"Eemm, Ka ? Aku mau bertanya, boleh ?" Deka membuka suara untuk memecah keheningan
"Tentu, ada apa?"
"Apa yang akan kau lakukan seandainya karirmu terhenti di tengah jalan ?"
"Tentu saja mati" Jawabnya enteng dengan senyuman yang seketika membuat Deka menatapnya tak percaya. Sekelebat ingatan kejadian itu membuatnya menegang dan tangannya terkepal erat merasakan sakit itu datang kembali.
Deka's POV
Aku meremat erat tali tas selempangku mendengar jawabannya, jadi tanpa campur tanganku pun dia tetap akan pergi jika mimpinya tak tercapai?
Aku menatapnya nanar, tak percaya semudah itu dia mengucapkan mati, sedangkan aku berada disini untuk melihatnya hidup.Raka menolehkan kepalanya padaku beberapa kali untuk melihat ekspresiku, pada tolehan ketiga dia berkata "Aku bercanda, jangan di anggap serius" sambil tertawa dan mengusap kepalaku.
Tapi itu sama sekali tidak membuatku tenang, tawanya seakan menunjukkan arti yang berbeda untukku. Yang awalnya dudukku sedikit menyamping ke arahnya sekarang kembali ku tegakkan dan menunduk. Mungkin dia sadar dengan perubahan suasana yang terjadi karena perkataannya, aku merasa mobilnya menepi dan berhenti.
Aku yang sedang menunduk dalam, tertoleh karena gerak gerik Raka yang sedang menarik rem tangan mobilnya dan melepaskan sabuk pengamannya. Aku memandangnya bingung, dia mau kemana ?
Dia membuka pintu mobilnya dan berjalan memutar ke posisiku, membuka pintu mobil disebelahku dan berkata "Walk with me" sambil tersenyum menyodorkan tangannya untukku sambut. Aku mengerenyitkan dahiku dan memasang tampang bingung.
Sedikit dapat ku lihat ini di taman kota, aku melepas sabuk pengamanku dan menyambut tangannya, dia membantuku keluar dari mobil dengan satu tangannya yang bebas diletakkan di atas kepala ku, mengantisipasi agar kepalaku tidak kejedot.
Setelah aku keluar dia melepaskan tangannya dariku untuk menutup pintu mobil, aku merasa kehilangan.
Dia berjalan lebih dulu dan memberi gestur agar aku mengikuti langkahnya, aku berjalan sedikit buru-buru karena menyamakan langkahnya yang besar."Kenapa kau terlihat sedih?"
"Siapa yang tidak sedih mendengar 'suaminya' temannya ingin mati semudah itu"
Dia tertawa pelan mendengar jawabanku
"Aku kan hanya bercanda" Jawabnya dengan mengaitkan tangannya ke belakang dan mendongakkan kepalanya melihat langit malam.
"Tidak terdengar seperti itu tuh" Aku mengangkat pandanganku dan memanyunkan bibirku setelah berkata begitu.
Dia kembali terkekeh melihat tingkahku."Kau bertanya apa yang akan aku lakukan jika mimpiku kandas di tengah jalan kan ?"
Aku mengangguk lemah, kembali menunduk mengikuti langkahnya dengan melihat gerakan kakinya.
"Well, aku memang bercanda mengatakan akan mati. Rasanya terlalu berlebihan untuk itu. Yang pasti aku akan merasa sedih, kecewa, frustasi karena apa yang rasanya sudah susah payah aku bangun berharap itu cukup kokoh untukku menghadapi dunia, nyatanya tidak sekuat tulisan takdir. Jelas itu tidak adil bukan ? Tapi aku hanya seorang pemimpi, bukan pencipta"
Aku melihatnya tetap tersenyum walaupun sudah berkata begitu, seakan dia sudah mempersiapkan diri dengan segala kemungkinan yang akan menghadangnya di depan.
"Do you believe in miracles?" Tanyaku padanya
"Pertanyaan yang sulit"
"Mengapa kau berkata begitu ?"

KAMU SEDANG MEMBACA
Leal
RomanceMalam yang sunyi itu menjadi saksi pertengkaran antara Deka dan Raka sekaligus menjadi saksi perpisahan mereka. Sebuah kisah dimana salah satu dari mereka berdoa pada sang malam untuk dapat mengulang takdir, agar semua yang harusnya menjadi masa dep...