47

2.6K 107 8
                                    

Kedua orang itu masih setia terdiam menatap sosok Liam di ambang pintu dengan 7 orang bodyguard-nya. Angga mengepal kedua tangannya erat, jantungnya berdetak tak karuan menahan segala emosi yang sedang ia rasakan. Sedangkan Mona, ia masih setia menunduk takut dengan apa yang akan terjadi selanjutnya.

"Apa-apaan ini, Alex!" Teriak Angga memenuhi ruangan itu. Orang yang menjadi sasaran teriakan tetap bergeming dan menunjukkan raut wajah tak minatnya.

"Kau mengkhianatiku?! Apa kau juga yang membocorkan lokasi Lucynda?! Jawab Bajingan!!!" Liam menggaruk kecil pelipisnya yang tak gatal. "Jika aku berada di posisimu sekarang, aku akan diam. So, shut the fck up." Ucapnya santai. Kata-kata Liam justru membuat Angga semakin marah. Ia pun mengambil langkah tegas dan ingin menerjang Liam, namun kalah cepat ketika dua orang bodyguard-nya maju dan menahan Angga, membuatnya tengkurap di lantai.

Mona semakin bergetar di ujung ruangan. Kenapa bisa seperti ini?! Pikirnya frustasi.

"Aku tidak ingin basa-basi. Aku akan memberimu 2 pilihan, pertama, fuck her, kedua, kau akan tau jika kau menolak yang pertama dan aku tau kau pasti akan menolak yang pertama. Tapi yang jelas, mati bukanlah pilihan." Ucap Liam menatap remeh sosok Angga yang berada di lantai.

"Fck you Audreanza!! Let me off!!"

"Fck me? Heh! Maaf, kau bukan seleraku. Satu-satunya manusia yang akan memiliki ku seutuhnya hanyalah Hanah."

"Heh! Kau pikir dia mau dengan pria hina yang sudah menduakannya? Kau bermimpi terlalu jauh!"

"Sayangnya aku sudah bangun, bahkan dari kematian. Jadi sangat amat percuma kau menjebakku dengan pelacur itu. Membunuhnya di apartemenku, Heh. Bodohnya aku tidak menyadari itu sedari awal. Untung saja aku mati." Monolognya.

"Now, you see? Even a psychopath like me will always win over a sociopath like you. And thanks to you yang sudah mengirimkan foto perselingkuhan bajingan itu pada Hanah, sekarang dia hanya bergantung dan bersandar kepadaku." Lanjutnya dengan seringaian jahat. Sedangkan Angga semakin memberontak marah.

"Bajingan!! Lepaskan aku!! Lepaskan aku dan kita lihat siapa yang akan menang!" Liam tertawa, tertawa kencang hingga membuatnya memegang perutnya.

"Kau ingin bertarung denganku? Jika begitu kau harus setara denganku."

"Aku lebih dari mampu untuk menjatuhkanmu!"

"Tidakkah kau menyadari posisimu saat ini? Tell me, dengan apa kau akan menjatuhkanku? Dengan kedua kaki tanganmu? Bahkan jika orang tuamu memberikan seluruh hidupnya untuk membantumu, kau tidak akan pernah bisa sampai ke singgahsanaku." Angga mengerenyit bingung hingga saat Alex menekan tombol remote tv dan menayangkan sebuah berita terkini malam ini.

'Mansion keluarga Turwize mengalami kebakaran hebat hingga melibatkan 5 mobil pemadam kebakaran.'

'Diperkirakan kerugian mencapai 50 Miliyar rupiah, hal ini mencakup harta benda dan surat-surat penting lainnya.'

Angga dan Mona membola tak percaya mendengar berita tersebut, rumah yang beberapa jam lalu masih berdiri tegap kini sudah terlihat menyedihkan. Angga semakin bergetar marah di bawah kuncian bodyguard Liam.

Sedangkan Liam, ia tersenyum melihat bagaimana reaksi Angga. "So, tell me Turwize. How?" Ucapnya lagi dengan senyuman miring. Angga masih terdiam shock dan tubuh yang sedari tadi terus memberontak itu kini terkapar lemas.

Mama. Batinnya.

"Ohh, jangan khawatir. Ibumu aman, dia sudah meninggalkan mansion beberapa menit sebelum kebakaran. Setidaknya aku membiarkan satu hartamu selamat." Sahut Liam seakan menjawab ketakutan Angga.

LealTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang