Hari sudah berganti malam, pemakaman Raka telah selesai sore tadi. Saat ini Deka hanya duduk termenung di sisi ranjang memandang selembar foto bahagia mereka bertiga. Foto itu sedikit koyak dengan beberapa bagian terlihat berwarna merah akibat darah yang mengering, mungkin karena saat itu Raka menggenggamnya terlalu erat. Ya! Foto itu ada di genggaman Raka di malam saat kejadian itu terjadi.
Deka memandang foto itu dengan tatapan kosong, dia sudah lelah menangis. Menyesal adalah satu-satunya perasaan yang paling mendominasi dalam hatinya. Menyesal karena kenangan terakhir mereka adalah pertengkaran. Menyesal karena jika saat itu Deka tidak membahas kondisi Raka mungkin dia akan tetap mendengar suaranya. Dia tak masalah terus beradu argumen dengan Raka asalkan dia tidak merasa kesepian seperti sekarang.
Dia merebahkan tubuhnya lalu dengan perlahan menekuk kakinya meringkuk sambil menggenggam foto mereka. Dulu biasanya dia akan dipeluk Raka karena dia tidak akan bisa tidur jika tidak di "himpit", sebelum menikahpun dia lebih memilih kasur single dengan bantal yang banyak disisinya untuk bisa tidur.
Dia merindukan Raka, dia bahkan belum sempat meminta maaf, sambil menangis dia berbicara sendiri. Dia ingin Raka-nya kembali lagi, dia berharap bisa diberi kesempatan lagi untuk memperbaiki semuanya atau setidaknya mencegah kejadian malam itu terjadi.
Jika kesempatan itu ada, Deka berjanji akan lebih sabar merawat Raka, lebih berusaha membuat Raka bahagia, menyisihkan lebih banyak waktu untuk keluarga kecilnya. Dia berjanji.. dia berjanji.... dia berjanji, terus berjanji seakan kesempatan itu akan ada lagi. Seakan kesempatan itu bisa dia dapatkan nanti.
Dengan segala emosi yang dia rasakan malam itu, matanya yang memerah menatap lurus ke arah foto mereka, dibalik foto itu tertulis "Dekara Hanah Yasgantara + Rakaza Adam Yasgantara =
Damalam Alterio Yasgantara 🫶" dia tertawa miris, membawa selembar foto itu kedalam dekapannya dan mulai berucap."Jika saja mukjizat Tuhan itu benar ada, aku berharap kita dapat mengulang waktu. Make things better than before" dia mengusap pelan wajah tersenyum Raka di foto itu.
"I wish God could give me power to bring you back, I'm willingly to do and sacrifice anything to fix everything, to bring you back alive"
Deka mulai memejamkan matanya lelah. Dari arah pintu kamar yang sedikit terbuka terlihat putranya mulai masuk dan berjalan menuju kasur. Dengan pelan dia naik ke atas kasur berusaha untuk tidak bergerak terlalu kencang agar ibunya tidak terbangun dan mulai memejamkan mata sambil memeluk sang ibu.
Di malam yang sunyi itu, tiba-tiba angin berhembus perlahan masuk melalui pintu balkon dan membuat ruangan terasa dingin.
Angin tersebut menghembus perlahan tubuh Deka, dia yang awalnya tertidur gelisah menjadi lebih tenang, bahkan kerutan di dahinya pun perlahan mengendur. Seakan angin dingin itu menghilangkan segala kenyataan buruk yang terjadi padanya untuk sesaat.Kriiinggg!!
Brrukkk
"Awwwss"
Alarm pagi seseorang sudah berbunyi, menandakan dia harus segera bangun untuk memulai aktivitasnya hari ini, tapi bukannya terbangun dengan cantik seperti para disney princess dia malah terjatuh dari kasur singlenya karena terkejut.
"Ugghh kepalaku, dimana ini?" Dia mengelus jidat mulusnya yang sedikit memerah dan mulai tersadar kalau ini bukanlah kamarnya. Kamar ini sedikit lebih kecil dari kamar tempatnya tidur semalam, lalu apa ini, kenapa kasurnya menyusut.
Deka yang merasa bingungpun mau tak mau harus memaksa nyawanya masuk kembali ke tubuhnya, dia mengerjap pelan untuk melihat sekitar. Dia merasa familiar dengan tempat ini, dia mulai berdiri dan mencari benda pipih kesukaannya hingga dia tersadar mengapa benda ini tidak ber-kamera 3 ? Benda itu masih memiliki kamera satu dan satu tombol di tengah bagian bawah.
Ingin cepat-cepat mengakhiri rasa penasarannya dia menekan tombol itu dan menampilkan tanggal 28 Oktober, bukankah seharusnya sekarang tanggal 3 Maret ? Sehari setelah sang suami bunuh diri harusnya sekarang tanggal 3 Maret 2025. Karena merasa bingung dia pun memutuskan membuka kalender dan disana tertera tanggal 28 Oktober 2019.
Deg
"Hah? Apa ini ? Bagaimana bisa?!" Dengan cepat dia memutar badannya dan berlari ke arah meja rias. Disana berdiri dirinya yang lebih terlihat muda.
"Aaaaa!!! Apa-apaan ini?!!" Dia menepuk pipinya sedikit kencang. Sakit. Bukan mimpi. Jadi.... dia.... apa... apa ini? Namun Seketika dia sadar, "Dimana anakku?!! Al!!! Al!!" Dia berteriak memanggil anaknya sambil terus menyusuri apartment tempatnya tinggal selama di perantauan. Karena tidak menemukan siapapun dia mulai menangis. Apa Tuhan mengabulkan permohonannya malam itu? Tapi mengapa rasanya seperti hukuman yang baru ?
Deka berlari kembali ke kamar, meraih benda pipih itu dan menekan kontak bertulis "mama" untuk menelpon.
Sudah dering ketiga namun belum ada jawaban."Hallo sayang? Ada apa ? Apa terjadi sesuatu?"
"Mama? Apa Al disana bersamamu?"
"Siapa ?"
"Al mama Al, anakku Damalam, apa dia disana bersamamu ?!"
"Ha ? Kau hamil ? Sejak kapan ?"
Deg
"Kau ini aneh-aneh saja, yang akan memiliki anak itu kakakmu, apa kau bermimpi ? Mimpimu aneh, pacar saja tidak punya malah bertanya anak. Hari ini penerbanganmu kembali kesini, sana cepat siap-siap jangan lupakan apapun, dasar"
Tuutt tutt tutt
Iya. Dia ingat. Hari ini adalah penerbangannya untuk kembali ke Indonesia, kemarin adalah hari dimana dia menyelesaikan kuliahnya di Scotland, orang tuanya tidak bisa hadir karena di hari yang sama kakaknya melahirkan. Deka berjalan gontai menuju kasur dan mendudukkan dirinya, dia menangis sejadi-jadinya.
Mengapa sekarang dia harus kehilangan keduanya, tidak cukupkah penderitaannya kemarin ? Kenapa sekarang anaknya juga pergi hanya karena keegoisan dan perkataannya malam itu yang bodohnya malah terkabul.
"Apa yang harus ku lakukan? Hiks .. hiks.."

KAMU SEDANG MEMBACA
Leal
عاطفيةMalam yang sunyi itu menjadi saksi pertengkaran antara Deka dan Raka sekaligus menjadi saksi perpisahan mereka. Sebuah kisah dimana salah satu dari mereka berdoa pada sang malam untuk dapat mengulang takdir, agar semua yang harusnya menjadi masa dep...