50. this is about our fate

899 69 13
                                    

Matahari telah tinggi sejak tadi, bahkan para pekerja telah selesai memetik dan beristirahat, tapi Nunew masih seperti orang yang linglung sejak datang dan masuk ke ruang kerjanya. Jujur saja ia masih tidak fokus sebab pertemuan mendadaknya dengan Zee tadi malam, tidak menyangka kalau bocah kecil yang semalam ia ajak pulang adalah anak Zee. Takdir memang belum selesai mempermainkannya, atau mungkin jalan hidupnya akan terus seperti ini hingga mati. Bukan tidak suka, Nunew sudah berdamai dengan semua masa lalu, tapi pertemuan secara tak sengaja seperti itu membuat Nunew sedikit tidak nyaman.


Berapa lama mereka tak bertemu? Tujuh tahun mungkin? Zee banyak berubah dari segi fisik, terlihat lebih kurus, tapi tidak memudarkan ketampanannya sama sekali. Mungkin benar apa yang orang katakan, semakin tambah usia seorang pria, pesonanya semakin kuat. Oh ayolah Nunew sekarang hal aneh apalagi yang kau pikirkan.


“Nunew!”


Nunew tersentak keluar dari acara melamunnya dan segera menoleh. “Ah ya??”


“Apa yang sedang kau lamunkan? Apa kau merasa tidak enak badan?” Seorang pria berperawakan tinggi tegap dengan kaos tanpa lengan itu menyerahkan tumpukan kertas laporan hasil pekerjaannya ke depan meja di hadapan sang boss. “Laporannya sudah selesai kau bisa memeriksanya.”


Nunew mengangguk singkat setelah menggaruk tengkuknya sendiri karena malu, “tidak juga, aku hanya agak terlalu banyak berpikir, Joss.”


“Benarkah? Mungkin boss butuh udara segar.”


Nunew terkekeh, “ayolah jangan memanggilku boss, boss yang sebenarnya ibuku. Kau tau? Aku masih di gaji untuk pekerjaan yang kulakukan.”


Keduanya terkekeh bersamaan, mereka memang telah berteman sejak dua tahun terakhir, jadi rasanya cukup nyaman untuk berbagi senda gurau. “Baiklah kalau begitu akan kupanggil adik kecil, kau lebih muda dariku kan? Ayo adik manis, apa kau mau makan siang bersama kakak Joss?”


“Eww aku merinding.” Nunew membereskan meja kerja sebelum akhirnya mengikuti langkah Joss keluar, kebetulan hari ini Wasita tidak memasak karena ada pertemuan khusus para wanita di desa jadi Nunew akan ikut bersama Joss untuk makan siang.


Panas begitu terik sepanjang mereka berjalan kaki, namun angin berhembus cukup kencang ditambah gemerisik dedaunan dari pohon-pohon besar yang berusia lebih dari dua puluh tahun. Nunew benar-benar tidak menyangka akan sangat jatuh cinta pada tempat ini, padahal dulu ia tidak suka kesunyian dan berada jauh dari hiruk pikuk kota besar. Musim panas dengan udara lembab sangat menyenangkan, lalu ketika masuk musim penghujan, udara menurun tapi rintik hujan yang jatuh menguarkan aroma petrichor. Sungguh menyenangkan bukan?


“Kau melamun lagi.”


Nunew kembali terkekeh, benar, ia sedang melamun, tapi kali ini ia sedang menikmati udara sejuk. “Maaf, aku hanya sedang terhanyut dengan cuaca hari ini.” Ia sengaja memejamkan mata beberapa saat, menghirup dalam-dalam udara sebelum kembali membuka mata.


Joss hanya memperhatikan tingkah Nunew dalam diam, sudut bibirnya melengkungkan senyum. Nunew pria sederhana yang tak memiliki ketamakan, terlalu biasa, tapi itulah mengapa Joss sangat suka bersahabat dengan Nunew.


“Joss boleh aku bertanya sesuatu?”


“Silahkan, aku akan menjawab jika aku bisa.”

“Dulu, aku melihat latar belakang pendidikanmu di cv yang kau serahkan, kau adalah lulusan s2 dari fakultas bergengsi, kenapa kau bisa sampai kesini? Mungkin kau bisa mendapat karir bagus jika pergi ke kota.”


Friend With Benefit [END ✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang