Pukul 6 sore mereka berempat sudah tiba di stadion sepak bola kota Malang, mereka tiba dua jam lebih awal untuk menghindari macet. Kesempatan yang bagus juga untuk Deka karena dia tau beberapa jam sebelum pertandingan biasanya para pemain di perbolehkan menyalakan handphone untuk menghubungi keluarga atau kerabat dekat mereka, Deka memutuskan untuk menelpon Raka sebentar berniat untuk memberi dukungan seperti yang sering dia lakukan dulu jika tak sempat menonton pertandingan Raka.
Setelah mereka memasuki stadion dan duduk di kursi masing-masing, Deka berkata akan ke toilet sebentar dan Bita menawarkan diri untuk menemaninya namun di tolak oleh Deka karena beralasan hanya sebentar. Deka hanya membawa handphone nya dan menitipkan tas nya pada Bita lalu melenggang pergi.
Di perjalanan nya menuju toilet Deka sudah mendial nomor Raka beberapa kali namun tidak diangkat. Merasa dirinya mungkin saja terlambat Deka pun memutuskan untuk mengirimi nya pesan saja. Selagi mengetik pesan, Deka sudah memasuki bilik toilet dan mendudukan dirinya di closet duduk.
Tak lama dari aktivitasnya yang sedang mengetik pesan, handphone nya berdering menunjukkan nama Raka disana. Secara sepontan Deka langsung saja menerima panggilan itu.
"Hai, Kara. Ada apa ? Kau menelpon banyak sekali, apa ada kendala saat memasuki stadion? Kau dan anak-anak sudah sampai kan ? Apa ada masalah dengan tiketnya?"
"Hai, Raka. Bukan, tidak ada masalah, aku hanya menelpon untuk memberi mu semangat saja"
"Oh astaga, ku pikir apa. Thanks btw, kau ada dimana ? Kedengeran nya sunyi"
"Umm, aku sedang di toilet. Anak-anak yang lain sudah ada di tribun"
"Kau sendiri?"
"Iya, aku hanya sebentar"
"Kenapa tidak minta Bita temani?"
"Aku hanya memperbaiki bedakku, tidak lama"
"Ohh, apa kau sudah akan kembali ke tribun ?"
"Ya, aku sudah selesai dan akan kembali ke tribun"
"Mau bertemu? Tapi Aku hanya punya waktu sebentar"
"Mau!"
"Hahahha, okay. Kau tunggu di lorong bagian yang mengarah ke ruang ganti, sebentar akan ada staff yang memgantarkan kartu akses untuk kau bisa memasuki wilayah pemain, tapi hanya sebentar, tidak lama"
"Okay! Mengerti, aku kesana sekarang."
"Okay, Hatihati"
"See you"
"Bye! See you"
Deka langsung saja berlari kecil menuju tempat yang Raka arahkan berbekal petunjuk arah yang berada di langit-langin gedung. Tak berselang lama ia pun sampai dan benar saja disana sudah berdiri seorang pria berpakaian seragam PDL salah satu media tv nasional. Apa benar orang ini yang Raka maksud?
"Hallo, Dekara ? Benar?" Sapanya pada Deka sesaat setelah perempuan itu sampai dan berhadapan dengan pria tersebut.
Deka pun menyambut uluran tangannya dan melakukan handshake kecil, "Hallo, iya saya sendiri. Anda?" Tanya Deka terpotong karena agak ragu. "Perkenalkan, nama saya Rusdi, saya bekerja sebagai jurnalis dari salah satu tv nasional yang saat ini sedang meliput kegiatan para pemain dari team Jakarta. Saya dimintai tolong oleh bos untuk mengantar anda menemui salah satu pemain yang merupakan teman dari bos saya"
'Oh, aku tau siapa bos itu' Bantinnya
Deka pun mengangguk kecil tanda bahwa dia mengerti , "Ini kartu akses media dari salah satu team kami namun berhalangan untuk hadir dikarenakan ada kerabatnya yang sedang sakit parah, tapi kartu akses medianya terbawa oleh kami, jadi anda bisa menggunakan nya sebentar" Lanjutnya mejelaskan sambil menyodorkan ID card.

KAMU SEDANG MEMBACA
Leal
RomanceMalam yang sunyi itu menjadi saksi pertengkaran antara Deka dan Raka sekaligus menjadi saksi perpisahan mereka. Sebuah kisah dimana salah satu dari mereka berdoa pada sang malam untuk dapat mengulang takdir, agar semua yang harusnya menjadi masa dep...