"Kau bermain Cello?" Bita pun ikut kembali dalam obrolan setelah beberapa menit tadi berubah sedih. Dia belum bisa melupakan kejadian itu dengan sempurna tapi dia sadar, dia tidak boleh bersedih terus.
Angga mengangguk mantap, "Dia kan musisi sayang, dia harus di tuntut menguasai enam alat music oleh team orchestra nya." Kali ini Kehan yang menjawab pertanyaan Bita. Angga memang mahir bermain lima alat musik, ada pun diantaranya adalah piano, cello, biola, drum, saxophone dan gitar.
"Benarkah ? Kau pasti sangat mahir, aku baru tau. Hanah juga pandai bermain Cello, makanya aku bertanya karena kebetulan yang sangat tidak terduga" Deka sedari kecil memang sudah di tuntut sempurna, mengikuti les dan beberapa kegiatan lainnya seperti golf, berkuda, latihan tembak dan arisan minum teh yang rutin di adakan sebulan sekali oleh orang-orang tua yang mewajibkan anak-anak mereka ikut dan bergaul, tapi bukankah semua anak konglomerat pasti seperti itu ?
Kehidupan monoton yang di gadang-gadang menjadi kehidupan sempurna yang di dambakan semua orang. Tapi hanya mereka yang tau rasanya berteriak tapi tak bersuara.
"Hanah ?" Kehan mengerenyit bingung, ada perempuan lain yang mereka bicarakan selain Deka dan Bita? "Dekara Hanah ? Kara di panggil Hanah dari kecil oleh orang-orang rumah" jelas Bita yang melihat kebingungan kekasihnya. Kehan hanya ber-oh-ria.
"Aku tau dia pandai bermain cello, aku pernah melihatnya bermain di ruang musik sekolah sekali" Angga meneguk minumannya sambil tersenyum mengingat sore itu Deka pernah terlihat sangat suntuk dan berakhir memainkan beberapa alat musik di ruang musik.
Deka menatap Angga terkejut, benarkah dia pernah bermain musik disana ? Rasanya dia tidak mengingat apapun tentang kenangan semasa sekolah kecuali gosip tentang triOnar ini. Apa aku sebegitu tidak perdulinya ya ? Batinnya.
"Benarkah ? Aku lupa hehe" Deka melanjutkan kunyahannya, dia sangat suka martabak manis.
Angga tersenyum maklum, melihat Deka lahap memakan dessert kesukaannya yang Angga belikan saja sudah sangat membuat hatinya senang walaupun Deka tidak mengingat sore itu mereka bahkan sempat bertegur sapa dan bermain piano bersama.
"Its okay, aku paham kau sangat ignorant dulu" Angga tertawa kecil mengingat Deka bahkan tidak sadar apapun di sekitarnya, dia perempuan yang hanya fokus dengan apa yang sedang dia hadapi saja, tidak memperdulikan urusan orang lain atau apapun itu yang tidak penting.
Bita dan Kehan terbahak mendengar ucapan Angga yang terdengar sarcas pada Deka, karena begitulah adanya. Angga adalah orang pertama yang berani berkata seperti itu pada perempuan es itu secara terang-terangan. Deka pun tersenyum malu hingga wajahnya memerah, dan dengan spontan menggeplak lengan Angga lumayan kencang hingga membuat mereka kembali tertawa kencang.
Saat waktu sudah menunjukkan pukul 10.45 pm, disana lah bel apartemen Deka berbunyi. Deka tersenyum senang mengetahui itu pasti Raka, karena 30 menit yang lalu dia mengabari Deka jika dia sudah dalam perjalanan.
Deka pun tersenyum senang menyambut Raka yang sudah berdiri di depan pintu, Raka pun tersenyum menyambut pelukan Deka untuknya.
Mereka pun berkumpul bersama mulai membahas apapun yang bisa di bahas, menertawakan apapun yang bisa di tertawakan.
"Hanah, kau masih punya Jeroboam kan ?" Tanya Bita di tengah percakapan mereka yang membahas spongebob.
"Jeroboam of Chaeteau Mouton Rotschild 1945 ?!" Kehan yang mendengar itu tidak bisa menyembunyikan keterkejutan nya. Dia yang awalnya sedang tidur terkurap langsung mendudukkan dirinya, bahkan dengan fasihnya dia menyebut nama dari wine itu dengan logat Prancis tanpa keseleo sedikitpun.
"Kau punya wine 4 miliar itu?!!!" Kehan semakin heboh di tempatnya begitupun Angga dan Raka yang menatap Deka tidak percaya. Yah, hanya keluarganya saja yang tau dia penyuka wine dan mengoleksinya.
Jeroboam of Chaeteau Mouton Rotschild 1945 adalah jenis wine termahal ke-3 di dunia, wine itu adalah hadiah ulang tahun ke-18 nya dari Liam. Mereka bahkan meminumnya tepat pukul 12 malam bersama-sama dengan Bita. Itu adalah wine pertama dan terakhir yang mereka bertiga minum, setelahnya botol itu tidak pernah tersentuh lagi.
Deka malah hendak membuangnya setelah Liam ketahuan selingkuh, namun rasanya sangat kekanak-kanakan. Jadi dia hanya menyimpannya dan tidak pernah menyentuhnya lagi. Wine itu tidak di beli, tapi itu adalah kepemilikan buyut dari Liam, sudah tau kan dia kaya dari jaman Belanda ?
"Hanah ini maniak wine, hampir semua jenis wine dia koleksi, dia penggila minuman itu sedari umur 18" Bita mengompori tabiat liar Deka yang tidak sesuai dengan citranya. Deka hanya melototi Bita sedari tadi tapi Bita acuh tak acuh.
"Kalian berdua sekaya apa sih?" Kehan menatap mereka dengan tatapan kosong, bagi dirinya, sanggup-sanggup saja dia membeli barang langka dan mahal itu. Hanya saja rasanya tidak sepadan menghabiskan uang sebegitu banyak hanya untuk cairan yang akan hilang di cerna lambung.
"Ternyata kau sangat tidak ter tebak ya" Goda Raka di telinga Deka dan membuat Deka tertawa kegelian.
Mereka pun akhirnya menikmati minuman mahal itu dengan Gelas Bordeaux di ruang tengah dengan dessert yang tidak sesuai dengan minumannya.
Tanpa disadari, Angga terus saja bergerak gelisah di tempat. Bahkan senyumannya tidak selebar sebelum Raka datang. Dia yang awalnya larut dalam suasana hangat yang mereka ciptakan menjadi tidak nyaman dengan sekitarnya, di depannya terpampang bagaimana mesranya Deka san Raka bertukar tawa dan cerita. Dia masih tidak menyangka, beberapa menit setelah Raka datang mereka mengabarinya dengan fakta bahwa keduanya telah resmi berpacaran.
Sejak saat itu Angga menjadi awkward di perkumpulan mereka, bahkan tanpa sadar ini sudah gelas ke-5 yang dia teguk tanpa memakan sepotong snack pun.
----
Paginya sekitar pukul 7, Deka bangun lebih dulu dari teman-temannya. Iya, mereka semalam menginap disini karena sudah hilang kendali. Ketiga pria itu tidur di ruang tamu semantara Deka dan Bita tidur di kamar masing-masing. Dia sangat pusing dan haus, air minum di kamar sudah habis jadi dia memutuskan untuk turun walaupun masih sangat mengantuk.
Sesampainya Deka di lantai dasar, dapat dia lihat bagaimana tidak singkronnya ketiga orang itu tertidur. Kehan yang setengah badannya berada di sofa, Angga yang tertidur meringkuk di sisi sofa dan Raka yang tidur terlentang di tengah-tengah. Deka hanya tertawa kecil melihat kelakuan mereka.
Sekembalinya Deka ke kamar untuk tidur karena sangat mengantuk, handphonenya berbunyi. Ada pesan text dari papa Andres yang mengatakan untuk dia mampir ke kantor nya siang ini karena ada yang ingin dibicarakan.
Ntah mengapa, Deka merasa perasaannya tidak enak.
Pemanis
KAMU SEDANG MEMBACA
Leal
RomanceMalam yang sunyi itu menjadi saksi pertengkaran antara Deka dan Raka sekaligus menjadi saksi perpisahan mereka. Sebuah kisah dimana salah satu dari mereka berdoa pada sang malam untuk dapat mengulang takdir, agar semua yang harusnya menjadi masa dep...