Langit biru hari ini telah digantikan gelap nya awan yang sedari pagi menyelimuti, namun sama sekali tidak ada tanda-tanda akan turun hujan. Hawa yang lembab dari sisa guyuran hujan tadi malam masih pekat terasa membuat suhu udara yang seharusnya terik menjadi dingin.
Tepat pukul 1 siang proses pemakaman ayah Lukas sudah selesai. Liang itu sudah tertutup rapat oleh tanah, menandakan apa yang Liam yakini sebagai mimpi kini adalah kenyataan. Tidak ada lagi kesempatan nya untuk sekedar bersugesti bahwa kejadian ini hanya hayalan.
Liam berdiri tepat di depan gundukan tanah yang masih basah, menatap kosong batu nisan yang sudah menancap di tanah dengan nama ayahnya disana. Dia menoleh melihat makam bundanya yang berada tepat disebelah makam ayahnya, makan itu masih terlihat cantik karena ayahnya rajin mengunjungi bunda 3 sampai 4 kali seminggu.
Ditengah kesibukannya dengan kerjaan dia tetap menyempatkan diri untuk sekedar menaruh bunga di makam istrinya. Liam tersenyum miris, hubungan ayah dan bundanya adalah hubungan yang Liam impikan di masa depan.
Liam mengangkat pandangannya, beberapa meter di depan sana dia melihat wanita yang dia cintai sedang menangis di pelukan lelaki lain, sungguh miris pikirnya.
Berangsurnya waktu, satu per satu para pelayat pergi meninggalkan area pemakaman. Hanya menyisakan keluarga inti saja. Orang tua Bita sedang berada di Korea Selatan untuk urusan pekerjaan, saat mereka menerima kabar duka itu, mereka langsung terbang malam itu menuju Indonesia. Begitu pula Kak Seze dan suami, mereka langsung terbang dari Singapore setelah mendengar kabar duka ini.
Oma dan opa Liam hanya menemani prosesi pemakaman dari jauh, karena mereka berdua tidak sempat untuk datang tepat waktu dikarenakan badai salju di Switzerland, tempat dimana mereka akan menghabiskan masa tuanya.
Hujan pun akhirnya turun membasahi makam ayah dan bundanya, seakan alam ikut terharu menyaksikan sepasang insan bertemu lagi di tempat yang dimana tidak kenal ruang dan waktu.
"Selamat tinggal ayah, bunda. Aku tidak bisa memberikan kalian janji jika aku bisa menjalani hidup ini dengan normal tapi aku tetap berjanji akan menjalani nya. Tapi kali ini dengan caraku, aku tidak mau mengalah lagi"
Liam pergi dari sana dengan sorot mata yang sulit di artikan, sekilas mungkin orang akan melihatnya dengan tatapan iba namun jika diperhatikan ada secercah ambisi disana. Ambisi yang kali ini harus dia menangkan, tidak lagi mengalah karena rasa bersalah. Jika kebohongan bisa membuatmu berpihak padaku, maka aku dengan senang hati akan memainkan drama ini, batinnya.
"Karena dikehidupan kedua kita kali ini, kita lah pemeran utamanya."
--
KAMU SEDANG MEMBACA
Leal
RomanceMalam yang sunyi itu menjadi saksi pertengkaran antara Deka dan Raka sekaligus menjadi saksi perpisahan mereka. Sebuah kisah dimana salah satu dari mereka berdoa pada sang malam untuk dapat mengulang takdir, agar semua yang harusnya menjadi masa dep...