"Aku tidak menyangka akan seperti ini" Celetuk Kehan memecah keheningan diantara mereka
"Aku selalu melihat sisi Bita yang periang. Tertawa keras hingga memukul orang di sampingnya, bahkan sifat bar-bar nya membuat orang yang melihatnya sekilas berpikir bahwa dia adalah seseorang yang bermental kuat, waktu sekolah pun walaupun menunjukkan tampang judes dia tetap orang yang asyik di pergaulannya. Namun saat ini aku benar-benar terkejut dan merasa sesak melihatnya menangis seperti itu." Lanjutnya
Raka hanya mendengar dan mengangguk pelan menyetujui apa yang Kehan katakan. Dia memang mengenal Bita sebentar, sama seperti Deka, namun dari sekali pandang dia bisa menilai bahwa Bita adalah seorang yang periang walaupun ada Deka yang berwatak cuek, dingin dan nampak suram di sampingnya tapi sama sekali tidak mengurangi aura positif Bita sedikitpun.
Dia juga berpikir sama dengan Kehan, namun objek nya berbeda.
Dia dulu berpikir Deka adalah sosok seperti cahaya, jika terlalu dekat dengannya, pancarannya akan menyakitimu tapi saat Kau menikmatinya dari kejauhan, hangatnya akan membuatmu nyaman. Iya, Deka dulu memancarkan aura tak tersentuh hingga membuat orang-orang sungkan untuk sekedar menyapanya terlebih dahulu.
Raka jarang masuk kelas, tapi sekalinya masuk tatapannya akan otomatis memperhatikan meja deret keempat dari pintu di bangku urutan kedua dari depan. Disitulah meja duduk Deka selama di kelas, berdiam diri asyik dengan lamunan atau bacaannya. Terkadang dia akan memasang earpod untuk mendengar lagu. Keterdiamannya bak sebuah mannequin itu justru menjadi pusat perhatian semua orang.
Kehadiran Deka juga sering terlihat di perpustakaan ataupun ruang guru, karena dulu dia selalu mewakili sekolah untuk ajang olimpiade, dia latihan soal dengan guru di perpustakaan hingga sore. Kadang Raka juga melihatnya sibuk membantu Osis sebagai volunteer untuk acara sekolah.
Raka akui daya tarik Deka bukan hanya tentang parasnya, rambut hitam panjangnya ataupun tubuh ideal nya. Daya tariknya seperti cahaya yang menyilaukan hingga menarik perhatian semua mata untuk melihat dua kali apa yang baru saja mereka lewati atau yang melewati mereka.
Berbeda dengan sekarang, Deka yang saat ini dia lihat sangat rapuh. Apa sedari dulu dia memang rapuh? Wajah dingin, tatapan datar bahkan sangat jarang untuk tersenyum. Terlihat seperti wanita mandiri yang kuat, tak butuh bantuan siapapun untuk menaklukan dunia, tapi setelah melihat bagaimana dia menangis membuat Raka paham, semua hanya topeng.
Karena hal ini Raka berjanji tidak akan membuat Deka menangis seperti si brengsek Liam lakukan.
Raka tau sosok Liam itu siapa, semua orang di Jakarta pun sepertinya mengenal pria itu siapa. Pria muda terhormat dari keluarga Audreanza, keluarga yang sudah turun temurun kaya sedari jaman penjajahan Belanda.
Tapi Raka tidak peduli, dia pun tampan dan juga kaya. Walaupun dia tidak kaya dari jaman Belanda tapi kekayaanya sekarang sangat cukup untuk di adu dengan Liam jika dia mau.
KAMU SEDANG MEMBACA
Leal
RomanceMalam yang sunyi itu menjadi saksi pertengkaran antara Deka dan Raka sekaligus menjadi saksi perpisahan mereka. Sebuah kisah dimana salah satu dari mereka berdoa pada sang malam untuk dapat mengulang takdir, agar semua yang harusnya menjadi masa dep...