33

2K 119 6
                                    

Hari ini adalah hari kepulangan Deka ke apartemennya. Selama hampir sepuluh hari dia menginap di rumah Liam bersama semua keluarga nya dan tiga hari menginap di rumah orang tuanya. Oma dan opa Liam tiba di Indonesia setelah 2 hari setelah hari pemakaman ayah Lukas, mereka berdua memutuskan untuk kembali tinggal di Indonesia menemani Liam.

Liam kembali menjadi Liam yang saat itu berumur 11 tahun, dia hanya diam dan menjalani hidupnya dengan kekosongan. Mungkin Liam kecil lebih baik daripada saat ini, karena Liam kecil tetap menyahut jika di tanya walaupun terkesan ketus dan dingin. Namun Liam yang sekarang seperti mayat hidup, dia hanya diam dan hanya berbicara melalui matanya yang seakan berkata 'menjauhlah dariku'

Deka bahkan harus membujuk dua orang untuk menjalani hidup dengan baik kali ini, yaitu Liam dan Bita. Yah, mungkin Bita masih punya Kehan yang kerap berkunjung ke kediaman Audreanza untuk menghiburnya. Sedangkan Liam ? Dia tidak memiliki siapapun untuk membuatnya merasa hidup. Bahkan Deka saat ini tidak di anggap nya ada, tidak seperti biasanya dimana dia terus berusaha mencari perhatian Deka atau memaksanya untuk memaafkan nya.

Liam hanya diam.

Liam yang dulunya kerap melihat dan memperhatikan Deka kini hanya menatap kosong ke satu arah, yaitu langit. Dia bahkan sering melamun dan tidak fokus.

Bahkan akhir-akhir ini Raka seperti merajuk padanya, dia tidak akan menelpon jika tidak di telpon, tidak akan mengabari Deka jika tidak ditanya. Bahkan dia juga tidak mencari Deka ke kediaman Liam seperti yang Kehan lakukan untuk Bita, padahal kan mereka bisa datang bersama.

Ketika Deka bertanya pada Kehan, dia hanya menjawab Raka sedang sibuk latihan kebugaran dengan pelatih dan team nya. Deka pikir dia benar-benar libur ketika dia mengatakan akan mendapat jatah libur jika menang, tau nya dia tetap latihan.

Saat ini dia tengah membereskan apartemennya, hampir dua minggu di tinggal, apartemennya sudah sangat apek dan berdebu. Saat tengah sibuk membersihkan lantai dengan vacum cleaner, bel pintu apartemennya berbunyi beberapa kali. Disana sudah berdiri Bita yang nampak lesu dengan dua buah koper besar di tangan kanan dan kirinya.

"Aku mau tidur disini" Bita masih menatap Deka dengan mata sayu nya yang sudah mulai menghitam. Beberapa hari ini dia memang tidak tidur dengan teratur, Deka harus ikut terbangun ketika tengah malam Bita mulai menangisi ayah Lukas.

"Masuklah" Deka menutup pintu dan membantu Bita menggeret koper satunya, kedatangannya pas sekali ketika Deka sudah selesai membersihkan lantai 2 apartemennya. Deka pun langsung mengantar Bita ke kamar satunya dan membantunya mengepack beberapa pakaiannya ke lemari.

"Aku akan melanjutkan belajarku untuk mengambil alih perusahaan mulai besok. Kakak juga ikut" Bita yang sedang merebahkan dirinya di kasur membuka suara dan membuat Deka terdiam sejenak.

Liam ? Apa itu artinya Liam akan berhenti melanjutkan kuliah nya ? Bodoh, bukan kah itu sudah pasti ? Liam mau tak mau harus mulai belajar tentang perusahaan dan mengambil alih perusahaan raksasa itu cepat atau lambat, karena dia adalah satu-satunya lelaki pewaris A's Company.

"Apa dia sudah baik-baik saja ?" Deka kembali melanjutkan memasukkan beberapa baju Bita ke lemari, "Dia bahkan sudah mulai tidur di kantor 5 hari belakangan ini" sahut Bita. Deka tidak tau bagian yang itu, sebab memang beberapa hari ini mereka tidak pernah bepapasan, oma dan opa bilang Liam tidak pulang ke rumah, memilih menyendiri di apartemen nya, tapi ternyata dia sedang mempersiapkan diri.

"Bagaimana dengan Raka ? Apa dia masih mendiami mu ?" Kali ini Bita pun ikut penasaran karena Kehan pun tidak memberikan informasi apapun.

"Dia tidak mendiamiku, yah bisa di katakan dia hanya sedikit cuek menanggapi aku" Deka menutup pintu lemari itu dan beranjak ke kasur, merebahkan dirinya di sebelah Bita.

"Mungkin dia selingkuh darimu" ucap Bita santai tanpa rasa bersalah.

Plak!

"Aashhh!!"

Deka menggeplak jidat Bita dan menatapnya nyalang, "Jangan berkata yang bukan-bukan! He just... busy, I think."

Bita mengelus jidat nya pelan, tidak sakit hanya saja cukup membuatnya terkesiap dengan perlakuan tiba-tiba yang Deka lakukan.

"Iya iya ! Malam nanti Kehan akan mampir, apa boleh ? Aku akan memintanya mengajak Raka dan Angga"

"Tentu, tapi kenapa Angga ?"

"What you mean 'kenapa Angga' ?" Bita bingung dengan pertanyaan Deka, bukannya sudah jelas mereka bertiga tidak terpisahkan sama sekali.

"I don't know, we're couples and Angga is.. just.."

"Right!" Bita mendudukkan dirinya dan nampak menyadari arah pembicaraan Deka. Angga kan single, sedangkan mereka adalah pasangan yang sedang hangat-hangatnya.

"Tapi sudah lah, itu bukan porsi kita untuk menilai. Mungkin saja Angga merasa biasa-biasa saja, kan ? Tidak perlu khawatir, aku akan membicarakannya dengan Kehan nanti. Sekarang aku mau mandi" Bita pun pergi meninggalkan Deka yang masih berbaring di kasur. Dia merasa tidak enak memikirkan bagaimana Angga akan memposisikan dirinya nanti di sekeliling mereka, tapi untuk apa juga Deka memikirkan bagaimana perasaan Angga, bukan ?

---

Malam pun tiba, seperti yang Bita katakan, tepat ketika waktu menunjukkan angka 9 mereka datang. Mereka yang dimaksud adalah Kehan dan Angga, Raka akan menyusul karena tengah menghadiri acara makan malam dengan team nya.

Dia juga sudah memberitahukan hal itu pada Deka sebelumnya, awalnya Deka merasa sedikit kesal, mereka akan bertemu lagi setelah hampir dua minggu, namun harus tertunda lagi beberapa jam karena acara makan malam team. Tidak kah Raka sadar Deka sedang menunggu-nunggu kehadirannya sedari siang tadi hingga rasanya sangat lama untuk menunggu waktu yang terbilang beberapa jam itu.

Mereka saat ini tengah mengobrol santai di ruang tamu, Kehan dan Angga datang membawa begitu banyak desserts dan bevarages.

"Aku turut berduka Bit, Kar. Maaf aku tidak sempat datang untuk berbela sungkawa" Angga memang baru saja kembali dari Italy tiga hari yang lalu, dia bahkan tidak sempat mengecek handphone selama itu karena sibuk melakukan performance di beberapa tempat. Team orchestra nya sangat terkenal hingga pernah di panggil untuk mengiringi pernikahan seorang anak menteri dari negara tersebut.

Angga bukan lah anggota tetap, tapi ketika jasanya di butuhkan maka dia harus hadir saat itu juga, itu adalah kesepakatan yang dia dan composer musicnya lakukan. Angga ingin beristirahat sejenak dari sibuknya dunia musik dan padatnya jadwal pentas yang berdesakan, jadi dia tidak mau terikat oleh kontrak dan lebih memilih jalan seperti ini.

"Thanks, Ngga" jawab kedua perempuan itu bersamaan. Deka hanya tersenyum kecil menanggapi ucapan Angga dan Bita langsung berubah murung, Kehan yang sadar akan perubahan suasan hati Bita pun langsung merangkul sang kekasih dan mencium puncak kepalanya dengan sayang.

"Kau terluka ya ? Tanganmu sampai berbekas begitu? Pasti parah!" Kehan yang sadar tangan Angga seperti bekas luka goresan pun meraih tangan pria itu dan menelisiknya. Mereka bertiga seketika mengalihkan fokusnya pada tangan Angga, tapi Deka menyadari perubahan ekspresi Angga yang terlihat panik, dia sedikit bingung mengapa Angga seperti ketahuan berbuat kejahatan hingga menarik tangannya kuat dari genggaman Kehan.

"Aku terluka terkena senar Celò saat pentas" Deka semakin merasa aneh ketika mendengar suara Angga yang terdengar sangat tenang berbanding terbalik dengan kedipan matanya yang terlihat seperti menyembunyikan sesuatu.

Bagaimana Deka paham hal-hal seperti ini ? Dia mempelajari itu semua dari Liam, Liam yang mengajarinya.

LealTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang