19. Jalan Pulang 🐊

1.1K 130 92
                                    

+×+

Ujian telah selesai saatnya liburan menyapa. Walau hanya sekitar 3 minggu namun sangat cukup untuk merelaksikan otak yang setiap harinya penuh dengan pelajaran.

"Adek.." panggil Yeonjun dengan suara lembutnya namun Beomgyu masih bergeming tak ingin melihat kakak angkatnya.

Sore ini Yeonjun memohon kepada Beomgyu untuk bertemu barang sebentar saja hanya sekedar pamit. Karena seperti janji ayahnya, setelah ujian selesai dia akan pindah menjauh dari sang adik.

"Sebegitu bencinya kamu ke hyungie sampai tidak ingin melihat Hyungie lagi, hm?"

"Jika papaku menculik dirimu dan membuat ibumu meninggal karena kehilanganmu, dan dengan tidak tahu malu dirinya mengakui kamu sebagai anak papaku. Aku yakin kamu akan melakukan hal yang sama seperti yang ku lakukan" jawab ketus Beomgyu.

"Iya hyungie tahu, sebegitu sakit hatinya dirimu karena ayah. Maafkan hyungie yang terlampau takut jujur kepadamu dek. Maafkan hyungie." Lembut. Lembut sekali ucapan Yeonjun, tidak ada sentakan dan bentakan.

Walau Beomgyu terus mencercanya dengan kalimat menyakitkan, namun Yeonjun sama sekali tidak ada niatan membalasnya dengan kalimat yang sama.

"Dan kau tahu maafmu tidak bisa mengembalikan mamaku dan keutuhan keluargaku" balas Beomgyu tanpa menatap Yeonjun.

"Iya, hyungie juga tahu itu. Maka dari itu hyungie tidak akan lagi mengganggumu. Jika memang kehadiran hyungie membuatmu semakin muak, hyungie akan pergi. Kamu tidak perlu khawatir lagi sekarang." Ucap Yeonjun lirih diiringi senyum sendu.

Beomgyu akhirnya menatap Yeonjun walau dengan tatapan tajam. Dia tetap bergeming setelah mendengar ucapan seseorang yang pernah menjadi kesayangannya.

"Tapi hyungie mohon teruslah jadi adik hyungie yang baik, teruslah menjadi adik hyungie yang manis. Terus berbahagia dengan keluarga kandungmu. Jangan pernah bersedih lagi, karena hyungie tidak bisa lagi menghiburmu." Yeonjun menghela nafas pelan, menahan emosi dalam dirinya yang ingin menangis saat ini juga.

"Jangan nakal lagi ya dek, jangan sering-sering bolos dan tawuran, jangan sering pulang malam ya.  Hyungie tidak bisa lagi mengawasimu." Yeonjun berjalan mendekat ke depan Beomgyu.

"Untuk terakhir kalinya biarkan hyungie memelukmu ya, sebentar saja." tanpa jawaban dari Beomgyu, Yeonjun langsung memeluk Beomgyu erat sekali.

Beomgyu sendiri mengepalkan kedua tangannya di sisi tubuhnya kuat-kuat, menahan diri agar tidak membalas pelukan Yeonjun.

"Sampai kapan pun kamu akan tetap menjadi adiknya hyungie. Adik hyungie yang paling hyungie sayangi." Bisik lembut Yeonjun kepada sang adik di sela pelukannya.

Yeonjun melepaskan pelukannya dan mencium lama kening sang adik.

"Berbahagialah sekarang. Hyungie pergi, jaga dirimu baik-baik ya sayang." Yeonjun mengusap pelan pipi sang adik, memandang wajah adiknya yang enggan melihatnya.

"Selamat tinggal adik nakalnya hyungie"

Perlahan Yeonjun beranjak meninggalkan Beomgyu dalam kesendirian di sore yang sejuk ini. Angin berhembus seakan menertawainya yang nyatanya dia sangat tidak rela Hyungienya pergi, tapi egonya terlalu kuat mendominasi hatinya.

Air mata yang sudah ia tahan sedari tadi turun tanpa malu-malu lagi. Dia merasa sesak yang luar biasa di dadanya, seluruh tubuhnya lemas seketika. Ia pun terjatuh bersimpuh menangis dan meraung tertahan. Kedua tangannya terkepal kuat, dia ingin sekali menahan Yeonjun tapi egonya serasa membunuhnya.

"Hyungie .."

Tak jauh beda dengan keadaan Beomgyu, Yeonjun pun sama merasa sesak yang membuatnya seakan tidak bisa bernafas. Berat rasanya meninggalkan sang adik, namun jika itu membuat adiknya bahagia apapun akan ia lakukan. Bahkan jika adiknya meminta nyawanya pun akan ia berikan.

My Berandal Brother ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang