19

4.1K 212 8
                                    

Setibanya mereka berdua di salon yang Liam katakan Deka langsung di layani dengan sebaik-baiknya oleh para pegawai. Sementara Liam, setelah mengantar Deka dia izin pergi sebentar untuk menemui professor nya untuk melakukan konsultasi dan akan kembali menjemputnya satu jam sebelum acara. Disini Deka benar-benar mendapat perawatan paket untuk pengantin. Mulai dari lulur badan, spa, creambath, manicure pedicure, waxing dan massage.

Deka sangat menikmati semua ini kalau boleh jujur, walau perawatan ini memakan waktu lama dia menyukai sensasi tenang ini. Tapi dia juga rada merasa aneh, kenapa dia harus setotalitas ini hanya untuk menghadiri acara ulang tahun oma dan opa Liam. Liam pun kukuh menyuruhnya melakukan perawatan seluruh badan, alasannya agar dia merasa fresh setelah berhari-hari mengurus apartemen.

Setelah memakan waktu berjam-jam, Deka saat ini duduk manis di depan cermin besar sedang di dandani oleh salah satu MUA terbaik di Indonesia. Dia meminta model make-up yang ringan namun tetap flawless karena acara ini berlangsung di dalam gedung jadi dia tidak ingin make-up yang terlalu berat.

Beberapa sentuhan terakhir sebelum finishing make-up, seseorang datang dengan membawa gaun berwarna off-white dengan design straight across dipadukan dengan spaghetti line yang membuat lengannya seperti model sabrina dan terlihat SANGAT TERBUKA WTF.

"Itu gaun yang dikirim Liam?" Tanya Deka pada salah satu pegawai yang masih setia berdiri di belakangnya memegang gaun tersebut terlihat dari pantulan cermin di depannya dan pegawai tersebut meng-iyakan.

Padahal Deka hanya tinggal menggunakan lipstick, namun Deka dengan cepat beranjak dari duduknya lalu menghampiri pegawai tersebut. "Kau yakin ini gaunnya ?" Tanya lagi memastikan.

"Yakin nona, tuan Liam sudah memesan gaun ini dari 3 hari yang lalu" Jawab pegawai tersebut meyakinkan.

"Astaga naga, dasar anak ugh!!" Gerutunya, tentu saja kalimat terakhir dia ucapkan dengan pelan, takutnya pegawai tersebut mendengar dan merasa dirinya lah yang sedang diumpat oleh Deka.

"Apa kalian tidak punya yang lain ?"

"Ada beberapa gaun pilihan yang kami sediakan di butik kami nona, namun tuan Liam sudah tiba dan meminta kami sesegera mungkin menyelesaikan tugas kami" Jawabnya dengan ramah

Benar, Deka melihat jam sudah menunjukkan pukul 7 malam dan acaranya akan di laksanakan pukul 8. "Oh Jesus, baiklah, lanjutkan kerja kalian" Ucap Deka lalu kembali duduk di kursi meja rias untuk menyelesaikan make-up nya dan langsung menuju ruang ganti untuk mengenakan gaun nya.

"Ini adalah satu set perhiasan dan sepatu yang juga dipesan tuan Liam untuk nona kenakan malam ini" Ucap pegawai lain yang datang sesaat setelah Deka keluar dari ruang ganti.

'Lumayan' Batinnya

"Bantu aku memakainya" Sahut Deka sopan dan para pegawai itu lalu memakaikan perhiasan itu pada Deka dengan hati-hati.

Di lain sisi Liam sedang berada di ruang tunggu sambil  mengetuk-ngetukkan kakinya pada lantai. Sesekali dia melirik jam tangannya menandakan dia sedang buru-buru dan tak dapat lagi menunggu lama.

Kepala pegawai yang melihat gestur dari Liam pun sedikit was-was karena jika seorang Audreanza tidak puas dengan kinerja para pegawai nya maka citra butik yang turun temurun menjalin kerja sama dengan garis keturunan keluarga tersebut akan tercoreng.

Liam beranjak dari duduknya dengan tiba-tiba membuat kepala pegawai langsung kelabakan mengikuti kemana Liam akan pergi, kepala pegawai hendak mengeluarkan suara untuk meminta maaf namun langkah kaki Liam yang terhenti tepat di depan anak tangga membuat kepala pegawai mengurungkan niatnya.

LealTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang