Hari ini adalah hari kepulangan Deka ke Indonesia, setelah memastikan pintu apartemennya sudah terkunci Deka melangkah kakinya menuju lift. Sesampainya di lantai dasar tak lupa Deka menyerahkan kunci akses apartemennya ke petugas yang berjaga lalu berpamitan dengan orang-orang yang dia kenal tinggal dan berkerja di gedung apartemennya selama ini.
Deka menaiki taksi dan mengatakan kemana tujuannya pada sang supir. Sesampainya di Edinburgh (EDI) Airport, Deka menggeret 2 koper berukuran 28 inch itu dengan kewalahan menuju loket check-in. Dengan segala usahanya akhirnya dia bisa duduk dengan selamat di ruang tunggu.
Namun fokus Deka yang awalnya sedang bermain hp teralihkan dengan sepasang sepatu yang berdiri tepat di depan tempat duduknya. Deka yang penasaran mengangkat pandangannya dan menemukan sesosok pria tampan yang sedang menatapnya dengan datar namun terlihat kelembutan di matanya.
"Hai" sapa sesosok laki-laki itu
"Sedang apa kau disini ?"
"Seperti yang kau lihat" tanpa bertanya laki-laki itu langsung mendudukan dirinya di samping Deka.
"Setau ku seharusnya kau sudah di Indonesia" ucapnya penasaran
"Seharusnya." Jawab Deka singkat
"Tapi ?" Tanya laki-laki itu kembali
Dengan malas Deka menolehkan wajahnya ke samping dan menatap laki-laki itu dengan tidak minat.
"Tapi bukan urusanmu, tuan Liam"
Sesaat setelah Deka menyahuti Liam dengan sinis terdengar panggilan untuk nomor penerbangannya dan segeralah Deka berjalan meninggalkan laki-laki itu sendiri. Liam yang sudah terbiasa dengan sikap Deka pun hanya tersenyum smirk lalu ikut melangkah menuju pesawat.
Tak di sangka ternyata tempat duduk mereka bersebelahan. Deka yang menempati first class seat windows view langsung membuang wajahnya ke arah jendela seketika melihat ternyata partner seat nya adalah Liam. Liam hanya tertawa kecil melihat tingkah kelinci putih-nya. Dengan elegant Liam mendudukan dirinya disamping Deka, Liam yang sudah paham bahwa mood Deka berubah buruk setelah bertemu dengannya pun memilih diam tak ingin menambah buruk keadaan sang gadis jika dia mengajaknya bicara.
Perjalanan yang memakan waktu satu hari lebih beberapa jam itu pastilah sangat lama dirasakan Deka, apalagi ditambah ada Liam disini. Deka hanya mendengus kasar sambil melirik sinis Liam yang sedaritadi dia hanya memejamkan matanya dengan headphone yang bertengger di kepalanya. Liam diam pun salah.
4 jam sudah dia di atas awan dan Liam tidak ada berkata apapun begitupun Deka yang nyaman dengan kegiatan tidak ngapa-ngapainnya. Tapi sesekali Liam curi-curi pandang ke Deka, tentu Deka tidak sadar karena jika iya maka Liam berani bertaruh Deka akan dengan nekat bertukar tempat duduk dengan class ekonomi demi menghindarinya.
Jam sudah menunjukkan pukul 7 pm. Para pramugari dengan cekatan menyiapkan santapan untuk para penumpang. Deka yang terpejam tidak menyadari itu dan Liam yang melihat Deka sedang tidur pun meminta pada pramugari untuk memberitahunya apa menu hidangan makan malam mereka. Setelah pramugari menjelaskan hidangan apa yang akan mereka sajikan beserta bahan yang digunakan Liam yang sudah merasa semuanya aman pun mempersilahkan pramugari untuk menyajikan makanannya.
Deka yang merasa terganggu dengan percakapan yang samar-samar terdengar dari Liam pun terbangun dengan mengucek pelan mata sebelah kirinya sambil menguap kecil. Liam yang sudah hafal dengan kebiasaan Deka yang lucu itu pun tersenyum simpul.
Melihat hidangan yang sudah tertata di meja kursinya Deka dengan hati-hati menatap makanan itu, bahkan pada dessert nya sekalipun. Liam yang melihat tatapan polos baru bangun tidur itu sedang menelisik makanannya pun tau apa yang sedang Deka lakukan.
"Tenang saja, makanannya aman tidak ada kandungan seafood, begitupun dessert nya tidak ada jagung. Aku sudah bertanya tadi pada pramugarinya"
Deka yang mendengar itu sontak menolehkan kepalanya ke arah Liam, Liam yang tau sedang di perhatikan oleh Deka pun menolehkan kepalanya ke arah Deka dan membuat lengkungan pada bibirnya yang membuat matanya menyipit.
"Cih"
Yaahh, sudah Liam duga. :)
Deka's POV
Kenapa aku harus bertemu dengannya disini, merusak suasana hatiku saja. Aku memang tau kalau dia sedang mengikuti seminar di Scotland, tapi aku tidak tau dimana. Aku tau pun bukan karena mencari tau, tapi karena Bita yang memberitauku di masa lalu, padahal aku sudah pernah bilang jangan membahas laki-laki itu lagi tapi dengan tampang polosnya dia hanya berkata "maaf, aku keceplosan."
Kenapa juga jadwal kepulangan kami bersamaan!!!
Hahh... 'belum apa-apa sudah dapat ujian', hariku makin buruk saat melihatnya duduk disamping seat ku. Tidak adakah yang lebih buruk dari ini? Untungnya dia tidak berkata apapun selama di penerbangan dan akupun juga tertidur karena kelelahan.
Aku terbangun karena sedikit terusik dengan obrolan seseorang, setelah sedikit tersadar aku memperhatikan makan malam yang telah selesai disajikan oleh pramugari, dia mungkin sadar apa yang aku lakukan dan langsung memberitahuku kandungan makanan itu, dia tau apa yang membuatku alergi.
Aku hanya mendengus mendapatkan 'perhatian' itu.
Tapi seharusnya di masa depan aku tidak ada bertemu dengannya seperti sekarang. Kami akan bertemu, tapi nanti saat aku mendatangi klinik nya untuk pengobatan Raka (itupun terpaksa karena dia salah satu dokter psikolog terbaik di Jakarta waktu itu), pertemuan mendadak ini membuatku terkejut sekaligus bingung. Tapi bisa saja, masa depan bisa berubah untuk itulah aku disini sekarang dan aku tidak mungkin lagi bergantung pada ingatanku. Kenapa rasanya semakin susah ya?
Aku memakan makan malamku dengan tenang tanpa memperdulikan laki-laki disampingku. Laki-laki yang membuatku malas berkenalan lagi dengan rasa suka, kagum, cinta dan koleganya. Lelaki yang membuatku terpuruk selama hampir 2 tahun. Laki-laki yang menjadi cinta pertama sekaligus luka pertamaku.
Liam Bargata Audreanza, mantan kekasihku.
Deka's POV end.
A snap of photos that Liam took secretly🕊✨
KAMU SEDANG MEMBACA
Leal
RomanceMalam yang sunyi itu menjadi saksi pertengkaran antara Deka dan Raka sekaligus menjadi saksi perpisahan mereka. Sebuah kisah dimana salah satu dari mereka berdoa pada sang malam untuk dapat mengulang takdir, agar semua yang harusnya menjadi masa dep...