12

6.9K 468 2
                                    

Raka's POV

Aku menyetir mobil dengan pelan karena ada sleeping beauty berada di sampingku. Aku tersenyum melihatnya tertidur pulas.

Awalnya aku bingung mengapa gadis ini tiba-tiba menelan becandaanku mentah-mentah, menganggapnya hal yang serius sehingga dia terlihat sedih. Aku mengajaknya berjalan menyusuri taman kota sebentar untuk mengobrol ringan sambil menjelaskan dengan pelan penuh pengertian padanya bahwa aku hanya bercanda.

Untungnya dia mulai tersenyum setelah aku menjelaskannya tentang maksudku. Aku memang mencintai sepak bola sebesar itu tapi bukan berarti aku akan bodoh mengakhiri hidupku karena itu. Sedih, kecewa adalah hal yang pasti, bukan menjadi penghambat untukku terus melangkah melihat dunia.
Dunia tidak akan kiamat hanya karena aku kehilangan mimpiku.

Aku mulai terdiam mendengarnya menjelaskan perbedaan dari percaya dan berharap, sepertinya dia dapat melihat dari wajahku bahwa aku bukannya tidak percaya pada keajaiban namun hanya takut untuk berharap bahwa suatu saat aku akan mendapatkannya. Aku takut kecewa saat datang hari dimana aku sangat mengharapkan keajaiban-Nya namun nyatanya tidak terjadi apa-apa.

Sekarang aku tau, percaya pada keajaiban tidak akan merugikanmu kecuali kau berharap padanya. Kata-katanya sedikit membuka pikiranku, dia terlihat begitu percaya dengan keajaiban membuatku ingin percaya juga. Yah, mungkin akan ku mulai dari percaya dulu, tidak ada salahnya juga.

Sesampainya di depan gerbang kediaman kakak perempuan Dekara, aku melihat seorang lelaki paruh baya sedikit berlari menghampiri mobilku yang terparkir di depan gerbang.

"Selamat malam, ada yang bisa saya bantu mas?" Tanya nya sopan kepadaku

"Malam pak, saya temannya Dekara, saya mengantarkannya pulang kemari karena katanya dia akan menginap di rumah kakaknya"

Lelaki tersebut sedikit melirik ke arah Dekara duduk yang masih setia terpejam dengan damai.

"Ohh, nona Hanah, silahkan mas, saya sudah di pesan oleh nyonya tadi pagi"

'Hanah ya?.... cantik'

Pak Amad nama yang tertulis pada nametag di dada sebelah kirinya sedikit berlari untuk membukakan gerbang. Aku pun menjalankan mobilku memasuki rumah besar bergaya American classic itu dan memarkirkan kendaraanku tepat di depan teras.

Aku masih berpikir membangunkan Dekara atau tidak karena tidurnya pulas sekali namun pikiranku buyar karena sedikit terkejut dengan ketukan kecil di jendela mobil tempatku duduk

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku masih berpikir membangunkan Dekara atau tidak karena tidurnya pulas sekali namun pikiranku buyar karena sedikit terkejut dengan ketukan kecil di jendela mobil tempatku duduk.

Aku membuka pintu mobil dan segera turun, melihat ternyata yang mengetuk jendela mobilku adalah wanita paruh baya yang sepertinya adalah pembantu di rumah ini. Dia terlihat sedikit terkejut melihatku keluar dari mobil.

"Malam bi, saya temannya Dekara, saya mengantarnya kemari karena katanya dia akan menginap di rumah kakaknya"

"Malam den, nama saya bi Saras, aden temannya nona Hanah ?"

LealTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang