46. i'm so sorry

537 79 18
                                    






Hari mulai kembali berganti, peristiwa kemarin akan menjadi memori dalam kenangan. Tiap detik yang berganti, lambat laun berubah menjadi kisah lalu. Entah itu kenangan bahagia atau menyakiti jiwa, semua itu tetap akan tertinggal dibelakang. Begitulah dunia berjalan, dan sejak lahir melalui hidup hingga puluhan tahun, hal seperti kehilangan bukan pertama kali Nunew alami. Namun kali ini, hatinya belum dapat menerima, salahkah ia mempertanyakan mengapa pria itu berbohong? Nunew yakin, tiap detik yang akan dijalani jika ia lalui dengan tenang atau bersikap biasa, semua hanya akan menjadi kisah lalu seperti sebelumnya. Tapi bagaimana jika hal itu menyakiti hatinya hingga tak bisa merasakan apapun?


Nunew hanya perlu diam, seperti saat ini. Setelah malam panjang penuh air mata berlalu, Nunew diajak pulang oleh keempat orang lainnya. Nunew menurut, air matanya telah surut sebab bingung hendak merasakan apa. Rasa sakit itu terlalu campur aduk. Net mengamuk, Noeul dan James menangis sambil menyalahkan diri sendiri karena merekalah yang paling banyak andil dalam pertemuan Nunew dan Zee. Lantas ketika semua tenang, langkah pertama yang mereka ambil demi kebaikan Nunew adalah kembali. Menjauhkan teman mereka dari segala hal yang dapat menyakiti. Nunew hanya mampu diam dan menurut, raganya seperti kehilangan jiwa, diseret kesana dan kesini bagai sebuah boneka bernyawa pun ia hanya melangkah ikut.



Tapi yang tidak mereka tau, pagi tadi Nunew kembali bertemu Plan. Tidak, lebih tepatnya Plan meminta bertemu untuk mengatakan rencana bahagia bersama orang yang menjadi pencabut nyawa bagi Nunew.



"Kau tau, dua bulan lalu Zee melamarku, dan dalam rencana, kami akan menikah dua minggu lagi. Aku merasa ingin sekali memberitahumu karena kau mengenal Zee, dan ya sepertinya kita sedekat itu untuk berbagi cerita bahagia bukan?"



Plan tidak tau, Nunew mati-matian menjaga ekspresi dihadapannya, berusaha memasang wajah bahagia mendengar kabar gembira itu. Rasanya nyawa Nunew dicabut saat itu juga, perasaan ngilu begitu terasa lantas ia tak dapat merasakan apapun lagi setelahnya.



"Astaga Nunew apa yang kau lakukan?"



Nunew tersadar dari kilasan memori tadi pagi karena secara tiba-tiba James merenggut pergelangan tangannya dengan raut wajah khawatir. Ternyata tanpa sadar Nunew menggaruk kulit pada sisi kuku ibu jari menggunakan telunjuk hingga kulitnya terkelupas, "tidak apa-apa, aku hanya iseng." Ucapnya dengan suara serak, Nunew tak punya tenaga lagi saat ini, semua tenaga telah ia kerahkan untuk berjalan mengikuti yang lain.



"Tapi kulit jarimu terkelupas, itu akan perih jika terkena air." James menoleh dan menemukan lokasi sebuah minimarket, "ayo ikut aku, kita akan beli plaster dulu, pesawat akan berangkat dua jam lagi." Lanjutnya sambil berjalan tanpa melepaskan tangan dari pergelangan tangan pihak lain. Dalam hati mencelos karena ia tau, menggaruk kulit ibu jari adalah sebuah tindakan pengekspresian sesuatu yang sedang berperang dalam kepala seseorang. James mengalami itu sebelumnya, tapi ia pura-pura tidak tau meski diam-diam air mata kembali menggenang dari pelupuk mata sebelum ia buru-buru mengusap kasar menggunakan lengan baju.


"James…"


Langkah mereka terhenti karena Nunew sedikit menahan pergerakan mereka.


"Ya?" James menoleh, sejujurnya James masih belum bisa menatap Nunew langsung sebab menatap pria dengan pandangan kosong dan terus menunduk itu memberikan denyut nyeri pada hatinya.


"Apa…apa semalam itu, aku benar-benar bertemu dengan Zee? Kurasa semalam aku hanya tertidur lebih awal dan bermimpi, benarkan?"


James diam ketika Nunew mengangkat kepala dengan berlinang air mata, akhirnya pria itu bisa menangis. "Nunew…ah…itu" bagaimana James harus menjawab? Lidahnya kelu saat ini.


Friend With Benefit [END ✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang