lekat punggung putih yang telah ternoda oleh bercak keunguan hasil karyanya, di mata Zee, tidak ada yang lebih indah dibanding pemandangan saat ini. Punggung telanjang Nunew tersorot langsung matahari senja, ditambah bercak keunguan dan jangan lupakan tatto yang terukir di pinggul lelaki itu.

Zee jadi teringat dirinya selalu ingin bertanya perihal tatto yang berada di pinggul pinggir Nunew namun selalu teralihkan, ia merasa sekaranglah waktu yang tepat.

"Nu, tatto ini, apa artinya?" Telapak tangannya sengaja ia bawa mengelus lembut permukaan kulit pinggul Nunew.

"Hm? Kau tidak tau artinya?"

Manik Zee dibawa untuk fokus, mengeja tiap huruf yang agak samar karena font yang digunakan terlihat bersambung. "Aku tidak tau.."

Nunew berbalik untuk menatap wajah Zee, dengan ukuran tempat tidur milik lelaki itu membuat jarak antara keduanya hanya tersisa beberapa senti. Spontan ia tertegun ketika menatap sepasang sorot mata doe milik Zee, mengingat apa yang tertulis di tubuhnya saat ini adalah definisi dari apa yang Nunew sukai dari pria itu.

"Tidak semua, yang berkilau itu emas.." atensinya enggan beranjak, "kau tau Zee, ternyata sudah sejak lama aku menyukaimu."

Dahi Zee tertaut sebab bingung pada kalimat yang Nunew utarakan, "maksudmu?"

"Aku menyukai binar pada matamu saat kau menatapku."

"Memang seperti apa aku menatapmu?"

"Kau menatapku seolah aku adalah poros duniamu, aku adalah orang yang selalu kau puja, dan itu kau tunjukkan bahkan ketika kita belum sedekat ini."

Zee terkekeh sebelum mengecup gemas pipi pria di hadapannya, "benarkah aku terlihat seperti itu?"

"Hum..kau tau apa arti sesuatu yang berbinar selain emas, maksud dari kalimat pada tubuhku?"

Anggaplah Zee terlalu percaya diri, namun pikirannya saat ini hanya mampu berpikir bahwa maksud dari kalimat Nunew adalah, "mataku?"

Dan anggukan singkat dari kepala pemuda itu membuat perasaan menggelitik dalam perut Zee kembali, desiran hangat darahnya membuat Zee merasa ingin menangis sambil memeluk Nunew erat-erat.

"Aku tidak menyadari perasaanku sendiri bahkan ketika jelas-jelas aku mengukirmu di tubuhku.."

"Nu..astaga aku..bagaimana aku harus bereaksi?"

Keduanya saling memeluk erat, meresapi perasaan masing-masing. Meski terlambat, pada akhirnya Nunew mengakui semua dan mengesampingkan semua ego. Kenyataannya ia memang telah lama menyukai Zee, hanya dulu benaknya terus menolak karena berpikir hatinya telah pergi bersama Milk.

"Maafkan aku, kau menunggu terlalu lama."  Anggap saja aku siput! Berjalan terlalu lambat dan bodoh hingga membuat orang dalam peluknya menunggu terlalu lama untuk perasaan yang sebenarnya telah lama ada.

Friend With Benefit [END ✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang