Malam itu menjadi saksi pertengkaran antara Deka dan Raka sekaligus menjadi saksi perpisahan mereka.
Deka yang sudah lelah dengan urusan kantor disambut dengan ego dari Raka yang merasa Deka berubah menjadi sosok yang tidak bisa lagi digapai oleh dirinya.Selama pertengkaran, mereka berdua mempertahankan ke-egoisan masing-masing. Deka yang merasa seluruh tanggung jawab sekarang berada di pundaknya dan Raka yang merasa seluruh dunianya telah pergi meninggalkannya.
"Kalau kau tidak terlalu berambisi untuk menjadi pemain bola kau tidak akan berakhir seperti ini!"
"Kau menyalahkanku mengejar mimpiku sedangkan kau sendiripun lupa dengan keluargamu karena pekerjaan impianmu itu sialan!"
"Aku berkerja untukmu dan mimpiku tidak membuatku cacat sepertimu!"
Deg
Keluar sudah kata-kata menyakitkan itu, Deka yang sudah merasa sesak dengan pertengkaran yang tidak pernah ada habisnya itu memutuskan melangkah keluar dari rumah mereka dan pergi untuk menenangkan diri.
Raka yang baru saja mendengar ucapan Deka seketika diam tak tau harus berkata apa, karena itu kenyataannya. Dia cacat, dia cacat karena mengejar mimpinya menjadi pemain sepak bola terbaik, tulang ekornya cedera mengakibatkan keretakan dan mengalami kelumpuhan dari pinggang ke bawah.
Sudah 1 tahun berlalu sejak kejadian itu dan Deka lah yang bekerja pontang panting untuk menghidupi dia dan anak laki-laki semata wayangnya yang sekarang baru berusia 4 tahun.
Raka sadar, sekarang karirnya tamat, hidupnya hancur, rumah tangganya tidak seharmonis dulu. Ini pertama kalinya Deka mengeluarkan kata-kata menyakitkan itu, selama mereka bertengkar dia tak pernah mengungkit kondisi Raka menjadi bahan pertengkaran.
Sudah lama ia merasa depresi akan keadaannya, saat dia sadar dirinya tidak bisa lagi mengejar mimpinya Deka selalu ada untuknya, menghiburnya, membuatnya tertawa namun tidak selamanya dia merasa baik-baik saja.
Awalnya dia bisa menerima kondisinya namun setelahnya dia berteman akrab dengan psikolog, Deka pun dengan setia menemaninya terapi hingga puncaknya dia merasa tidak berguna dan omongan-omongan negatif dari luar membuatnya semakin tidak terkendali. Sejak saat itu dia selalu merancau tidak jelas, marah-marah dan yang menjadi target amukannya adalah Deka dan anaknya.
Deka yang awalnya selalu setia dan sabar menangani mental suaminya lama kelamaan menjadi lelah. Raka sadar dialah penyebab Deka menjadi seperti ini, andai dia dapat berdamai dengan keadaan mungkin dia bisa menjalani hidupnya dengan bahagia bersama Deka dan anaknya disisinya. Namun beras sudah menjadi bubur, Raka perlahan mengarahkan electric wheelchair nya menuju kamar dengan perasaan yang hancur dan bersalah.
Dilain tempat Deka sedang berada di taman sekitar komplek perumahannya, dia menangis sejadi-jadinya. Mengapa keadaan ini harus menimpanya, mengapa cobaan ini sangat berat untuknya. Dia sangat mencintai Raka, tapi kenapa sekarang Raka berubah ? Bahkan dia tak segan-segan mengeluarkan umpatan untuk Deka karena membantahnya atau bahkan saat Raka tidak puas dengan perawatan yang diterimanya maka Deka lah yang akan di salahkan.
Raka berubah, Raka-nya yang manis telah berubah menjadi monster pemarah. Deka sadar ini imbas dari hancurnya mimpi Raka dikarenakan sekarang dia sudah tidak bisa berjalan, namun Deka tidak mempermasalahkan itu, Deka dengan sangat ikhlas mau merawat Raka walaupun semenjak kecelakaan itu kilauan dimata Raka meredup Deka dengan semangat ingin mengembalikan senyum Raka.
Raka yang dulu ceria dan suka membuat lelucon sehingga Deka tertawa kini sudah tidak ada. Deka tersenyum pahit mengingat masa-masa saat mereka muda dulu. Saat itu Raka dengan gigih mengejar cinta Deka sehingga Deka luluh dan menerimanya, karena itu Deka pun dengan sungguh-sungguh ingin merawat Raka dan mengembalikan senyuman Raka nyatanya tak sekuat itu.
Ada sedikit rasa bersalah karena telah membawa keadaan fisik Raka dalam perkelahian kali ini. Deka salah, sangat salah. Setelah duduk menangis merenungi salahnya dia memutuskan untuk kembali ke rumah.
Selama perjalanan dia sudah berpikir untuk minta maaf pada suaminya, bagaimana pun dia seorang istri. Ditambah lagi dengan kondisi sauminya seharusnya dia bisa maklum dengan perubahan sikap Raka dan terus berusaha mengembalikan senyum Raka seperti dulu.
Sesesampainya di rumah dia memutuskan untuk menengok anaknya yang sedang tidur sebentar. Anaknya yang tampan, untung saja tadi mereka betengkar di lantai dua sehingga Al tidak terganggu dengan itu. Deka mencium kening anaknya lembut, membelai surainya yang hitam beberapa kali.
"Mami sangat menyayangimu Al. Maafkan kami jika akhir-akhir ini kau harus menyaksikan kami bertengkar. Maafkan mami kalau waktu mami kurang untuk mengajak Al bermain. Maafkan mami"
Deka kembali mencium kening anaknya sedikit lama, lalu mencium tangan putranya, dia berjalan ke arah pintu meninggalkan kamar tidur anaknya.
Dia berjalan menaiki lantai dua dimana kamar mereka berada. Deka yang masih menggunakan pakaian kantor merasa badannya lengket, dia butuh mandi.
Setelah berbicara dengan Raka dia akan sangat menantikan berendam di bathup dengan bathbom beraroma lavender.Ceklek
Dia membuka pintu perlahan, takut-takut Raka sudah tertidur dan jika dia merasa terganggu dia akan marah-marah lagi.
Tapi ternyata kamar mereka terlihat sepi dengan lampu yang sudah padam. Namun arah mata Deka tertuju pada wheelchair suaminya yang menghadap balkon dengan keadaan pintu balkon yang masih terbuka lebar mengakibatkan gorden berterbangan pelan."Kau belum tidur?" Tanyanya pelan untuk menghindari pertengkaran lagi, namun tidak ada jawaban darinya membuat Deka berjalan perlahan kearah balkon.
Deka perlahan menepuk bahu sang suami namun dia tetap bergeming, dia mulai berpikir mungkin suaminya tertidur. Deka pun berjalan kembali untuk melihat apakan suaminya benar-benar teridur, namun sesampainya di hadapan Raka betapa terkejutnya dia melihat wajah pucat suaminya dengan mulut yang berbusa."Aaaaaaaaaaaaaaa!!" Dia terduduk lemas melihat keadaan Raka dan dengan panik mengguncang tubuh suaminya yang sudah terasa dingin dan kaku.
"Raka?!! Rakaaaaa!! Apa yang kau lakukan?!" Dia tetap berusaha mengguncang tubuh di dalam pelukannya itu berharap dinginnya kulit Raka akan berangsur hangat karena dekapannya. Namun nihil, tidak ada reaksi apapun pada Raka, para pembantu dan sopir keluarga di rumah itu langsung berlarian menuju kamar mereka karena mendengan jeritan sang majikan. Betapa terkejutnya mereka melihat pemandangan di depan mata, bi Ijah yang merupakan pembantu paling lama bersama mereka langsung mendekap Deka karena dia sudah hilang kendali dengan terus mengguncang tubuh suaminya dengan kasar.
Sus Ani yang merupakan suster yang di gaji untuk merawat Al berisiatif menyalakan lampu kamar terkejut melihat ternyata bukan hanya mulut yang berbusa tapi kedua pergelangan tangan tuannya itu juga mengeluarkan darah yang terlihat sudah sedikit mengering. Tangis Deka semakin jadi melihat tempatnya terduduk selama itu ternyata tercecer darah Raka. Pak Burhan dengan sigap ingin menggendong sang majikan untuk dibawa ke rumah sakit namun naas, tuannya itu sudah meninggalkan dunia ini. Terbukti dari kulit yang sudah mendingin pucat serta nadi yang sudah tidak berdetak lagi.
"Tidakk!! Raka!!! Raka!!! Tidakkkk! Aaaaaa!!"
Deka teriak histeris hingga membangunkan sang putra "Mami? What's going on ?" Tanya nya dengan tangan kiri yang sedang mengucek pelan mata kirinya, kondisi sedang tidak kondusif sus Ani langsung menggendong Al keluar dari kamar karena keadaan saat ini tidak baik untuk mental sang anak. Karena shock Deka pun luruh kehilangan kesadarannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Leal
RomanceMalam yang sunyi itu menjadi saksi pertengkaran antara Deka dan Raka sekaligus menjadi saksi perpisahan mereka. Sebuah kisah dimana salah satu dari mereka berdoa pada sang malam untuk dapat mengulang takdir, agar semua yang harusnya menjadi masa dep...