29

4.6K 174 0
                                    

Sudah beberapa hari ini dia terus mendapatkan pesan teror yang berisi ancaman untuknya tentang kasus yang dia hadapi beberapa tahun lalu.

"Kau harus tetap berada disisiku Liam" Lucy berkata pada Liam yang sedang bersiap untuk terbang ke Edinburgh malam ini.

"Aku butuh seseorang untuk membuat ku aman!"

Liam tetap pada tujuannya, mengepack semua keperluannya, sudah terlalu lama dia berdiam diri menyesali semuanya seperti seorang pengecut.

"Liam jika kau masih bersikeras meninggalkanku dengan anakku maka aku akan memberitahu pacar cantikmu yang sebaliknya!!" Ancam Lucy

Mendengar hal itu uluran tangannya yang sedang merapikan pakaian berhenti, dia menggeram marah. Liam membanting kopernya dan berjalan cepat menghampiri Lucy yang tengah berdiri di belakangnya. Melihat itu Lucy membeku ketakutan.

"Dengar, aku mengizinkanmu tinggal disini tapi tidak dengan hak untuk menjadikanmu tuan rumah!" Tekan Liam dan berjalan pergi membawa kopernya

"Aku tidak mau sendiri dalam kondisi dimana aku sedang mengandung Liam! Aku tidak mau, aku malu keluar dalam keadaan seperti ini! Dan itu tugasmu memenuhi kebutuhanku dan anakku! Kita sudah sepakat kau akan menampungku disini tapi bukan berarti aku bisa sendiri !" Rengek Lucy sambil menarik-narik lengan Liam yang sedang berjalan menuju pintu keluar.

Liam menyentak lengannya kasar, "Jaga batasanmu!" Geretak Liam kesekian kali, dia lelah mendengar segala ocehan Lucy. Dia menyesal mengenal wanita itu, segala yang sudah dia lewati bersamanya sungguh membuat dirinya mual.

Apa yang membuatnya begitu buta hingga menjadikan Lucy pelariannya, tiada hari tanpa kutukan yang dia layangkan untuk dirinya sendiri, untuk berani menyakiti gadis nya, untuk berani dengan tidak tau dirinya mencari versi Deka pada orang lain, untuk berani mengisi kekosongan hati nya dengan orang lain yang bahkan jauh di bawah gadisnya, levelnya.

"Liam jika kau nekat untuk pergi maka aku tidak segan memberitahukan ini pada ayahmu!" Ancam Lucy untuk kesekian kali, dan hal itu sukses membuncah amarah Liam. Dia berbalik mengapiri Lucy dan tanpa berpikir panjang mencekik wanita itu kuat. Menekannya di antara dinding ruang tengah, wajah Liam memerah, urat tangannya menegang memperkuat cengkramannya pada leher Lucy.

Persetan! Wanita jalang tidak tau terimakasih. Liam benar-benar merasa seluruh badannya memanas karena emosi yang sudah tidak terbendung lagi.

Wajah Lucy berubah pias, kadar oksigen pada tubuhnya sudah di ambang batas. Perlahan matanya berubah merah, warna kulitnya membiru, berontakan yang sedari tadi dia lakukan tidak membuahkan hasil apapun. Liam sadar akan perbuatannya, alih-alih melepaskan Lucy dari cengkramannya, dia dengan tega melempar tubuh Lucy ke arah meja.

"Fck!!" Teriaknya lalu pergi dari sana meninggalkan Lucy.

Liam mengendarai mobilnya menuju rumah sepupu kesayangannya, dia berniat meminta bantuan Bita untuk dapat menghubungi Deka yang saat ini hilang kontak dengannya. Dia sudah berpuluh-puluh kali men-dial nomor Deka namun jawabannya tetap sama, belum berdering dua kali panggilan itu sudah terputus.

Harapannya terhadap Bita nihil, sesampainya disana Bita bahkan tidak mau bertemu dengannya tidak perduli seberapa lama dia menunggu di depan pintu kamarnya, mengetok hingga menggedornya, Bita tetap bungkam.

Kedua orang tua Bita menyarankannya untuk pulang dan menenangkan diri, pun dengan memberikan Bita waktu sendiri dulu. Papa Anton sebenarnya ingin bertanya mengapa mereka bertengkar seperti ini namun sepertinya keadaan keduanya sama-sama sedang kacau.

LealTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang