36

1.5K 75 1
                                    

Deka belum memenuhi permintaan Papa Anton untuk bertemu dan mendengar wasiat ayah Lukas karena beliau sedang berada di Swiss untuk mengantar langsung Oma dan Opa Liam menuju kediaman mereka. Sebenarnya mereka menolak untuk kembali, karena tidak ingin Liam sendiri, namun mereka pun sadar, Liam memang sedang tidak bisa diganggu, Papa Anton pun menjamin pada kedua orang tuanya kenyamanan dan keselamatan Liam ditangannya. Bagaimana pun Liam adalah keluarga dan sudah seharusnya mereka saling melindungi.

Hari ini Bita datang untuk kembali menginap di apartemen Deka, karena ia baru saja kembali dari rumah kak Seze setelah menginap semalam, dia tidak sempat bertemu Raka karena mendadak ia ada panggilan oleh Coach-nya.

Entah mengapa rasanya jarak mereka selalu direnggangkan oleh situasi.

Waktu sudah menunjukkan pukul 8 malam ketika Deka baru saja keluar dari kamar mandi selepas berendam dan bel pintu apartemennya pun berbunyi, orang yang dia tunggu-tunggu sudah datang.

"Aku lapar" Keluh Bita berjalan gontai memasuki apartemen Deka ketika dia membukakan Bita pintu.

"Kau tidak makan di kantor?" Tanya Deka setelah menutup pintu dan berjalan menyusul Bita yang langsung bergerak menuju kamar Deka dan merebahkan dirinya di kasur.

"Kenapa kau kesini? Kembali ke kamarmu" Deka saat ini sudah duduk di depan meja rias, menyisir rambut.

"Kau tidak menawariku makan?" Tanyanya polos, kenapa Deka acuh tak acuh begitu padanya. Walaupun dia sudah terbiasa dengan sifat Deka tapi sekarang dia benar-benar butuh makanan.

"Aku saja hanya makan roti tadi, bahan dapur belum aku restock. Mau pesan saja ?" Tanya Deka

"Aku mau sate kambing pak Yamin ya" Adu Bita pada Deka yang sedang berdiri di depan meja riasnya sedang mengeluarkan segala rangkaian skin-care dari pouch nya.

"Pesan saja"

"Ihh, kan kau yang punya rumah" Sahut Bita kesal. Deka menoleh dan melihat Bita yang sedang memanggut-manggutkan bibirnya kesal.

"Mau apa lagi?" Bita tersenyum lebar mendengarnya. "Minumnya air putih saja, aku sedang diet. Ohh sekalian pesan untuk cemilan tengah malam, aku mau domino pizza minumnya cola yang zero sugar" Deka menatapnya datar, diet your eyes! Tanpa mau bertanya lagi, dia pun memesannya lewat aplikasi online. Deka pun melanjutkan rangkaian skin care nya dengan hikmat.

Sekitar tiga puluh menit kemudian, bel apartemennya berbunyi, Deka turun untuk mengambil pesanannya dan tak lupa mengucapkan terimakasih pada delivery-man nya.

Dia pun langsung menyiapkan makanan mereka di meja makan.

"Bita! Makanannya siap!" Panggil Deka sedikit berteriak, namun tak ada sahutan sama sekali dari Bita.

'Tuli ya?'

"Bita!! Ayo makan! Sudah datang, nanti dingin" Teriaknya sekali lagi, namun tetap tak ada jawaban.

'Apa dia tidur?'

Karena rasa penasaran, dia pun memutuskan untuk menyusul Bita ke kamar. "Bita, kau tidur ? Aku bilang makanmu su-" Ucapan Deka terpotong ketika dia membuka pintu kamar dan melihat Bita sedang berdiri dengan sebuah buku di tangannya. Buku agenda milik Deka.

Deg

"Bi-bita?" Bita menoleh melihat Deka yang sudah terdiam dengan wajah memucat begitupun Bita. Bita meihatnya dengan tatapan bertanya, bingung dan takut. "Hanah... what's this? What the fck is happened? Kenapa.. kau.. kau dan Raka.. apa.. ini.. siapa ini? Anak ini? Apa maksudnya? Hanah?"

Pertanyaan yang terbata-bata itu terdengar jelas di telinga Deka, dia ingin menjawab tapi entah mengapa lidahnya terasa kelu. Dia tidak pernah membayangkan ini terjadi, dia memang ingin menceritakan semuanya pada sahabatnya itu tapi tidak dengan cara seperti ini. Bagaimana cara menjelaskannya ? Bagaimana kalau dia tidak percaya ?

"A-aku.. aku" Ucap Deka gelagapan.

"Kau..." Bita menggantung ucapannya, Deka tau, kata-kata mengulang takdir itu terdengar tidak mungkin, bahkan orang normal akan menganggapnya konyol. Itu jadi salah satu alasan Deka belum berani menceritakannya pada Bita dan membutuhkan persiapan yang matang untuk melakukannya. Dia takut dianggap gila.

"Kau dan Raka? Anak ini? Siapa anak ini? Dia anakmu? Maksudku, anak kalian? Kapan kau menikah?? Astagaa!! Jangan bilang kalian nikah diam-diam??? Dimana anak kalian?? Dimana keponakanku? Apa kau hamil di luar nikah?? Kau tau itu bukan masalah besar, semua orang melakukannya di jaman ini, tidak perlu malu. Dimana keponakanku?? Aaawh, aku tau kau dan dia ada sesuatu, sesuai dengan gosip di sekolah. Oh oh atau kau juga selingkuh dengannya di belakang Liam? Keponakanku terlihat sudah besar. Ah!, kau! Kau tidak kembali ke Indonesia karena hamil anak Raka? Kau menanggung semuanya sendiri? kau menyembunyikannya dari Raka? Raka tidak tau kau hamil? Iya?!! Wtf! bajingan Raka, dia tidak mau tanggung jawab?? Dasar setan, sudah ku duga kalian terlihat tidak akrab tapi tiba-tiba akrab pasti ada sesuatu, akan ku bunuh dia!" Oceh Bita panjang lebar yang membuat Deka terdiam plongo.

'Aku tau dia bodoh, tapi aku tidak tau bodohnya akan sampai pada level yang tidak bisa aku jelaskan' Batin Deka.

Bita mulai berjalan melangkah keluar menuju pintu kamar dimana Deka sedang berdiri di depannya. "Mau kemana kau?" Tanya Deka lelah. "To kill someone" Jawabnya serius sekali astaga. Deka menghalangi jalannya dan menarik tangan Bita untuk kembali duduk di sofa dekat balkon.

"Ada apa? Kau mau membelanya? Lepas! aku yang akan membunuhnya untukmu, dasar kudanil maunya berbuat tanpa mau menanggung akibat!"

Hahhhh

Deka mendudukan Bita di sofa, berhadapan dengannya. "Kau sudah membaca point-point yang tertulis disana?" Tanya Deka dan Bita menggeleng.

'Tentu saja' Deka memijat keningnya yang kusut, jangan sampai dia harus suntik botox di usia muda.

Karena sudah begini, Deka pun menceritakan semua yang dia alami pada Bita. Mulai dari masa lalu, masa depan, kembali ke masa lalu, dan menghadapi masa lalu yang kebanyakan tidak sesuai dengan masa depan yang sebenarnya, termasuk kematian ayah Lukas dan Bita yang berpacaran dengan Kehan yang seharusnya tidak dalam waktu dekat, rencananya untuk merubah nasib Raka hingga pertemuannya beberapa waktu lalu dengan Liam, namun Deka tidak menceritakan bagian dari Liam yang terlibat dengan polisi karena Lucy, dia rasa bagian itu hanya Liam saja yang punya hak untuk menceritakannya.

Mengingat tentang wanita itu, mendengar nasib dari Lucy tidak membuatnya iba sedikitpun, katakan ia jahat tapi lebih jahat mana dengan dia yang datang dan merusak semua yang seharusnya menjadi kebahagiaan Deka. Biarlah dia membayar semuanya di neraka.

Deka sudah siap mendengar komentar bodoh lainnya dari Bita namun di luar dugaan, Deka malah mendengar isakan. Bita menangis, mungkin dia terbawa suasana dengan apa yang Deka alami dan sedang di hadapi sekarang, termasuk kejadian yang terjadi pada Ayah Lukas. Dimana dia jelas-jelas kehilangan dua orang yang sangat amat dia sayangi di hari yang sama dan kehilangan yang ketiga dia alami juga di masa sekarang, entah harus berapa banyak air mata lagi yang dibutuhkan agar semua kesalahannya dimaafkan.

Mengulang semuanya dari awal, yang Deka sendiri takut untuk menebak bagaimana hasilnya. Rela tidak mengejar karir saat ini untuk fokus mendekati Raka, menjaganya dari dekat, memastikan dia bahagia, meraih mimpinya dan belajar cara menjadi 'ibu' yang baik untuk anaknya kelak. Untuk keluarga kecilnya. Namun hal itu juga membuatnya penasaran, apakah Al akan menjadi anaknya lagi? Egois kah dia jika yang dia mau hanya putanya?.

Iyaa, mungkin Bita bisa merasakan perasaat sakit itu karena dia seorang wanita dan Deka adalah sahabatnya.

Pemanis

Pemanis

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
LealTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang