39. Saling Merindu 🐊

831 112 39
                                    

+×+

Jika kebahagian adalah sebuah obat, maka sebaliknya kesedihan adalah sebuah penyakit. Dan benar adanya terkadang sakit yang dialami itu tersebab karena kesedihan yang tak kunjung reda. Baru sebulan Beomgyu tidak bertemu Yeonjun namun ini sudah kedua kalinya ia jatuh sakit dan mungkin yang lebih parah dari sebelumnya. Padahal sebelumnya Beomgyu adalah anak yang jarang sekali sakit, terkecuali sakit karena sehabis berkelahi tersebab luka luarnya.

Dua hari ini Beomgyu sama sekali tidak bisa beranjak sendiri dari kasurnya, bahkan jika ingin ke kamar mandi harus dibantu oleh salah satu keluarganya. Demam tinggi, asam lambungnya naik dan anemia cukup parah membuat tubuhnya benar-benar lemah. Dan yang memperparah semuanya adalah ketidakinginan dari Beomgyu untuk sembuh.

"Beomie sayang makan siang dulu ya nak lalu minum obatnya" beberapa hari ini Beomgyu hanya ingin bersama Jaehyun, dia hanya ingin sang papa.

Jaehyun menatap sendu ke arah anaknya, kepergian Yeonjun benar-benar membuat dampak yang luar biasa untuk sang anak. Dia bisa melihat bobot anaknya turun drastis, ditandai jelas pipi gempalnya sudah mulai tirus. Wajah sang anak yang selalu murung, mata yang hanya memandang kosong kehilangan binarnya.

Beomgyu sekarang menyakini bahwa Yeonjun benar-benar bagian seutuhnya dirinya karena sejak kepergian sang kakak Beomgyu benar kehilangan seluruh jiwanya.

"Papa .." gumam lirih Beomgyu memandang satu ke arah sang papa.

"Iya sayang, ayo bangun nak" tutur kata yang begitu lembut tak membuat Beomgyu luluh.

"Hyungie..?" Bukan malah menuruti perkataan sang papa, Beomgyu malah mempertanyakan tentang Yeonjun.

"Maaf ya, hyungie belum bisa dihubungi tapi papa akan berusaha agar bisa menghubungi hyungie" sesal Jaehyun karena belum bisa menghubungi salah satu keluarga Kim.

Keluarga Kim sepertinya benar-benar sangat bersungguh-sungguh untuk memutuskan tali kekeluargaan antara Yeonjun dan Beomgyu. Jaehyun tentu tidak bisa menyalahkan keluarga Kim begitu saja, karena orang tua mana yang bisa diam melihat anaknya celaka. Namun yang ia sayangkan karena mereka benar-benar memberikan luka kepada sang anak bungsunya, Jaehyun juga sangat tidak tega melihat si bungsu yang terus sakit merindukan sang kakak.

Perlahan Jaehyun membantu Beomgyu untuk bisa duduk bersandar di dashboard tempat tidurnya, ia kaan menyuapi anaknya makan walau ia yakin itu pasti tidak mudah. Semenjak sakit Beomgyu sering kali memuntahkan makanan atau minuman yang masuk ke dalam mulutnya.

"Dikit-dikit saja ya nak" Jaehyun mulai menyuapi sup hangat buatannya karena anaknya ini sangat benci bubur jika sakit.

Jaehyun tersenyum kecil saat suapan pertama lolos, makanan itu tertelan sempurna. Namun itu tidak bertahan lama karena saat suapan ketiga Beomgyu sudah mengeluh mual dan ingin muntah. Sontak Jaehyun langsung mengambil baskom kecil di bawah tempat tidur dan Beomgyu langsung mengeluarkan semua makanan yang baru tertelan.

"Maaf papa" lirih Beomgyu yang merasa bersalah karena ia terus saja menyusahkan.

"Tak apa nak" Jaehyun memang berkata demikian, namun jujur di lubuk hatinya dia merasa sakit yang teramat sangat.

Tubuh sang anak bukan hanya seperti menolak ingin sembuh namun seperti menolak semua afeksi dari seluruh keluarganya. Jaehyun tentu merasa sedih karena ia seperti kehilangan anak bungsunya untuk kedua kalinya. Tanpa sadar air mata Jaehyun meluncur begitu saja saat ia memandangi sang anak.

My Berandal Brother ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang